Jumat, 15 Mei 2009

laporan fister (darah I)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan. Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).

Volume darah di dalam tubuh sekitar sepertiga belas berat badan orang sehat, atau kurang lebih 4 – 5 liter. Bila cairan darah terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka tubuh sendiri akan mengatur sekresi melalui keringat dan kencing atau urine sehingga kadar larutan dalam darah tetap dan tekanan osmosis dalam darahpun juga tetap. Darah mempunyai bebarapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metbolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh.

Fungsi utama dari darah adalah sebagai media transport yaitu mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru, untuk mencapai gas ini sel darah mengandung protein khusus yaitu hemoglobin karena sewtiap sel darah merah mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobulin, selain itu darah juga berfungsi sebagai regulasi dan pertahanan tubuh, yaitu mencegah dari pendarahan dan pertahanan tubuh dari penyakit. Atas dasar inilah dilakukan praktikum mengenai darah I untuk mengetahui bentuk dan sifat-sifat darah diantaranya preparat darah natif, waktu koagulasi dan pendarahan, serta laju endap darah.

Tujuan dan Kegunaan

A. Preparat Darah Natip

Tujuan dari percobaan preparat darah natip adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk sel darah merah (eritrosit) sel darah putih (leukosit)dan keping-keping darah (trombosit) melalui pengamatan di bawah mikroskop.

Kegunaannya adalah agar dapat membedakan sel darah merah, sel darah putih dan keping-keping darah.

B. Penetapan Waktu Koagulasi

Tujuan dari percobaan penetapan waktu koagulasi adalah untuk mengatahui lama waktu keluarnya darah pertama sampai terbentuknya benang-benang fibrin serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kegunaannya adalah agar kita dapat mengetahui waktu koagulasi normal yaitu terjadi pada pria dan wanita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta mekanisme koagulasi.

C. Waktu Pendarahan

Tujuan dari percobaan mengenai waktu pendarahan adalah untuk mengetahui waktu pendarahan yang normal pada pria dan wanita.

Kegunaannya adalah agar kita dapat mengetahui waktu pendaharan normal dan membandingkannya dengan teori serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

D. Laju Endapan Darah

Tujuan dari percobaan mengenai laju endap darah yaitu untuk mengetahui plasma darah dan sel darah merah serta kecepatan pengendapan eritrosit.

Kegunaannya adalah agar kita dapat mengetahui plasma darah dan sel darah merah serta kecepatan pengendapan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah Secara Umum

Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan (Anonim, 2009).

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah di dalam pembuluh darah, cairan interstitial disekitar sel, dan cairan limfe di dalam pembuluh limfe menyusun lingkungan dalam dari makhluk hidup. Darah juga berpartisipasi dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisma terhadap penyakit. Semuanya adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkungan interna yang konstan (Siregar, H 1995).

Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2005).

Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah darah dalam tubuh bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang dewasa 1/13 berat badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga menentukan banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8% dari total bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan laktasi) (Syaifuddin, 2002).

Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Oleh karena sel mempunyai fungsi yang sangat spesifik, sehingga sulit untuk melakukan adaptasi yang diperlukan terhadap adanya perubahan pada lingkungannya, maka internal environment harus dipertahankan dalam batas-batas fisiologis tertentu. Usaha untuk mempertahankan lingkungan disekitar sel dalam batas-batas fisiologis disebut homeostasis (Anonim, 2009).

Darah mengangkut oksigen zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal dan hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semuanya adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang konstan (Sonjaya, 2005).

Darah mengalir lebih lambat dari air, ini kemungkinan disebabkan oleh visikositasnya dan sifat adhensif dari darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tbuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transfortasi dengan darah. Darah membantu mengangkut zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan tubuh. Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna merah unggu gelap di dalam vena, setelah melapas sebagian oksigen ke jaringan dan menerima produk sisa dari jaringan (Anonim, 2009).

1. Komponen Penyusun Darah

Pembentkan sel darah mulai terjadi pada sm-sum tulang setelah minggu ke 20 masa kehidupan embrionik. Dengan semakin bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang. Pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sum-sum tulang masih dapat terjadi. bila sum-sum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis. Sampai dengan usia 5 tahun. Pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Dengan semakin bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang (Anonim, 2008).

Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsng dengan sel-sel dalam tubuh kita. Darah manusia tersusun atas da komponen, yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Sel-sel darah terdiri atas dua yaitu sel darah merah dan sel darah putih (Sonjaya, 2005).

Pada sum-sum tulang terdapat sel progenitor yang merupakan penghasil semua sel darah. Nampaknya sum-sum tulang mempunyai kelompok sel yang menghasilkan sel darah tertentu, kecuali netrofil dan monosit yang nampaknya berasal dari kelompok sel yang sama. . Terbentuk 8 macam sel yang berbeda dan semua dihasilkan dari satu jenis sel batang pluripoten yang akan menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda. Garis mieloblas menghasilkan tiga jenis sel granulosit sedangkan garis monoblas dan limfoblas menghasilkan sel agranulosit. Eritrosit atau sel darah merah dan trombosit dibentuk dari garis keturunannya masing-masing (Watson, R 1997).

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organic dengan satu atom besi. Selain itu juga dapat dikatakan bahwa hemoglobin dalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transfor oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Hemglobin diukur dalam satan gram per 100 ml. Nilai normal adalah 14-16 g per 100 ml. Hemoglobin mempunyai daya tarik yang kuat terhadap oksigen. Ketika sel darah melewati paru-paru, hemoglobin akan bergabng dengan oksigen dari udara dan warnanya menjadi cerah (Watson, 1997).

Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia (Srikini, 2000).

Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai 30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal sebagai leukositosis (Watson, R 1997).

Trombosit mempunyai karakteristik seperti sel pada umumnya walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat melakukan reproduksi. Dalam sitoplasma trombosit berperan aktif. Membran sel trambosit diliputi oleh glikoprotein yang mencegah perlekatan dengan endothel normal, tetapi mrmudahkan perlekatan dengan endothel yang rusak. Bentuk keeping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sumsum merah, serta berperan penting pada proses pembekuan darah Membran sel juga mengandung platelet factor 3 untuk proses pembekuan darah (Anonim, 2009).

Trombosit atau Keping-keping darah berkerut pada pembuluh darah luka dimana trombosit melepaskan satu bahan yang membatasi kehilangan darah sebelum koagulasi (pembekuan darah) terjadi. Pada kuda jumlahnya berkisar antara 110.000 – 300.000 per mm3 dengan rataan 170.000 (Sonjaya, 2005).

Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis darah sehingga dengan sendirinya jumlahnya dalam tubuh akan diatur, misalnya dengan proses ekrenasi. Plasma darah juga bertugas membawa sari-sari makanan, sisa sisa metabolisme, hasil sekresi dan beberapa gas. Serum yang bersal dari hewan tersebut , dapat disuntikkan kepada hewan yang peka terhadap penyakit yang sama untuk memberikan perlindungan paif, selama antibody itu masih berada di tubuh hewan yang peka itu (Sarkini, 2000).

2. Fungsi darah

Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna merah unggu gelap di dalam vena, setelah melapas sebagian oksigen ke jaringan dan menerima produk sisa dari jaringan. Bahan-bahan tersebut diangkut ke seluruh sel dan jaringan, dimana bahan-bahan tersebut akan berdifusi dari kapiler ke jaringan intersritial, masuk ke dalam sel dan selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktifitas sel. Darah membantu mengangkut zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan tubuh (Anonim, 2009).

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transfortasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tbuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transfortasi dengan darah (Syaifuddin, 2002).

Fungsi darah pada tubuh manusia ataupun ternak adalah sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai alat pengangkut oksigen dan akan menyebarkannya ke seluruh tubuh, mengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi, mengangkut getah hormone dari kelenjar bungtu atau endokrin, menjaga suhu temperature tubuh, mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibody, dan sel darah beku, serta mengatur keseimbangan asaam basa dalam tubuh. darah berfungsi untuk mentransfor asam amino, asam lemak, mineral, dan bahan-bahan nutrisi lainnya darah juga mentransfor hormone dan vitamin kesel untuk mengatur proses metabolisme dalam sel. Melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial, darah membantu mempertahankan pH dan konsentrasi elktrolit pada cairan interstitial dalam batas-batas yang dibutuhkan untuk fungsi sel yang normal (Surkini, 2000).

3. Sel Darah Merah, Sel Darah Putih dan Keping-Keping Darah

Sel darah merah tidak memiliki nucleus, tetapi berisi suatu protein khusus yang disebt hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu pigmen berwarna kuning, tetapi efek keseluruhan hemoglobin adalah membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mengandung sejumlah kecil besi dan besi ini esensial bagi kesehatan, meskipun jumlah totalnya di dalam darah dikatakan hanya cukup untuk membat paku sepanjang 2 inci. Dalam kondisi sehat, hamper semua sel darahmerah di dalam darah seharusnya berbentuk eritrosit, dengan hanya sedikit retikulosit. Banyak factor yang menentukan pembentukan normal sel darah merah (Watson, R 1997).

Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Pada stadium ini sel tersebut disebut retikulosit, akhirnya, benag-benang menghilang dan menjadi eritrosit matang yang segera dilepas ke aliran darah (Anonim, 2009).

eritrossit Sel darah merah diproduksi di dalam sum-

sum merah pada tulang spongiosa, yang

terdapat pada ujung tulang panjang dan

didalam tulang pipih dan tidak regular

(Anonim, 2009)

Gambar 1. Sel darah merah

Berdasarkan Gambar 1 diatas, Sel darah merah hidup dalam sirkulasi selama sekitar 120 hari, kemudian dimakan oleh sel-sel pada system monosit di dalam limfa dan kelenjar limfe. Di sini hemoglobin dipecah menjadi komponen-komponenya dan kemudian dibawah kedalam hati. Globin dikembalikkan ke gudang protein dan ekskresi dalam urine setelah dipecah lebih lanjut (Surkini 2000).

Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit (Anonim, 2009).

Sel darah putih di bentuk sebagian dalam sum-

sum tulamg (granulosit, monosit dan limfosit)

dan sebagian dalam jaringan limfa (limfosit

dan sel-sel plasma) (Anonim, 2009).

Gambar 2. Sel Darah Putih

Berdasarkan gambar 2 diatas, Sel darah putih terdiri dari 2 jenis sel seperti leukosit granular dan leukosit agranular. Leukosit granular terdiri dari 3 jenis yaitu, netrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan leukosit agranular terdiri dari tiga jenis yaitu, monosit, limfosit dan sel plasma. neutrofil, limfosit, eosinofil, basofil, monosit dan trombosit dapat dinyatakan masing-masing dalam % apabila jumlah total sel darah putih tersebut dihitung dalam 100%.

Trombosit merupakan fragmen sel yang berdiameter 2-4µm. Dibentuk dalam sum-sum tulang dan limfa, mempunyai massa hidup 8-10 hari. Keping-keping darah berkerut pada pembuluh darah luka dimana trombosit melepaskan satu bahan yang membatasi kehilangan darah sebelum koagulasi (pembekuan darah) terjadi. Pada kuda jumlahnya berkisar antara 110.000 – 300.000 per mm3 dengan rataan 170.000 (Sonjaya, 2005).

Trombosit atau keeping darah merupakan sel yang

berbentuk oval dengan diameter 2µm. Dibentuk di

sum-sum tulang dari megakariosit, dan dalam sirkulasi

jumlahnya mencapai 300.000/micron-L. (Anonim,

2009).

Gambar 3. Trombosit

Dalam sitoplasma trombosit berperan aktif. Membran sel trambosit diliputi oleh glikoprotein yang mencegah perlekatan dengan endothel normal, tetapi mrmudahkan perlekatan dengan endothel yang rusak. Membran sel juga mengandung platelet factor 3 untuk proses pembekuan darah. Trombosit mempunyai karakteristik seperti sel pada umumnya walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat melakukan reproduksi (Anonim, 2009).

B. Waktu Koagulasi

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan (Anonim 2009)

Penggumpalan darah atau pembekuan darah, atau disebut juga dengan koagulasi darah terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Menurut Anonim (2009), waktu koagulasi adalah waktu mulai darah mulai keluar sampai keluarnya benang fibrin. Sedangkan menurut Sonjaya (2008), waktu koagulasi adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal dimana bervariasi untuk berbagai spesies.

Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium (Anonim, 2009).

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 1992).

Antikoagulan adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Anonim, 2009).

Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Anonim, 2009) :

1. Heparin

Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark miokard akut. Obat ini juga digunakan untuk pencegahan tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstraorporal selama operasi jantung terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan.

2. Antikoagulan oral, terdiri dari derivat 4 – hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivat indan – 1,3 –dion misalnya : nanisindion.

Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam waktu jangka panjang, Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif. Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli, antara lain infrak miokard, penyakit jantung rematik, serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru.

3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor pembekuan darah.

Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk tranfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium adetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan..

C. Waktu Pendarahan

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008). Sedankan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.

Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu ulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2008).

Pendarahan yang hebat dapat diarkibatkan oleh slaah satu defisiensi salah satu dari factor pembekuan. Tiga jenis kecenderungan pendarahan tertentu adalah defisiensi vitamin K, hemofilia, tromboplasitoplatopenia. Defisiensi vitamin K yakni berupa penurunan factor VII,IX dan X yang dikarenakan defisiensi vitamin K, hepatitis, sirosis dan penyakit hati lainnya dapat menekan pembentukan protrombin dan factor VII,IX dan X. Dengan demikian hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hemofilia yaitu defisiensi herediter yang semuanyan menyebabkan kecenderungan pendarhan yang sukar dibedakan satu yang lainnya (Syaifuddin, 2002).

Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembulh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak (Anonim, 2009).

D. Laju Endap Darah

Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik (Anonim, 2009).

Laju Endap Darah (LED) terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak
spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit (www.kalbe.co.id).

Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Walaupun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal (Anonim, 2009)

Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat (Syaifuddin, 2002)

Yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Selama pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring dapat menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat (Anonim, 2009)

METODOLOGI PRAKTEK

Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Darah I dilaksanakan pada hari sabtu, 21 Februari 2009, jam 14.00 – 17.00 WITA, di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum Darah I adalah Vaccinostyle, glas objek, cover glas, mikroskop, pipa kapiler, cawan petri berlapis parafin, stopwach, tabung reaksi, , kapas dan tabung Westergreen lengkap dengan raknya.

Bahan yang digunakan pada praktikum Darah I adalah sampel darah, kertas saring, antikoagulan EDTA, larutan NaCl 0,9%, dan alkohol 70%.

Metode Praktikum

A. Preparat Darah Natip

Pada objek glas yang bersih ditaruh 1-2 tetes larutan NaCl 0,9%. Kemudian di sebelahnya satu tetes darah dari ujung jari kemudian kedua macam tetesan dicampur lalu ditutup dengan cover glass dan cairan berlebih diserap dengan kertas saring lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran obyektif 10X, 40X, dan bila perlu 100X dengan menggunakan minyak emersi.

B. Penetapan Waktu Koagulasi

1. Dengan cawan petri

Waktu darah keluar dari ujung jari, catat waktunya, kemudian satu atau dua tetes darah tersebut diteteskan pada cawan petri yang berlapis parafin. Dengan menggunakan jarum pentul tusuklah darah tadi kemudian angkat perlahan-lahan, lakukan hal tersebut pada setiap ½ menit sampai tampak adanya benang fibrin.

2. Dengan pipa kapiler

Darah yang keluar dari ujung jari dimasukkan ke dalam pipa kapiler (tidak mengandung heparin) sampai 4/5 panjang pipa dengan cara menempelkan satu ujungnya pada darah yang keluar dari kari., kemudiasn menggenggam pipa kapiler dalam tangan untuk mempertahankan suhu optimum. Tunggu 2 menit kemudian patahkanlah sepotong pipa tersebut ± 1 cm (2/20 dari pipa berisi darah). Ulangi setiap ½ menit sampai terbentuk benang fibrin yang nampak pada patahan pipa kapiler.

C. Waktu Pendarahan

Dengan menggunakan vaccinostyle kta mengeluarkan darah dari ujung jari, kemudian setiap tetesan darah diserap dengan kertas saring sampai tidak ada noda darah lagi pada kertas saring, kemudian catatlah waktu keseluruhan yang dibutuhkan. Untuk pengambilan sampel laki-laki dan perempuan masing-masing satu orang.

D. Laju Endap Darah

Menyediakan dua sampel darah yang telah dicampur dengan antikoagulan (Natrium sitrat atau EDTA) masing-masing darah sapi / kambing/ ayam. Sampel darah tersebut dimasukkan dalam tabung Westergreen dan biarkan berdiri tegak di raknya (isi tabung sampai tanda minus), lalu catat berapa mm turunnya eritrosit setelah 30, 60, dan 90 menit. Tinggi plasma yang jernih setelah satu jam diambil sebagai kecepatan pengendapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

A. Preparat Darah Natip

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Preparat Darah Natip

LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

1

2 Keterangan :

1. Leukosit

2. Eritrosit

3 3. Trombosit

Keterangan :

1. Leukosit

2. Eritrosi

3. Trombosit

Preparat : Darah Manusia

Pembesaran : 40 Kali

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Menurut hasil praktikum Darah I mengenai preparat darah natip, dimana didapatkan hasil sebagai berikut yaitu diperoleh sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan trombosit atau keeping-keping darah yang merupakan komponen sel darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mikrajuddin (2004), yang menyatakan bahwa darah manusi ataupun hewan terdiri dari dua kompoen penting yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan drah). Dimana sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel drah merah dan sel drah putih serta kepng drah, sedangkan cairan drah terdiri dari cairan darah (Plasma darah).

Menurut Anonim (2009), yang menyatakan bahwa susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keeping-keping darah (trombosit), dan plasma darah. Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan cirri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau nucleus. Hal ini ditunjang dengan pendapat Syaifuddin (2002) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah.

Warna yang ditemuykan pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu cirri dari sel darah putih tidak berwarna.

Pada praktikum juga ditemukan keeping-keping darah atau trombosit yang bentuknya tidak teratur dan jika dilihat secara sepintas nampak tidak memiliki inti sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999) yang menyatakan bahwa keeping-keping darah atau trombosit bentuknya tidak teratur, tidak memiliki inti sel atau nucleus dan sifatnya mudah pecah.

Menurut Anonim (2009) yang menyatakan bahwa bentuk keeping darah tidak tertaur dan tidak berinti diproduksi pada sum-sum merah, serta berperan penting pada proses pembekuan darah. Keping darah atau platelet adalah fragmen sel yang tersirkulasi darah yang terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (thrombus).

B. Waktu Koagulasi

Berdasarkan Praktikum Fisiologi ternak dasar yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Waktu Koagulasi

Kelompok

Pipa Kepiler

Cawan Petri

Laki – laki (detik)

Perempuan (detik)

Laki – laki (detik)

Perempuan (detik)

I

262

164

187

200

II

203

133

142

217

III

230

220

147

153

V

210

240

240

180

905

757

716

750

X

226,25

189,25

179

187,5

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Dari tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata waktu koagulasi pada cawan petri untuk laki-laki yaitu 226,25 detik dan perempuan 189,25 detik, sedangkan pada pipa kapiler rata-rata waktu koagulasi untuk laki-laki yaitu 179 detik dan untuk perempuan 187,5 detik. Dimana waktu koagulasi pada perempuan lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki pada perlakuan pipa kapiler, sedangkan pada perlakuan menggunakan cawan petri waktu koagulasi laki-laki lebih cepat dibandingka dengan perempuan. Hal ini disebabkan karena kandungan garam dalam kalsium dalam tubuh kurang akibatnya akan sangat berpengaruh terhadap pemecahan trombosit yang mengandung tromboplastin yang penting dalam pembekuan darah, dimana tromboplastin akan bertemu protrombin dan dengan bantuan kalsium dan vitamin K akan menjadi trombin yang dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariwibowo (2007), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi waktukoagulasi darah yaitu adanya pembentukan tromboplastin, adanya ion kalsium dan substansi faktor trombosit bereaksi dengan faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin, protrombin, prokonvertin, akseleretor konversi serum protrombin dan ion kalsium.Dari data diatas juga terlihat darah masih dalam kisaran normal baik pria maupun wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1995) yang menyatakan bahwa masa pembekuan normal berkisar 5-8 menit.

Proses koagulasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor labil, faktor stabil, faktor anti hemofilik A dan faktor hemofiliki B. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa faktor-faktor koagulasi darah sebagai berikut:

Faktor

Sinonim

I

II

III

IV

V

VII

VIII

IX

X

XI

XII

XIII

Fibrinogen

Protrombin

Tromboplastin

Kalsium

Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin

Faktor stabil, Prokonvertin, akselerator konversi serum protrombin (SPCA)

Antihemofilik globulin (AHG), faktor antihemofilik A

Faktor cristmas, komponen tromboplastin

Faktor Stuart-Prower

Anteseden tromboplastinplasma (PTA), faktor antihemofilik C

Faktor Hageman

Faktor stabilisasi fibrin

Setiap mempunyai waktu koagulasi yang berbeda, begitupula dengan mamalia juga berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa waktu koagulasi pada manusia adalah 5 menit, kambing 2,5 menit, sapi 6,5 menit, dan untuk kuda 11,5 menit.

Waktu koagulasi darah merupakan interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agegat yang ditunjukkan platelet yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 1992).

C. Waktu Pendarahan

Berdasarkan Praktikum Fisiologi ternak dasar yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil sebgai berikut :

Tabel 3. Hasil Pengamatan Lamanya Waktu Pendarahan

Kelompok

Laki – Laki (detik)

Perempuan (detik)

I

70

50

II

20

50

III

40

70

V

31

26

161

196

X

40,25

49

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Berdasarkan tabel 2 diatas, diperoleh rata-rata pada cawan petri untuk pria yaitu 40,25 detik dan wanita sebesar 49 detik. Adapun factor-faktor yang mempercepat koagulasi yaitu pemanasan pada suhu yang dibawahnya. Pengocokan, bila darah dikocok cepat membeku sedangkan kalau dikocok pelan koagulasi akan dipercepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Karman (1984) yang menyatakan bahwa luas permukaan kontak koagulasi akan dipercepat dengan menambah luas permukaan kontak.

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008). Sedankan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendarahan yaitu besar kecilnya luka atau umur, temperature atau suhu, dalam menggunakan kertas saring yang terlalu ditekan atau dapat pula oleh kadar kalsium dalam darah. Faktor yang lainnya yaitu tingkat kesehatan setiap individu dan banyak tidaknya zat kalsium yang terkansung dalam darah (Frandson, 1999).

D. Laju Endap Darah

Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Hasi Pengamatan Laju Endap Darah

LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

Keterangan :

LED pada kambing

30 menit : I : 0,5 mm

60 menit : I : 0,4 mm

90 menit : I : 0,2 mm

Preparat : Darah Kambing

Sumber: Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2006

Tabel 5. Hasi Pengamatan Laju Endap Darah

Kelompok

Jenis Ternak

30 menit (mm)

60 menit (mm)

90 menit (mm)

I

Sapi

0,2

0,4

0,6

II

Sapi

0,3

0,4

0,5

III

Ayam Potong

0,3

0,5

0,6

V

Kambing

0,5

0,4

0,2

1,33

1,7

1,9

X

0,33

0,425

0,475

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.

Dari tabel 3 di atas, maka dapat dilihat bahwa keadaan mula-mula sel menyebar secara menyeluruh, merata dan tidak menggumpal. Setelah 30 menit sel mulai mengendap sehingga mulai nampak cairan plasma yang berwarna kekuning-kuningan, dimana pada tabung terlihat tinggi plasma 0,33 mm, setelah 60 menit terlihat tinggi plasma pada tabung yaitu 0,425 mm dan pada menit ke-90 terlihat tinggi plasma naik menjadi 0,475. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa apabila suatusampel darah diberi zat untuk mencegah penggumpalan dan dibiarkan tenang tak terganggu, sel-selnya akan turun dan mengendap (settle) ke bagian dasar, hingga akan terlihat suatu cairan di bagian atas yang berwarna menyerupai jerami yang disebut plasma darah.. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa terjadinya pemisahan antara plasma darah dan sel darah yang didalamnya terdapat sel darah merah, sel darah putih dan keeping darah, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan berat jenis darah dan sel darah merah lebih besar daripada plasma darah.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Siregar (1995) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan adalah berat jenis sel darah merah dan juga berat jenis plasma darah. Bila jenis darah meningkat, meskipun berat jenis plasma normal, kecepatan pengendapan darah akan meningkat dan sebaliknya. Adapun laju endap darah normal pada ayam yaitu 1-2 mm, sapi 2-5 mm dan kambing 2-3 mm.

Laju Endap Darah (LED) dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal contohnya adalah cara meletakkan tabung di atas meja, tempertaur/suhu ruangan, getaran/guncanangan terhadap tabung, sedangkan faktor internalnya adalah seperti globulin dan fibrinogen. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim, 2003) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Laju Endap Darah yaitu faktor teknik seperti letak tabung/pipet, diameter tabung/pipet, suhu ruangan dan getaran sedangkan faktor kedua adalah faktor dalam darah itu sendiri yakni fibrinogen, eritrosit, dan globulin.

Laju Endap Darah (LED) seringkali digunakan pada pemeriksaan penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim, 2003), yang menyatakan bahwa LED berguna memantau penyakit kronik tertentu. LED yang normal tidak menyimpulkan bahwa seseorang tidak mengidap suatu penyakit, di pihak lain peninggian LED mendorong kita untuk memikirkan penyakit-penyakit yang ada kaitannya dengan perubahan dalam protein plasma. LED normal pada manusia khususnya pada pria 9 mm/1 jam dan pada wanita 15 mm/1 jam. Pada kambing sebesar 2,5 menit, pada sapi 6,5 menit, pada ayam 4,5 menit dan pada kuda sebesar 11,5 menit.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Darah I maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel darah yang terdiri atas beberapa jenis yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).

2. Waktu koagulasi adalah waktu mulai darah keluar sampai terbentuknya benang fibrin. Untuk rata-rata waktu koagulasi pada pipa kapiler untuk laki-laki adalah 226,5 detik dan untuk perempuan yaitu 189,25 detik, sedangkan rata-rata waktu koagulasi untuk perlakuan cawan petri pada laki-laki adalah 179 detik dan untuk perempuan yaitu 18775 detik

3. Waktu pendarahan adalah waktu mulai terjadinya tetes darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring. Waktu pendarahan rata-rata pada laki-laki yaitu 40,25 detik sedangkan pada perempuan waktu rata-ratanya 49 detik.

4. Laju Endap Darah yaitu kecepatan mengendapnya sel darah merah hingga terbentuknya plasma yang sangat jelas terlihat pada tabung westergrin. Laju endap darah rata-rata pada menit ke 30 yaitu 0,33 mm, menit ke 60 yaitu 0,425 mm, dan pada menit ke 90 yaitu 0,475 mm. Laju endap darah tersebut dibawah batas normal yaitu biasanya pada jantan dan betina antara 1-15 mm/jam.

Saran

Saran yang untuk laboratorium yaitu agar alat-alat dan kebersihan tempat atau lab. Senantiasa selalu bersih dan alat-alat yang rusak mohon diganti agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan lancer. Jadi semua alat-alat yang dibutuhkan oleh praktikan dalam praktikum dapat terpenuhi. Untuk asisten agar membimbing praktikannya dengan baik agar praktikum di laboratorium lebih disiplin.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran : Jakarta.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Pujianto, 2004. Khasanah Pengetahuan Biologi. Tiga Serangkai : Solo.

Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology Adaptation and Environment. Cambridge University Press : USA.

http://www.antikoagulan_jevuska.html. Tanggal 24 Februari 2009.

http://www.hemofilia.multiply.com. Tanggal 24 februari 2009.

http://www.sciencebiology.com. Tanggal 24 Februari 2009.

www.berbagisehat.co.id . Tanggal 24 februari 2009.

www.e-smart_school.com. Tanggal 24 februari 2009.

www.kalbe.co.id. Tanggal 24 Februari 2009.

www.medical_blood.gif.blogspot.com. Tanggal 24 februari 2009.

1 komentar: