Jumat, 06 November 2009

Praktikum VIII & IX

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Thermofologi merupakan istilah yang menjelaskan berbagai aspek energi dalam tubuh. Seekor hewan dalam melangsungkan hidupnya akan memproduksi energi hasil metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh digunakan untuk keperluan hidup pokok, produksi atau pertumbuhan. Perubahan energi dalam tubuh merupakan hasil perbedaan antara pertambahan energi dengan kehilangan energi yang biasa dipengaruhi oleh aktivitas hewan, ukuran tubuh, temperatur internal dan karakteristik fisik
Manusia tidak bergantung pada suhu lingkungan karena pada umumnya manusia mampu memperoleh dan memproduksi panas hasil metabolisme yang sangat tinggi dan isolasi termik yang sempit terhadap lingkungan pada produksi panas metabolisme. Kerangka otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada tulang tengkorak dan diselimuti oleh jaringan.
Pada organ mulut katak terdapat rambut getar yang berfungsi sebagai proses penelanan makanan. Semakin banyak rambut getar yang terdapat pada organ turut mempengaruhi proses penelanan makanan dalam katak. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukan praktikum tentang kontraksi otot kerangka, thermoregulasi, dan rambut getar untuk mengetahui suhu tubuh manusia dan ampibi pada berbagai kondisi, bentuk-bentuk rambut getar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi atau aktivitas otot.
Tujuan dan Kegunaan
A. Thermoregulasi
Tujuan dari praktikum thermoregulasi adalah untuk mengukur suhu tubuh manusia dan katak pada berbagai kondisi.
Kegunaan dari praktikum thermoregulasi adalah agar kita mengetahui cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu tersebut.
B. Rambut Getar
Tujuan dari praktikum rambut getar adalah untuk mengetahui bagaimana gerakan rambut getar serta pengaruhnya terhadap proses menelan serta jenis- jenis rambut getar daam mulut katak.
Kegunaan dari praktikum rambut getar adalah agar kita dapat mengetahui bentuk dan gerakan rambut getar pada katak.
C. Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan
Tujuan dari praktikum kontraksi otot kerangka dan rangsangan adalah untuk melihat kontraksi otot rangka pada katak dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Kegunaan dari praktikum kontraksi otot kerangka dan rangsangan adalah agar kita dapat mengetahui mekanisme pada kontraksi otot sederhana dan fakor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot rangka tersebut.


TINJAUAN PUSTAKA
A. Thermofisiologi
Thermosfiologi merupakan suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu tinggi internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir. Suhu sangat berpengareuh terhadap tingkat metabolisme, suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas yang dapat menyebabkan molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara satu molekul dengan molekul yang lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme di dalam tubuh hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika sehu lingkungan atau suhu tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim, enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Anonima, 2009).
Thermoregulasi merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Perolehan panas tubuh pada hewan eksoterm tergantung pada berbagai sumber panas di lingkungan luar. Masalah yang dihadapi hewan eksoterm tidak sama, tetapi tergantung pada jenis habitatnya. Seperti thermoregulasi pada eksoterm aquatik, suhu pada lingkungan aquatik relatif stabil sehingga hewan yang hidup didalamnya tidak mengalami adanya permasalahan suhu lingkungan myang rumit. Dalam lingkungan aquatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi. Pelepasan panas melalui dalam tubuh hewan ekstoterm (ikan) terutama terjadi melalui insang (Isnaeni, 2006).
Thermoregulasi pada hewan endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuhnya, sebagai hasil dari metabolisme tubuh . Suhu tubuh hewan endoterm termasuk didalamnya, yaitu burung (aves) dan juga mamalia, sedangkan hewan lainnya termasuk sebagai hewan ekstoterm. Akan tetapi, kenyataannya yang ada menunjukkan bahwa ikan tuna juga dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat tertentu. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh hewan endoterm dalam melawan suhu yang sangat panas adalah meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses berekeringat atau terengah-engah. Melakukan gular gluttering yaitu suatu proses menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan terus menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, dan akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat, menggunakan strategi hipertermik, yaitu suatu proses mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam ukuran tubuh sehingga suhu tubuh dapat meningkat sangat tinggi (Isnaeni, 2006).
Pembentukan panas pada akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan. Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara hemostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme sel yang dibawah sinar matahari, maka di dalam tubuh akan menjadi lebih hangat. Apabila menyentuh sesuatu yang suhunya 370C (Suhu tubuh kita) maka akan terasa hangat karena kulit lebih dingin dari pada suhu benda tersebut. Walaupun terdapat sebuah variasi pada beberapa bagian tubuh kita, akan tetapi dari waktu ke waktu variasi ini sangat kecil. Sistem diatur oleh suatu thermostat (suatu bagian dari otak). Sel reseptor tertentu ldalam struktur ini akan memonitor suhu darah dalam otak (bukan darah dalam kulit). Bila darah terlalu panas maka hipothalamus akan menilai suatu rantai untuk menurunkan suhu tubuh. Manusia dan hewan berukuran besar pada umumnya akan memulai berkeringat. Seperti misalnya anjing akan melewatkan udara melalui lidahnya dengan cara terengah-engah (panting) dan kucing akan menjilat tubuhnya sehingga evaporasi cairan akan dapat mendinginkan tubuh. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada suhu tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk terus dapat mempertahankan suhu tubuhnya (Anonimb, 2009).
Hemotherm merupakan hewan berdarah panas. Hewan yang tergolong di dalamnya adalah kelas aves dan mamalia. Panas terutama diperoleh dari reaksi metabolisme di dalam sel yang menghasilkan energi. Karena panas berasal dari dalam keluar (berlawanan dengan kadal yang berjamur baik untuk kita ini adalah burung dan mamalia kutub. Burung dan mamalia kutub mempunyai suhu tubuh pusat terbesar 390C, namun suhu kakinya hanya sekitar 30C. Pengaturan panas atas thermoregulasi pada hewan ekstoterm, dimana pada ekstoterm terutama pada karakteristik ditentukan oleh karakteristik fisik lingkungannya. Jadi, tingkah lakunya adalah merupakan salah satu faktor yang utama dalam memelihara temperatur tubuh secara konstan dan tetap (Sonjaya, 2009).
Secara fisiologis kaki tetap berfungsi dalam keadaan normal. Jadi sistem saraf kaki tetap berfungsi dalam keadaan baik, berarti hewan tersebut telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul. Selanjutnya yaitu dengan jalan hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi dan sebagainya. Periode hipernasi bervariasi mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan yaitu melalui peningkatan laju metabolisme dan suhu tubuh secara cepat yang akan segera mengembalikkan ke dalam keadaan normal (Prawira, 2005).
Sebagian besar orang akan mengalami kejang apabila suhu tubuh internal mencapai sekitar 410C dianggap sebagai batas atas masih memungkinkan kehidupan. Dipihak lain, sebagian besar jarinagn tubuh dapat menahan pendinginan yang substansional dan sifat ini bermanfaat pada bedah jantung saat jantung harus dihentiksn. Jaringan yang mengalami pendiginan memerlukan makanan lebih sedikit dibandingkan saat berada pada suhu tubuh normal karena menurunkan aktivitas metabolisame. Penurunan kebutuhan oksigen jaringan yang mengalami pendinginan, juga kadang-kadang berperan dalam air salju dalam waktu yang bersifat relatif lebih lama daripada waktu seseorang bertahan hidup tanpa oksigen. Suhu tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama sistem saraf baik otonom, sometik dan endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh sistem saraf maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja sistem endokrin terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan FSH. Adapun cara beradaptasi hewan endoterm terhadap suhu ekstrim yaitu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu eksterm panas dan ekstrm dingin. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan cara masuk ke dalam kondisi heterothermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu diantara berbagai bagian tubuh. Contoh yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein irreversibel. (Anonima, 2009).
Tidak semua energi di dalam molekul nutrisi dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pekerjaan biologis. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Energi di dalam sel molekul nutrisi yang tidak digunakan untuk bekerja ditransformasikan menjadi energi termal atau panas. Selama pengolahan biokimia, hanya sekitar separuh dari energi di dalam molekul nutrisi lainnya segera hilang sebagai panas. Selama pemakaian ATP oleh sel, 25% energi lain yang di dapat dari makanan yang dimakan menjadi panas. Karena bukan merupakan mesin uap yang tidak mengubah panas menjadi kerja, baik eksternal maupun internal. Oleh karena itu, tidak lebioh dari 25% energi nutrisi yang tersedia untuk melaksanakan kerja, sementara itu 75% energi nutrisis sisanya hilang sebagai panas selama perpindahan berurutan energi dari molekul nutrisi ke ATP ke sistem sel (Anonimb, 2009)
Pengeluaran energi atau pemakaian energi dibagi menjadi dua kategori yaitu kerja eksternal dan kerja internal. Kerja eksternal mengacu pada energi yang digunakan sewaktu otot rangka berkontraksi untuk memindahkan objek eksternal atau untuk menggerakkan tubuh dalam hubungannya dengan lingkungan eksternal. Kerja enternal merupakan semua bentuk lain dari pengeluaran energi biologis yang tidak menyelesaikan kerja mekanis di luar tubuh (Anonimb, 2009).
Beradasarkan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan hemeoterm. Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Sementara hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu lingkungannya berubah. Menurut konsep kuno, hewan poikiloterm sama dengan hewan berdarah dingin, sedangkan homeoterm sama dengan hewan berdarah panas. Kadal adalah contoh hewan poikiloterm, sementara mamalia adalah hewan hemoterm. Suhu tubuh hewan homeoterm. Akan tetapi, pada saat tertentu ketika suhu lingkungan di gurun mencapai 500C, suhu tubuh kadal dapat menjadi lebih tinggi daripada mamalia gurun. Dalam contoh tersebut sangat jelas bahwsa hewan berdarah dingin sama sekali tidak tepat (Prawira, 2005)..
Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai ekstoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Sementara hemeoterm dapat disebut sebagai endoterm karena suhu tubuhnya dapat diatur oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh. Sekalipun demikian, kita dapat menentukan adanya beberapa faktor atau pengecualian, misalnya pada insecta. Sebenarnya, insecta dikelompokkan sebagai hewan eksoterm tatapi ternyata ada beberapa faktor pada insecta misalnya, lalat yang dapat menghasilkan tambahan panas tubuh dengan melakukan kontraksi otot. Dengan alasan tubuh tersebut, lalat dikatakan bersifat endotermik sebagian. Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan disekitar atau dapat dikatakan berinteraksi panas. Interaksi panas tersebut menguntungkan ataupun merugikan sekalipun demikian hewan ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa pertukaran panas ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara untuk mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan menurunkan pelepasan panas dari tubuh, atau sebaliknya untuk memperoleh panas. Interaksi atau pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Prawira, 2005).
1. Konduksi
Konduksi panas merupakan perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini, panas akan berpindah dari benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Laju aliran panas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas permukaan benda yang saling bersentuhan, perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut. (Prawira, 2005).

2. Konveksi
Konveksi ialah perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak. Dalam hal ini, panas dari tubuh hewan dipindahkan ke zat alir yang bergerak di dekatnya. Sebagai contoh, orang yang menggunakan kipas angin atau berkipas-kipas karena kepanasan. Pada awalnya udara disekitar tubuh orang tersebut tidak panas, namun sesaat kemudian berubah menjadi panas akibat adanya konduksi panas dari tubuh orang tersebut. Proses perpindahan panas yang dicontohkan diatas menunjukkan perpindahan panas terjadi dari tubuh manusia ke lingkungannya, perpindahan panas secara konveksi juga dapat terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan. Contoh pada saat udara bertiup udara di dekat kita, lama-kelamaan tubuh kita akan menjadi lebih panas juga (Sonjaya, 2008).
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan. Contoh untuk hal ini misalnya perpindahjan panas dari matahari ke tubuh hewan dari panas api dipereapian ke tubuh manusia atau dari panas lampu OHP ke tubuh kita. Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi pula intensitas radiasinya. Selain dapat memancarkan panas, tubuh hewan juga dapat menyerap panas. Kenyataannya menyerap radiasi matahari misalnya dengan cara berjemur merupakan suatu cara terpenting yang dilakukan hewan (Khususnya endoterm) untuk menaikan suhgu dapat memperoleh panas tubuh (Anonima, 2009).

4. Evaporasi
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan bendsa dari fase cair ke fase gas. Perubahan benda (misalnya air) dari fase cair ke fase gas memerlukan sejumlah energi dalam bentuk panas. Oleh karena itu apabila air direbus menggunkaan panas atau listrik, lama kelamaan air tersebut akan berubah menjadi uap. Apabila panas yang diperlukan untuk mengubah air (atau zat cair lainnya) dari fase cair menjadi gas dinamakan panas penguapan. Hal ini berarti penguapan air memerlukan sejumlajh panas, dan panas tersebut nbiasanya diperoleh dari lingkungannya (Anonima, 2009).
Hewan darat kehilangan sejumlah air p[ada waktu ekspirasi terutama pada hewan-hewan yang tidak mempunyai kemudahgan anatomi untuk mendinginkan udara (Semakin banyak udara diekspirasi pada temperatur tinggi, semakin kaya akan uap air). Lubang hidung sangat berkembang dan merupakan salah-satu pendinginan udara yang efektif akibat penurunan kandungan uap air pada berbagai mamalia dan unggas (Anonimb, 2009)






B. Rambut getar
Rambut getar merupakan suatu selaput lendir yang terdapat dalam rongga mulut katak dan mempunyai fungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan mulut dan permukaan dinding cavumn oris (Anonimd, 2008).
Terdapat 6 macam rambut menurut Protist Imformation server, antara lain yaitu (Anonimd, 2008):
1. Chilodonella
Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang 120 miron. Chilodonella
Mempunyai cytopharyngeal basket tersendiri . Berbentuk oval dengan nukleus
yang berukuran besar (macronukleus) yang terlihat dengan jelas dibawah sinar
terang. Berikut gambar dari Chilodonella.










2. Prorondon
Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang sekitar 141 mikron,
Prorondon mempunyai bentuk yang silindris, terbungkus oleh ectoplsma yang tebal. Terdapat sitosom di dalamnya. Berikut gambar dari prorondon :


3. Colpoda
Cilia atau rambut getar mempunyai panjang dengan kisaran 60 hingga 70 mikron, oleh karena itulah colpoda merupakan cilia atau rambut getar yang berukuran lebihj medium bila dibandingkan dengan cilia yang lainnya. Colpoda mempunyai bentuk seperti bentuk ginjal, memiliki vacuola makanan yang terdapat di dalam selnya, yang berguna untuk mencerna makanan. Berikut gambar dari colpoda :





4. Stensor
Cilia atau rambut getar yang terdapat pada cavum oris ini berbgentuk seperti terompet, dapat juga berbentuk slindris dan mempunyai vakuola kontrakstil di bagian atas, biasanya terdapat di air hangat dan segar, berikut gambar dari stensor :




5. Coleps
Cilia atau rambut getar yang mempunyai bentuk yang menyerupai tong (barrel) dengan dikelilingi oleh lapisan endoplamix. Terdapat sitosom di bagian anterior ujung dan juga dilengkapi dengan cilia yang panjang. Cilia ujung posterior lebih panjang dibandingkan dengan cilia yang terletak di ujung anterior, serta mempunyai panjang 40-65 mikron. Berikut gambar dari Coleps :

6. Tetrahymena
Tetrahymena adalah rambut getar yang oligophymeno pharon dan pada umumnya terdapat di air tawar. Biasa digunakan pada bahan untuk mendemonstrasikan organisasi dari hewan tingkat rendah. Dikelilingi oleh cilia di sepanjang tubuhnya. Tetrahymena mempunyai bventuk basal. Berikut adalah gambar dari tetrahymena :





C. Kontraksi Otot
Otot adalah sebuh jaringan konektif dalam tubuh yang tugas utamanya adalah kontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh dan substansi dalam tubuh. Otak merupakan jaringan hewan yang terdiri dari beberapa sel yang berkontraksi sebagai akibat implus saraf sehingga dapat menghasilkan suatu gerakan secara keseluruhan ataupun intern (Anonimc, 2009).
Otot adalah sistem biokontrasktil dimana sel-sel atau bagian dari sel, memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumber hewan besar dan transfor makanan, gas, darah, dan bahan-bahan lain. Kontraksi otot ini merupakan kontraksi sel-sel yang berbentuk panjang, slinder atau gelendong yang masing-masing mengandung serabut kontraksi miskroskopik yang panjang dan paralel disebut miofibril (Sonjaya, 2008).
Sistem moskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh. Otot volunter melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit atau otot lain melalui struktur fibrosa yang disebut tendon dan aponeurosis. Serabut-serabut otot volunter bersama selubung sarkolema, masing-masing tergabung dalam kumparan oleh endomiosin dan dibungkus oleh pirimisium. Lalu, kolompok serabut tersebut digabungkan oleh selubung yang lebih padat yang biasa disebut epimisium dan gabungan fasikulus ini membentuk otot volunter badan individu. Semua otot memiki sup[lai darah yang baik dari arteri-arteri di dekatnya (Watson, 2002).
Bila satu otot menempel pada otot yang lain, serabut otot ini bisa saling memilin (interflace), pirimisium otot yang satu bersatu dengan yang lain atau keduanya bisa menggunakan tendon yang sama. Jenis hubungan yang ketiga terdapat pada otot dinding abdomen, dimana serabut-serabut aponeurosis saling menyilang, membentuk linea alba, yang dapat terlihat sebgaai cekungan dangkal di atas umbilikus (Frandson, 2000).
Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung lain bergerak ke arah ujung yang diam tersebut. Ujung yang diam disebut Origo, sedangkan yang bergerak disebut insersi. Namun kadang-kadang otot bisa digerakkan sedemikian rupoa sehingga insersinya diam dan origo bergerak ke arah insersi. Misalnya otot gluteus maksimum. Origo otot ini terletak padsa sakrum dan inersinya pada femur. Kebanyakan otot mempunyai tenson pada salah satu atau kedua ujungnya. Tendon pada salah satu atau kedua ujungnya . Tendon terdiri dari jaringan fibrosa dan biasanya berbentuk seperti tali (cord), meskipun beberapa otot yang pipih tali tersebut digantikan oleh suatu lembaran fibrosa kuat yang dilindungi oleh selubung otot yang disebut fasia Bila inersi bergerak ke origo, maka pahala yang fleksi menjadi ekstensi. Apabila seseorang mengubah posisi dan membungkuk ke depan pada sensi pinggul menjadi berdiri tegak, maka origo bergerak ke arah inersi. Susunan ini menghemat jumlah otot yang diperlukan dan penghematan lebih lanjut dilakukan menempatkan otot sedemikian rupa sehingga bisa melakukan lebih dari satu kerja. Otot otot harus melintasi sendi yang digerakkannya. Beberapa otot melintasi dua sendi dan bekerja menggerakkan keduanya, misalnya otot bisep melintasi siku dan bahu dan menghasilkan fleksi pada kedua sendi tersebut (Watson 2002).
Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendekkan sehingga mempertahankan sendi diam pada posisi tertentu. Bila kontraksi hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia renggang oleh kontraksi otot yang berlawanan kerjanya (otot antagonis). Otot tidak pernah bekerja sendiri. Bahkan gerakan paling sederhana sekalipun memerlukan kerja banyak otot. Mengambil pensdil memerlukan gerakan jari dan ibu jari, pergelangan tangan dan siku bahkan mungkin bahu dan batang tubuh ketika badan membungkuk ke depan. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk memungkinkan gerakan-gerakan halus tanpa sentakan. Kerja harmonis otot-otot ini disebut Koordinasi otot. Setiap kerja baru yang melibatkan koordinasi memerlukan waktu dan latihan sampai kombinasi baru gerakan otot tersebut dikuasai dan setelah itu, gerakan tersebut bisa dilakukan tanpa kerja mental dan konsentrasi yang besar. Saraf sensoro ”otot”, meskipun bukan sensasi yang sangat kuat tetapi cukup untuk menginformasikan adanya kontraksi otot, yaitu pada saat derajat kontraksi sebelumnya menjadi jelas (Watson, 2000).

Kenormalan otot berada dalam kondisi kontraksi parsial yang dikenal sebagai tonus otot. Tonus otot inilah yang mempertahankan posisi dalam waktu lama tanpa menimbulkan kelelahan. Hal ini mungkin oleh suatu mekanisme. Pada mekanisme ini berbagai kelompok serabut otot melakukan kointraksi dan relaksasi secara bergantian, sehingga setiap otot yang mempunyai derajat tonitas paling tinggi pada manusia adalah otot leher dan otot punggung (Anonimd, 2009).


Gambar 31 Sambungan Saraf otot

Dalam tubuh terdapat tiga macam jaringan otot yaitu otot polos, otot seran lintang involunter (otot kerangka), dan otot seran lintang Valunter (otot yang dipengaruhi oleh kehendak. Otot polos tidak memperlihatkan adanya garis melintang dan terdapat pada sistem-sistem yang menjalankan fungsinya secara otomatis. Otot polos terdapat pada dinding traktus digestivus yang berperan menggerakkan dan mencampur makanan dari lambung ke intestinum (usus), tanpa dipengaruhi oleh kehendak. Dinding sistem urogenasi mengandung banyak otot polos. Diameter pembuluh darah dan jumlah aliran darah pada suatu daerah ditentukan oleh otot polos yang terdapat pada suatu daerah ditentukan oleh otot polos yang terdapat pada dinding pembuluh. Kontraksi otot polos tetap stabil tanpa membutuhkan ransangan saraf. Meskipun demikian, kontraksi otot diatur oleh sistem saraf otonom dan dipengaruhi oleh beberapa obat-obat tertentu. Sel otot polos berbentuk seperti kumparan dengan nukleus sel terletak dibagian tengah. Sel-sel biasanya terangkai dalam bentuk lembaran, berkas atau nyaman. Tetapi kadang-kadang otot polos tersebar pada jaringan-jaringan seperti otot polos pada kulit yang berhubungan dengan kulit (Frandson, 1992).
Otot seran melintang yang tidak mempengaruhi oleh kehendak juga dikenal dengan otot jantung. Terdapat hanya pada jantung. Sel-sel otot jantung tersusun sebagai anyaman. Kontraksi otot jantung bersifat inharen dan berirama serta tidak membutuhkan rangsangan saraf, Meskipun demikian, laju kontraksi diatur oleh sistem saraf otonom, biasanya tidak ada kontrakstil sadar pada otot jantung. Sel-sel otot jantung mempunyai garis-garis melintang dan nukleusnya terleta dibagian sentral. Kita mengenal otot seran melintang volunter sebagai otot memiliki struktur melintang dan memiliki dua jenis filamen struktur melintang dan mempunyai ujung yang lancip serta letak nukleusnya berada di sentral. Otot licin tersebur dalam tubuh untuk menyusun bagian penting dari dinding organ vital seperti jantung dan saluran pencernaan serta saluran usus (Mikrajuddin, 2004).
Otot jantung sudah lama digunakan sebagai salah satu jaringan yang disukai untuk penelitian aktivitas obat-obatan atau zat kimia lainnya oleh farmakologis. Serabut otot licin atau jantung merupakan sel-sel tunggal yang mengandung hanya satui nukleus. Biasanya dalam bentuk benang dan sedsikit lebih kecil. Pada vertebrata, panjang selnya sekitar 50-300 um dan diameter 5-50um. Pada beberapa intervertebrata, serabut otot licin adalah lebih besar, misalnya pada nematoda, seperti ascaris, diameter selnya mencapai 1 mm. Banyak sel otot licin kekeurangan innervasi langsung sel-sel lainnya secara langsung oleh satu atau beberapa saraf pada ujung dari permukaan. Persimpangan neuromuskular pada otot licin adalah lebih sederhana dalam struktur daripada motor and plate otot bergaris melintang. Otot jantung adalah uniseluler dan tidak multiseluler yang ditemukan dalam jantung dan bekerja secara terus menerus tanpa henti. Pergerakannya tidak dipengaruhi oleh sinyal saraf pusat tetapi lebih karena pengaruh hormon (Sonjaya, 2008).
Pada otot licin vertebrata, komposisi anorganik dan berat molekul organik kelihatannya sama dengan otot kerang pada hewan yang sama. Namun demikian, terdapat variasi yang penting dalam komposisi organik pada sejumlah otot licin. Sel-sel kontraktil otot licin vertebrata tersusun dari aktin miosin dan tromboplastin dan pada dasarnya komposisi dan sifat-sifatnya sama dengan otot kerangka. Aktin dan tromboplastin secara proporsional lebih banyak dari yang ada pada otot kerangka (Sonjaya, 2008).
Garis otot jantung adalah sama seperti pada otot jantung adalah sama seperti pada otot jantung dan terdapat garis Z. Serabut-serabut otot bercabang-cabang dan saling bersentuhan dan berhubungan, tetapi saling melengkapi dan masing-masng adalah unit yang lengkap dikelilingi oleh membran sel. Intercalated disk yang tampak pada beberapa serabut dengan miskroskop elektron sebagai membran sel yang terikat sangat erat. Otot-otot atrium terpisah dari otot-otot ventrikel tetapi dalam tiap kelompok, masing-masing serabut otot disatukan dengan erat oleh ikataan khusus yang merupakan rintangan kecil bagi menyebarnya potensial aksi serabut-serabut lain. Secara fungsional otot unit atau sintesa. Sistem T otot jantung terletak pada garis Z bukan pada batas A-I otot jantung mengandung banyak mitokhondria yang memanjang dan berhubungan erat dengan fibril (Watson, 2002).
Otot kerangka terdiri dari serabut otot tersendiri yang merupakan kompleks bangunan susunan saraf. Kebanyakan otot kerangka bermula dan berakhir dalam tendo serta serabut otot yang tersusun sejajar di antara ujung tendinosa sehingga tenaga kontrakstil unit bersifat adiftif. Tiap serabut otot merupakan sel tunggal, multinuklear yang dibagi ke filamen tersendiri yang dibentuk dari protein kontraktil. Semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah serat yang diameternya berkisar 10-80 mikrometer. Masing-masing serat ini terbuat dari rangkaian sub unit yang lebih kecil. Sebagian besar dari serat-seratnya membentang di sepanjang otot (Watson, 2002).
Sel otot bergaris melintang merupakan pengecualian dari dalil bahwa sel hanya mempunyai satu nukleus. Tiap sel otot kerangka mempunyai satu nukleus. Tiap sel otot kerangka mempunyai banyak nukleus , karena sel-sel ini secara embrionik berkembang dari sel-sel yang lebih kecil yang berfungsi antara ujung ke ujung. Kedudukan nukleus otot kerangka sangat panjang, yaitu lebih dari 2 cm. Tebal serabut otot berkisar dari 10 sampai 100 um, aktivitras yang terus-menerus dapat meningkatkan ketebalan otot. Myofibril otot kerangka mempunyai pita-pita melintang gelap berseling terang yang biasa disebut dengan lurik (Sonjaya, 2008).
Dengan elektron mikroskop dan analisa biokimia dapat dibuktikan bahwa tiap myofibril terdiri atas sejumlah besar protein myofilamen longitodinal yang terdiri atas dua macam filamen tipis dan tebal. Filamen tebal terdiri atas ekor-ekor molekul miosin yang memanjang. Kepala molekul miosin ini menjulur kearah filamemn tipis sebagai jembatang silang yang potensial yang dapat menghubungkan filamen-filamen tersebut. Tiap kepala dan ekor disatukan satu engsel. Filamen itu disusun sedemikian rupa sehingga satu filamen tebal dikelilingi oleh enam filamen tipis. Karena kepala miosin itu mengitari filamen tebal maka dengan semua filamen tipis yang mengelilinginya dapat dibuat jembatan silang (Sonjaya, 2008).
Kejadian listrik dan aliran ion dalam otot kerangka yang pada dasanya sama dengan yang ada pada saraf, tetapi ada perbedaan kuantitatif dalam waktu dan besar. Potensial membran istirahat 90mv. Potensial aksi berlangsung 2-4 m/dtik dan dihantarkan sepanjang serabut otot sekitar 5 m/dtk/mv. Masa refrakter absolut selama 1-3 m/dtk dan polarisasi (suatu gelombang listrik) susulan relatif memanjang. Walaupun sifat listrik serabut sendiri di dalam suatu otot tidak cukup berbeda dalam menghasilkan sesuatu yang menyerupai potensial aksi gabungan , tetapi terdapat perbedaan ringan dalam ambang berbagai serabut (Syaifuddin, 2002).
Mekanisme umum kontraksi otot pada otot kerangka dapat diurutkan sebagai berikut yaitu (Syaifuddin, 2002) :
1. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik sampai ke ujung serat saraf.
2. Setiap ujung saraf mensekresi substansi neurotransmister yaitu asetikolin dalam jumlah sedikit.
3. Asetikolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot guna membuka saluran asetikolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot.
4. Terbukanya saluran asetikolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi berjalan akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot. Berjalan dalam serat otot dimana potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepas sejumlah ion kasium yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril.
7. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang menyebabkan gerak bersama-sama dan menimbulkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu titik, kalsium dipompakan kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
Selama kontraksi kuat, filamen aktin dapat ditarik bersama-sama dengan erat hingga ujung filamen miosin melekuk. Kontraksi otot terjadsi karena mekanisme pergeseran filamen. Kekuatan mekanisme yang dibentuk oleh interaksi jembatan penyebrangan dari filamen miosin dengan filamen aktin. Bila sebuah poptensial aksi berjalan ke seluruh membran maka serat otot akan menyebabkan retikulum saroplasmik melepaskan ion kalsium dalam jumlah besar yang dengan cepat menembus miofibril (Watson, 2002).
Mekanisme keadaan molekuler kontraksi otot yaitu pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen akan saling tumpang tindih. Pada waktu bersamaan menjadi lebih dekat satu sama lain secara meluas.Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung yang lain bergerak ke arah ujung yang diam tersebut disebut inersi. Namun, kadang-kadang otot bisa digerakkan sedemikian rupa sehingga inersinya diam dan origo bergerak ke arah insersi. Origo otot ini terletak pada sakum dan inersi pada femur. Bila inersi bergerak ke origo, maka paha yang fleksinya menjadi ekstensi. Apabila seseorang menubah posisi dari membungkuk ke depan pada sendi pinggul menjadi berdiri tegak, maka origo bergerak ke arah inersi. Susunan ini menghemat jumlah otot yang diperlukan dan penghematan lebih lanjut dilakukan dengan menempatkan otot sedemikian rupa sehingga bisa melakukan lebih dari satu kerja. Otot-otot harus melintasi sendi yang digerakkannya. Beberapa otot melintasi dua sendi dan bekerja menggerakkan keduanya, misalnya otot bisep melintasi siku dan bahu dan menghasilkan fleksi pada edua sendi tersebut (Anonime, 2009).
Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendekkan sehingga mempertahankan sendi diam pada pada posisi tertentu. Bila kontraksi otot hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia merenggang oleh kontraksi otot yang berlawanan kerjanya. Otot tidak pernah bekerja sendiri. Bahkan gerakan paling sederhana sekalipun memerlukan kerja banyak otot. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk memungkinkan gerakan yang halus tanpa adanya sentakan. Kerja harmonis otot-otot ini disebut koordinasi otot. Setiap komposisi otot memerlukan penyususnan otot yang harus dapat terpenuhi sehingga otot dapat berkontraksi dengan baik (Anonime, 2009).
Kontraksi otot terjadi akibat implus saraf. Implus saraf yang bersifat elektrik, dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot saraf. Implus saraf sampai ke sambungan otot saraf yang mengandung gelembung kecil asetikolin. Asetikolin dilepas ke dalam ruangan antara saraf dan otot (celah sinaps) dan ketika asetikolin menempel pada sel otot, ia akan merangsang terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot sehingga timbul kontraksi. Untuk bisa berkontraksi serabut otot memerlukan energi yang didapat dari oksidasi makanan, terutama karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana yang disebut glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan dengan segera oleh tubuh akan dikonversi menjadi glikogen dan disimpan dihati dan di otot. Glikogen otot merupakan sumber panas dan energi bagi aktivitas otot. Selama aktivitas otot oksidasi glikogen menjadi karbondioksida dan air, terbentuk suatu senyawa yang kaya akan energi. Senyawa ini disebut adenosin trifosfat (ATP). Apabila otot harus melakukan kontraksi, energi ATP akan dilepas seirirng dengan perubahannya menjadi adenosin difosfat (ATP) (Anonime, 2009).
Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur otot kontrakstil, tetapi karena otot mempunyai unsur elastisitas dan kental dalam rangkaian dengan mekanisme kontraktil maka kontraksi timbul tanpa suatu penurunan yang layak da;lam panjang ke seluruhan otot. Kontraksi yang demikian disebut isometrik (panjang ukuran sama). Kontraksi melawan beban tetap dengan pemendekan ujung otot dinamakan dengan isotonik (tegangan yang sama). Tegangan yang ditimbulkan oleh otot yang berkontraksi isometrik dan tegangan pasif yang ditimbulkan otot yang tidak terangsang bervariasi sesuai dengan panjangnya serabut otot. Hubungan ini dapat diteliti dalam preparat otot langka (Anonime, 2009).
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan Otot., Thermoregulasi, dan Rambut Getar, dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 April 2009 pukul 14.00 WITA – sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, kymograph, gunting bedah, pinset, jarum pentul, scalpel, thermometer, papan preparat, ohjek glass, deck glass, tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kapas, tissue roll, katak hijau, larutan ringer, air hangat, dan air dingin.
Metode Praktikum

A. Thermoregulasi

1. Suhu pada Manusia

Membaringkan seseorang dengan terlentang lalu memasukkan thermometer dalam ketiak dan membiarkannya selama 5 menit, lalu mencatat suhunya. Membersihkan thermometer dengan alkohol dan menormalkannya setelah itu memasukkan dalam mulut orang yang sama lalu membaca skalanya. Kemudian berkumur dengan air dingin selama 2 menit lalu memasukkan kembali thermometer ke dalam mulut lalu membaca skalanya dan mencatatnya. Kemudian menormalkannya kembali thermometer ke dalam mulut selama 5 menit dan mengamati suhu lalu mencatatnya.
2. Suhu pada Katak

Menormalkan thermometer lalu memasukkan ke dalam mulut katak selama 5 menit dan mengamati suhunya dan mencatatnya. Kemudian menormalkan kembali thermometer dan menyelimuti katak dengan kapas yang ditetesi dengan air hangat lalu memasukkan thermometer ke dalam mulut katak dan membaca skalanya. Menormalkan kembali thermometer dan menyelimuti katak dengan kapas lalu meneteskan air dingin dan memasukkan thermometer ke dalam mulut katak lalu membaca skalanya.
B. Gerakan Rambut Getar

Mensterilkan alat-alat terlebih dahulu, lalu mengambil seekor katak dan menelentangkan di atas preparat dengan mengikat tali pada keempat kakinya. Merobek kedua sisi perut katak dengan gunting bedah dan mandibula sejauh mungkin memperhatikan rahang-rahang atas dan gambarannya lengkap dengan bagian-bagiannya. Meneteskan langit-langit dengan larutan ringer dan mengamati daerah mana yang lebih capat bergerak. Mengambil sebagian dari selaput lender dari mulut katak dan meletakkan di atas objek glass lalu meneteskan larutan ringer dan menutupnya dengan deck glass kemudian mengamati di bawah mikroskop.
C. Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan Otot

Merusak otak katak dengan menusuk jarum pentul ke dalam foramen occipetale. Meletakkan katak pada papan preparat dan membuka ruang perutnya dengan scalpel lalu melihat nervus ischiadicus disebelah kiri-kanan tulang punggungnya yang berwarna putih, lalu mengikat saraf dengan kuat dan memotong ikatan dari sentrifugasinya. Kemudian saraf di preparel dan melepaskan pahanya dari katak.
Menyiapkan kymograph beserta perlengkapannya, kemudian memasang persendian otot pada alat, lalu menjepit tendon achiles dengan jarum pentul, kemudian mengikat dengan tenang bagian tulang paha yang tersisa. Membentangkan muskulus gatrenomeus dengan mengikat benang pada klem dan melalui dengan putaran rendah. Memperhatikan kurva kontraksi pada kertas kymograph.









HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Thermoregulasi

Berdasarkan praktikum mengenai Thermoregulasi pada pengukuran suhu tubuh manusia dan suhu katak, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Pengamatan Thermoregulasi pada Pria dengan Berbagai Perlakuan
Klp Perlakuan (oC)
Normal Mulut Berkumur Ketiak
I 36,00 36,00 36,00 36,00
II 33,00 35,00 34,00 35,00
Total 69,00 71,00 70,00 71,00
Rata-rata 34,50 35,50 35,00 35,50
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009
Bedasarkan pada percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa rata-rata suhu pada manusia (pria) dengan keadaan normal yaitu 34,50oC, pada saat thermometer ditaruh dimulut rata-rata suhunya 35,50 oC, dan dengan perlakuan berkumur-kumur 35,00 oC, dan pada saat thermometer ditaruh diketiak maka suhunya 35,50oC. Ini menandakan bahwa suhu manusia hampir sama pada setiap perlakuan karena manusia merupakan atau tergolong homeoterm yaitu suhu tubuhnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila suhu lingkungannya menurun maka manusia senantiasa menjaga suhu tubuhnya, hal ini sesuai dengan pendapat Jungueria (1993), bahwa hewan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan, ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena dia mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih dibanding hewan poikiloterm karena hewan tersebut hanya mampu untuk menyesuaikan diri.
Tabel 14. Hasil Pengamatan Thermoregulasi pada Wanita dengan Berbagai Perlakuan
Klp Perlakuan (C)
Normal Mulut Berkumur Ketiak
I 36,00 36,00 36,00 36,00
II 29,00 35,00 34,00 33,00
Total 65,00 71,00 70,00 69,00
Rata-rata 32,50 35,50 35,50 34,50
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa pada manusia (wanita) suhu rata-rata yang normal adalah 32,50 oC, pada saat termometer ditaruhg dimulut rata-rata suhunya 35,50 oC, dengan perlakuan berkumur-kumur rata-rata suhunya 35,50, pada saat thermometer ditaruh diketiak maka suhunya rata-rata 34,50oC. hal ini disebabkan karena manusia merupakan homeoterm yang suhu tubuhnya relatif konstan pada berbagai keadaan lingkungan, berbeda dengan poukiloterm yang suhu tubuhnya dipengaruhi lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009), yang menyatakan bahwa golongan hewan homeoterm yaitu hewan yang temperature tubuhnya relatif konstan pada berbagai variasi lingkungan sedangkan golongan hewan poikiliterm yaitu hewan yang temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Temperatur suhu tubuh hewan adalah hasil resultase dari pertumbuhan dan pertukaran panas.


Tabel 15. Hasil Pengamatan Thermoregulasi pada Katak
Klp Perlakuan (oC)
Normal Air Panas Air Dingin
I 31,00 39,00 28,00
II 29,00 35,00 27,00
Total 60,00 74,00 55,00
Rata-rata 30,00 37,00 27,50
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa suhu rata-rata pada katak yang normal adalah 30,00oC, pada saat perlakuan air panas rata-rata suhunya 37,00oC, dan pada saat diberi perlakuan air dingin 27,50oC. Antara manusia dan katak berbeda, hal ini disebabkan karena manusia oleh keadaan suhu lingkungannya sedang katak merupakan hewan yang termasuk hewan berdarah dingin dimana suhu tubuhnya yang dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maradjo (1985), yang menyatakan bahwa poikiloterm atau hewan yang berdarah dingin suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian hewan poikiloterm suhu tubuhnya sangat tergantung pada suhu lingkungannya.
Thermoregulasi merupakan proses fisiologis dalam tubuh yang menghasilkan energi panas sedangkan proses-proses yang dapat menghilangkan panas yang disebut dengan termilisis. Perubahan energi dalam tubuh merupakan pemakaian energi dan besarnya perubahan ini dipengaruhi oleh aktivitas hewan, ukuran tubuh, temperatur interna tubuh, karakteristik fisik dan lingkungan (Guyton, 1991).

Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan disekitar atau dapat dikatakan berinteraksi panas. Interaksi panas tersebut menguntungkan ataupun merugikan sekalipun demikian hewan ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa pertukaran panas ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara untuk mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan menurunkan pelepasan panas dari tubuh, atau sebaliknya untuk memperoleh panas (Prawira, 2005).
Golongan hewan homeoterm yaitu hewan yang temperature tubunya relative konstan pada berbagai variasi temperatur lingkungan sedangkan golongan hewan poikiloterm yaitu hewan lingkungan yang temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Temperatur tubuh hewan adalah hasil resultase dari lingkungan pertambahan dan pertukaran panas (Sonjaya, 2009).
Pertukaran panas antara dua tubuh dapat tidak terjadi dengan adanya kondisi air. Lewatnya air dari bentuk cairan menjadi bentuk uap menjadi memerlukan suatu tambahan energi, pada waktu air meningkatkan suhu tubuh organisme dan temperaturnya 35 oC, dalam bentuk gas (uap air dikeluarkan ketika respirasi atau melalui keringat), organisme tersebut akan kehilangan energi sebesar 2430 Kj/liter. Energi panas yang dihasilkan dan energi panas yang dipakai dalam tubuh akan selalu konstan dan dalam keadaan yang dinamis. Keseimbangan dapat digambarkan dalam persamaan berikut:


Dimana :
HT = Produksi panas metabolisme
W = Energi Panas untuk Kerja Eksternal
HC = Pertukaran Panas Melalui Konduksi dan Konveksi
HR = Pertukaran Panas Melalui Radiasi
HE = Kehilangan Panas Melalui Evaporasi
WS = Panas yang Disimpan dalam Tubuh
(Sonjaya, 2009)
Sebagian besar ternak memperlihatkan metabolisme sedikit aktif (hewan-hewan bradymetabole) yang menghasilkan sedikit energi, kalori, dan suatu konduksi panas tinggi (isolasinya jelek terhadap pengaruh lingkungannya) sehingga temperatur tubuhnya bergantung seluruhnya terhadap panas yang berasal dari lingkungannya. Kelompok ternak ini disebut eksoterm, sedangkan hewan endoterm adalah hewan yang menghasilkan banyak panas hasil oksidasi metabolisme dan isolasi termiknya sangat baik. Bila endoterm tidak permanen, hewan kelompok ini disebut heteroterm. Beberapa hewan eksoterm sebagai contoh reptile dan serangga sedang berjemur, menigkatkan suhu tubuh oleh panas eksternal dan sebagian lagi seperti ikan sedang berenang dan sedang terbang menggunakan produksi panas internal. Golongan hewan homeoterm adalah hewan yang temperatur tubuhnya adalah relatif konstan pada berbagai variasi temperatur lingkungannya (Guyton, 1991).
B. Rambut Getar

Berdasarkan hasil praktikum tentang Rambut Getar, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 32. Mulut Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

Keterangan:
1. Maxilla
2. Pallatum Molle
3. Dentes
4. Palatum Durum
5. Pharink
6. Mandibula
7. Lingua Bivida (lidah)
Preparat = Katak
Sumber: Data Hasil Prkatikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009






Gambar 33. Rambut Getar Pada Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

Keterangan:
1. Gelembung Udara
2. Rambut Getar
3. Sitoplasma
Preparat = Saliva Katak
Pebesaran = 40 X
Sumber: Data Hasil Prkatikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009
Dari pengamatan secara makroskopis dapat dilihat adanya pallatum molle dam pallatum durum pada cava oris dan kelenjar lainnya. Kedua pallatum dari katak terdiri dari dua jaringan yaitu jaringan fibrik dan selaput lendir yang mengandung rambut-rambut getar yang membantu dalam proses menelan. Pallatum durum tersusun oleh tajuk-tajuk pallatum, dari sebelah depan tulang maxillaries dan sebelah belakang tersusun oleh tajuk-tajuk pallatum, dari sebelah depan tulang maxillaries dan dibelakang pallatum inter dalam pallatum molle. Hal ini sesuai dengan pendapat Pearce (1991), yang menyatakan bahwa pallatum terdiri dari dua bagian yaitu pallatum durum dan pallatum molle, pallatum durum terdiri atas tajuk-tajuk dari sebelah depan tulang maxillaries dan lebih ke belakang tersiri atas dua bagian pallatum. Pada pallatum juga ditemukan adanya lipatan-lipatan bergantung dan bergerak yang terdiri atas jaringan fibrious yang dikendalikan oleh ototnya sendiri.
Kelenjar ludah yang dihasilakan oleh mulut katak ini dilengkapi oleh rambut getar yang memungkinkan proses pencernaan lebih mudah dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1991), yang menyatakan bahwa untuk memudahkan proses pencernaan pada katak maka dipergunakan dua macam ludah yaitu yang berbentuk cair dan yang berbentuk lendir.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa mulut katak mempunyai bagian-bagian yang sangat kompleks dan mempunyai fungsi khusus dalam pencernaan seperti lidah sebagai alat untuk menangkap mangsa juga sebagai alat untuk menelan. Saliva pada saluran pencernaan untuk memudahkan masuknya makanan ke dalam oesophagus, ada rambut getar pada jaringan epitel yang dapat mengalirkan cairan atau partikel yang dialirkan kea rah epitel bersilia tersebut. Gerakan rambut getar ini didukung oleh adanya ATP, jumlah rambut banyak sekali. Didukung oleh adanya ATP, terletak pada langit-langit rahang atas terutama pada pallatum. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009), yang menyatakan bahwa untuk memudahkan proses masuknya makanan ke dalam oesophagus ada rambut getar pada jaringan epitel yang mengalirkan cairan atau benda partikel yang diarahkan ke suatu arah di atas epitel bersilia.
Rambut getar merupakan suatu selaput lender yang terdapat dalam rongga mulut katak dan berfungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan mulut dan permukaan dinding cavum oris. Hal ini sesuai dengan pendapat Pearce (1991), yang menyatakan bahwa rambut getar dapat menimbulkan aluran dari cairan saluran mulut dan permukaan dinidng cavum oris.
Gambar 34. Macam-Macam Rambut Getar
Macam-macam rambut getar menurut Pearce (1991), adalah sebagai berikut:

Colpoda Stensor

Prorodon Coleps





C. Kontraksi Otot dan Rangsangan

Berdasarkan hasil praktikum tentang Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 35. Katak Terlentang dan Otot Paha Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

Keterangan:
1. Muskulus Gastronemius
2. Tendon Archiles
3. Nervus Ischiadicus
Preparat = Katak
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009
Karmana (1990), menyatakan bahwa rangka otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada tulang tengkorak dan diseliputi oleh jaringan yang disebut meningen. Otak terdiri dari cerebrum atau otak besar yang berfungsi sebagai pusat kepandaian, perasa, pendengaran, analisa, dan refleks. Cerebrum atau otak kecil yang mengkoordinasi kerja otot, thalamus, hipotalamus, medulla oblongata merupakan pusat respirasi, medulla spinalis menghubungkan rangsangan pusat respirasi, medulla spinalis menghubungkan rangsangan yang berasal dari daerah dan ke otak sebagai pusat refleks.
Pada vertebrata terdapat tiga macam jaringan otot, yaitu otot kerangka, otot jantung, yaitu terdapat pada dinding jantung. Otot licin (otot polos) terdapat dinding pencernaan, saluran air kencing, saluran kelamin, dinding arteri dan vena. Otot kerangka atau otot bergaris melintang adalah massa otot yang bertaut pada tulang dan merupakan penggerak otot dan tulang-tulang tubuh (Sonjaya, 2009).
Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot yaitu twich tunggal, treppe, summasi, dan tetani. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot adalah treppe, summasi, dan fatique.
1. Treppe








Dari grafik diatas terlihat adanya kontraksi otot yang berulang-kali terjadi karena adanya stimulasi berulang dan berurutan yang berseling beberapa detik. Hal ini disebabkan karena adanya ion kalsium yang meningkat dalam serabut otot sehingga meningkatkan aktivitas myofibril dimana kontraksi ini terjadi karena melalui adanya rangsangan yang diterima oleh otot melalui motor dan plate. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa treppe merupakan kekuatan kontraksi otot yang berulang-kali karena adanya stimulasi yang berurutan yang berseling beberapa detik saja. Hal ini didukung juga oleh Pearce (1991), bahwa kontraksi otot setiap terjadi karena rangsangan yang diterima oleh otot melalui saraf motor dan plate.
2. Summasi






Dari grafik di atas terlihat adanya summasi di mana setiap kontraksi otot terjadi pada berbagai tingkat kekuatan. Summasi terjadi atas dua yaitu summasi kotor berganda dan summasi motor bergelombang. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa peristiwa summasi merupakan serabut otot dapat berkontraksi dengan berbagai tingkat kekuatan yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan. Yaitu summasi motor berganda yaitu apabila banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara stimulus pada otot. Sedangkan summasi motor bergelombang apabila frequensi rangsangan ditingkatkan pada tiap unit motor.

3. Tetani







Dari grafik di atas terlihat adanya periode laten yang ditandai dengan adanya garis lurus di mana terjadi penyiapan energi untuk kontraksi berikutnya, kemudian dengan rangsangan yang terus menerus diberikan sehingga otot belum terjadi relaksasi sempurna rangsangan yang dating lagi yang memperkuat tegangan sehingga akan terjadi kontraksi yang maksimum dan sesudah kontraksi tidak akan maksimum lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993), yang menyatakan bahwa tetani adalah frequensi di mana stimulus menjadi cepat sehingga tidak ada peningkatan kontraksi atai tenaga terbesar telah dicapai oleh otot tersebut.






PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan
Kontraksi otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada tulang tengkorak. Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot yaitu twich tunggal merupakan kontraksi yang terjadi saat pemberian rangsangan single. Treppe merupakan proses meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot. Summasi adalah setiap otot berkontraksi dengan berbagai tingkat kekuatan. Fatique adalah menurunnya tingkat kapasitas bekerja oleh pekerjaan itu sendiri.
B. Thermoregulasi
Suhu tubuh pada manusia tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungannya dan tergolong ke dalam hewan endoterm. Sedangkan suhu tubuh pada katak dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang ada disekitarnya, dan tergolong ke dalam golongan hewan yang eksoterm.
C. Rambut Getar
Mulut katak mempunyai banyak bagian-bagian yangsnagat kompleks dan mempunyai fungsi khusus dalam pencernaan seperti lidah. Rambut getar pada katak terdiri dari gelembung udara dan cairan sitoplasma. Kelenjar yang berhubungan dengan saluran pencernaan adalah kelenjar saliva, pancreas, hati, dan empedu.
Saran
Sebaiknya alat-alat di laboratorium yang sudah rusak sebaiknya diganti agar
praktikum dapat berjalan lancar.
Sebaiknya para asisten pada saat praktikum berlangsung dapat membimbing
praktikannya dengan baik.

Praktikum VII

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menelan adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan oleh makhluk hidup supaya proses kehidupannya tetap berlangsung. Proses pencernaan berhubungan dengan proses menelan dimana merupakan mekanisme yang kompleks, dimana kelenjar ludah sangat berperan untuk memudahkan proses penelanan tersebut, kemudian makanan ke oesofagus karena kelenjar peristaltic lingkaran tersebut pada serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang berkontraksi, gelombang peristaltic mengantarkan bolus makanan ke lambung.
Urine merupakan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi di dalam tubuh setelah mengalami penyaringan, pada saat urine mengalir melalui pembuluh-pembuluh kecil menuju ke pusat ginjal, urine dikumpulkan dalam piala ginjal, dari ginjal inilah mengalir urine melalui aliran ginjal kandungan kemih sampai tiba saatnya dikeluarkan dari dalam tubuh.
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan dapat pada saat itu sama-sama melepaskan produk oksidasinya. Hal inilah yang mendasari dilakukannya praktikum mengenai roses menelan, respirasi, dan ekskresi urine pada mausia untuk melihat bagaimana pengaruh proses respirasi terhadap aktivitas menelan, proses-proses respirasi, dan jalannya sistem ekskresi dalam tubuh manusia.

Tujuan dan Kegunaan
A Respirasi
Tujuan dari praktikum mengenai respirasi adalah untuk melihat pengaruh berbagai aktivitas terhadap proses respirasi.
Kegunaan dari praktikum mengenai respirasi adalah agar kita dapat mengetahui cara menggunakan kymograph serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi.
B Proses Menelan
Tujuan dari praktikum mengenai proses menelan adalah untuk mengatahui hal-hal yang mempengaruhi proses menelan pada manusia.
Kegunaan dari praktikum mengenai proses menelan adalah agar kita mengetahui jalannya proses menelan pada manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. Ekskresi Urine
Tujuan dari praktikum mengenai ekskresi urine adalah untuk mengamati pengaruh bahan makanan terhadap warna, bau, dan berat jenis urine.
Kegunaan dari praktikum mengenai ekskresi urine adalah agar kita dapat mengetahui cara mengukur berat jenis urine serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekskresi urine.


TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Respirasi
Respirasi adalah proses umum dimana organisma mengambil energi bebas dalam lingkungannya dengan mengoksidasi substrat organik. Untuk mencapai hasil tersebut, organisma tingkat tinggi memakan berbagai bahan makanan dan mengubah menjadi molekul sederhana melalui proses pencernaan dan molekul yang terbentuk masuk dalam sel-sel yang selanjutnya mengalami oksidasi dengan bantuan sejumlah molekul oksigen yang berasal dari sitem pernapasan. Produk dari oksidasi (CO2 dan H2O) dikeluarkan oleh sel ke dalam lingkungannya (Sonjaya, 2008).
Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi seluruh jeringan tubuh dan membuang karbondioksida (CO2) ke atmosfir. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pernapasan (respirasi) menjalankan fungís yaitu (Rachman, 2007) :
1. Ventilasi paru, yaitu masuknya udara atmosfir kedalam paru sampai di alveoli dan keluarnya udara alveoli paru ke udara bebas/atmosfir lagi.
2. Difusi O2 dan CO2 antara darah kapiler paru dan udara alveoli, hal ini terjadi karena ventilasi berlangsung terus-menerus yang dibarengi aliran perfusi darah ke dalam kapiler alveoli yang juga terus-menerus mengalir.
3. Transpor O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi oleh sistem saraf dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pernapasan.
Mekanisme terjadinya respirasi adalah udara dari laur akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis), dimana rongga hidung berlapis selaput lendir yang didalamnya terdapat klenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera), udara dari rongga hidung akan masuk ke faring dan selanjutnya memasuki tenggorokan berupa pipa yang panjangnya kurang lebih 10 cm, terletak dileher dan sebagian dirongga dada (toraks). Tenggorokan bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Udara dari bronkiolus akan masuk ke dalam paru-paru yang terletak di dalam rongga dada bagian atas dan di bagian sampingnya dibatasi oleh otot dan rusuk dan dibagian bawah oleh diafragmayang berotot kuat (Anonim, 2009).


Gambar 58. Skema Sistem Respirasi Pada Manusia







Alveolus





Gambar 59. Saluran Pernafasan pada Paru-paru Mamalia
Dalam proses respirasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan sebentuk pertukaran gas, sehingga oksigen (O2) dari paru-paru masuk kedalam darah, dan karbondioksida (CO2) dan air (H2O) keluar dari darah masuk ke paru-paru. Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran karbondioksida (CO2) dengan oksigen (O2) di tingkat sel (Tambayong, 2003).
Inspirasi adalah proses yang aktif yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot inspirasi yang penting adalah diafragma yang melekat pada tepi kaudal didaerah toraks. Bila relaksasi diafragma berebntuk kubah ke dalam toraks, bila serabut otot berkontraksi diafragma mengembang keluar sehingga terjadi peningkatan volume toraks. Jika tulang iga meningkat, diameter toraks akan meningkat. Gerakan ini bergantung terutamka pada otot-otot interkostal, internal dan eksternal. Pada manusia waktu inspirasi diafragma turun 1-5 cm menyebabkan rongga dada bertambah dan terjadi perbedaan tekanan lebih besar antara udara luar dan di rongga intratorak (Sonjaya, 2008).
Ekspirasi, bila tidak terjadi gerakan udara yang dimana tekanan bronkisama dengan tekanan atmosfir. Tekanan intratorak bertambah karena diafragma dan tulang rusuk kembali kepada kedudukan semula. Hal ini menyebabkan udara didalam paru-paru didorong keluar karena tekanan intratoraks bertambah dan elastisitas paru-paru iru sendiri. Pada saat otot-otot inspirasi rileks maka volume torak menurun, tetapi jumlah udara dalam paru-paru mulai tetap sama, oleh karena itu tekanan intrapulmonari meningkat di atas tekanan udara luar, darah mengalir dari paru-paru ke eksterna sampai tekanan sama lagi (Sonjaya, 2008).
Dalam proses respirasi terdapat pigmen yang bertanggung jawab dalam proses inu yaitu hemoglobin yang berwarna merah dan akan berikatan dengan oksigen (O2) membentuk oksihemoglobin yang sifatnya lebih asam dari hemoglobin. Suatu protein yang mengandung senyawa dari hemin disebut hemoglobin dimana hemoglobin ini merupakan pigmen respirasi karena mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlibat keseimbangan asam basa (Guyton, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi yaitu pengaruh korteks cerebrasi karena adanya koneksi antara cerebrasi dengan pusat pernafasan. Ini berarti bahwa kita dapat merubah corak pernafasan. Orang dapat menahan nafas menurut kemauannya tetapi kemampuan nafas dapat dibatasi oleh peningkatan kadar karbondioksida dan ion H+darah. Faktor yang kedua yaitu refleks inflasi, pada dinding bronki terdapat reseptor yang sensitive terhadap rangsangan yang disebut stretch reseptor (Frandson, 1992).
Respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor; yaitu umur, dimana semakin tua seseorang maka frekuensi pernapasannya semakin tinggi; jenis kelamin, dimana antara pria dan wanita memilki frekuensi pernapasan yang berbeda; posisi tubuh dan kegiatan tubuh, dimana posisi dan kegiatn yang dilakukan akan mempengaruhi frekuensi pernapasan yang dihasilkan; dan faktor yang terakhir adalah suhu tubuh, dimana bila kita melakukan aktivitas seperti lari dapat meningkatkan suhu tubuh yang berakibat pada frekuensi pernapasan yang juga mengalami peningkatan (Ganong, 2003).
Menurut Sonjaya (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi difusi gas melintasi epitel atau membran pernapasan yaitu :
1. Tekanan Parsial Gas
Gas akan bergerak dari suatu daerah bertekanan tinggi ke gas bertekanan rendah. Tekanan parsial gas adalah tekanan total campuran gas x % gas dalam campuran.
2. Permeabilitas epitel atau membran pernapasan
Terdapat 2 membran yang sangat tipis memisahkan udara alveolus dengan darah kapiler paru-paru yaitu epitel paru dan endothelium kapiler paru-paru.

3. Luas permukaan epitel atau membrane pernafasan
Pada variable lain tetap, semakin luas membran maka semakin meningkat difusi gas.
4. Kecepatan sirkulasi darah paru-paru
Bila kecepatan aliran darah meningkat dikapiler paru-paru, maka setiap ml darah yang meninggalkan kapiler paru-paru akan mengandung lebih sedikit O2.
5. Reaksi kimia yang terjadi di dalam darah
Kecepatan dan efisiensi reaksi kimia yang terjadi dalam darah menentukan jumlah oksigen dan karbondioksida yang ditransfer antara darah dan udara alveolus.












B. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan merupakan pengubahan zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan dan diserap sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain dan kepentingan metabolisme. Gerakan makan diatur oleh serangkaian fase volunter dan diiukuti oleh fase involunter. Pada proses menelan tidak mungkin tanpa bolus basah, bolus kering tidak dapat ditelan dan menelan dengan terangkatnya laring bernilai negatif (Ganong, 2003).
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus (Anonim, 2009).
Pada proses pencernaan, makanan mula-mula dijadikan bagian yang kecil-kecil dengan cara menggigit dan mengunyah, kemudian dihaluskan lebih lanjut oleh asam klorida dan enzim-enzim pencernaan. Enzim-enzim ini membantu memecahkan, atau menghidrolisis protein, karbohidrat dan lemak menjadi senyawa dasar seperti asam amino, monosakarida dan gliserida. Jadi pencernaan merupakan proses yang mengubah bahan makanan menjadi zat yang dapat diserap ke dalam peredaran darah. Bahan-bahan yang tidak berguna dan malahan sebagian yang toksik, disingkirkan (dikeluarkan) berupa feses (Tambayong, 2003).


Diagram sistem pencernaan
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Tekak / Faring
7. Lidah
8. Kerongkongan / Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Usus dua belas jari (duodenum)
15. Saluran empedu
16. Usus tebal / Kolon
17. Kolon datar (tranverse)
18. Kolon naik (ascending)
19. Kolon turun (descending)
20. Usus penyerapan (ileum)
21. Sekum
22. Umbai cacing
23. Poros usus / Rektum
24. Anus

















Gambar 60. Diagram Sistem Pencernaan
Menurut Rachman (2007), fungsi dari sistem pencernaan yaitu sebagai berikut:
1. Menerima nutrien (prose menelan/ingesti).
2. Menghancurkan nutrien dalam bentuk molekul-molekul kecil untuk mencapai dan memasuki aliran darah (proses pencernaan/digesti).
3. Memungkinkan molekul-molekul tadi untuk mamasuki aliran darah (proses penyerapan/absorbsi) sehinggga dapat dikirimkan ke seluruh jaringan. Dimana semua proses tersebut dikoordinasi oleh gerakan-gerakan otot halus dan sekresi saluran pencernaan.
Struktur sistem pencernaan terbagi menjadi dua bagian yaitu traktus gastrointestinal (saluran pencernaan) yang terdiri atas rongga mulut, pharynk, esophagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus; dan organ-oragan assesoris/tambahan yang terdiri dari lidah, gigi, kelenjar ludah, hati, kantung empedu dan pankreas (Watson, 2002).
Menurut Tambayong (2003), saluran cerna mempunyai empat lapisan atau tunika yaitu :
a. Tunika mukosa, yang terdiri atas epitel permukaan, basah, dilapisi mukus (lendir) diatas lamina basal; lamina propria (jaringan ikat longgar); dan tunika muskularis mukosa (otot polos).
b. Tunika Submukosa, dimana lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar, yang memudahkan mukosa bergerak. Disini terdapat pleksus pembuluh darah dan pleksus saraf disebut pleksus submukosa (Meissner), yang berfungsi mengatur kontraksi mukosa.
c. Tunika muskularis eksterna, yang terdiri atas dua atau tiga lapis otot polos. Lapis otot dalam (sirkuler) berfungsi menyempitkan lumen dan lapis luar (longitudinal) memendekkan usus.
d. Tunika adventisia (serosa) adalah lapis terluar, yang terdiri atas jaringan ikat longgar yang relatif padat. Seringkali menyatu dengan jaringan ikat bangunan sekitarnya.
Tiga fase pencernaan yang saling bekerja sama yaitu fase sefalik terjadi ketika kita berfikir, melihat, atau mencium makanan dalam hal ini menstimulasi pelepasan getah lambung dan pergerakan lambung, ini sebabnay lambung mengalami keroncongan ketika kita sedang lapar. Fase gastrik terjadi ketika makanan ada di dalam lambung dan keberadaan makanan ini merangsang pelepasan getah dan gerakan lambung. Fase intestinal (usus) terjadi ketika makanan memasuki duodenum dan sekresi sserta gerakan di dalam lambung dihambat oleh mekanisme yang digambarkan diats, yang melibatkan baik mekanisme hormonal dan neural (Watson, 2002).
Proses ruminasi adalah proses pencernaan bahan makanan yang telah dimakan dan masuk ke dalam lambung dikembalikan lagi ke mulut dan dikunyah lagi, kemudian ditelan kembali. Proses ruminasi dibagi atas beberaa tahap yaitu (Frandson, 1992) :
1. Mastifikasi atau pengunyahan yang dibantu oleh otot-otot medial pterigoid, messeter dan temperal berfungsi menutup rahang, otot lateral pterigoid menghasilkan gerakan menggiling makanan dan otot digastrikus dan sterno mandibularis bekerja membuka rahang.
2. Insalivasi merupakan suatu kerja yng refleks yang dalam keadaan normal dirangsang oleh adanya makanan dalam mulut.
3. Deglutasi atau proses penelanan yang dimana terbagi atas tiga tahap yaitu bergeraknya makanan atau air melalui mulut kemudian bergeraknya bahan tersebut ke dalam faring dan selanjutnya ke esophagus sebelum masuk ke perut.
4. Regurgitasi adalah tahapan dimana makanan yang telah berada diperut kembali ke dalam mulut untuk dikunyah kembali.
5. Remastikasi adalah pengunyahan kembali yang terjadi lebih santai dibandingkan dengan pengunyahan insial tersebut.
6. Reinsalivasi adalah pencampuran dengan saliva ketika dikunyah kembali setelah itu ditelan kembali.
Saliva adalah campuran sekret dari semua kelenjar liur, dan jumlahnya dapat mencapai 1000 ml dalam 24 jam. Fungsinya bermcam-macam yaitu membasahi makanan agar mudah ditelan, meningkatkan cita rasa karena bahan kimia yang berhubungan dengan rasa harus berada dalam larutan untuk dapat merangsang kuncup kecap. Saliva mengandung amilase dan maltase (mulai mencerna sebagian karbohidrat), lisozim dan perioksidase (anti-bakteri), juga mengandung gamma globulin (IgA=pertahanan terhadap bakteri) (Tambayong, 2003).

Menurut Rachman (2007), beberapa fungsi saliva yaitu :
1. Fungsi pencernaan : ά-amilase dan lipase
2. Fungsi proteksi : enzim lysozyme, IgA, lactoferin, proline rich protein
3. Fungsi lubrikasi : mucin
4. Fungsi deferensiasi dan pertumbuhan : NGF dan EGF
Saliva/ludah dihasilkan oleh 3 (tiga) pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah mulut dan telinga, panjangnya Kira-kira 5 cm dan terbuka ke dalam mulut, berlawanan arah dengan gigi molar atas kedua. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang dipengaruhi oleh penyakit yang umumnya disebut gondongan. Kelenjar submandibular dan kelenjar submaksilaris, dimana keduanya terbuka ke dalam lantai mulut dan cairan banyak mengandung protein sehingga makanan dapat menjadi kental. Kelanjar lidah, dimana mengandung enzim lipase (Watson, 2002).
Bolus merupakan gumpalan makanan yang terbentuk estela reguritasi dan pengunyahan kembali dimana makanan yang telah dikunyah akan tercampur dengan saliva yang diletakkkan di atas permukaan lidah kemudian dengan bantuan lidah menggerakkan bolus menuju faring (Frandson, 1992).





C. Sistem Sekresi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi (ATP), semua makhluk hidup menyelenggarakan berbagai reaksi metabolisme. Akan tetapi, reaksi metabolisme tersebut tidak hanya menghasilkan ATP dan zat bermanfaat lainnya, tetapi juga menghasilkan zat sisa. Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari dalam tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Pengeluaran berbagai zat sisa metabolisme seperti sisa obat, hormone dan berbagai zat toksik (beracun) diselenggarakan oleh sistem pengeluaran (ekskresi) (Isnaeni, 2006).
Sisa metabolisme dalam bentuk air dikeluarkan melalui sekresi urine. Organ-organ yang penting dalam sistem urinarius terdiri atas 2 buah ginjal kiri dan kanan, dua ureter kiri dan kanan, kandung kemih/blader serta uretra (Frandson, 1992).
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal. Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zatzat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, dan paru-paru (Rahadian, 2009).
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urine (Rahadian, 2009).

Gambar 61. Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa
ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat
Struktur ginjal yaitu bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu (Rahadian, 2009) :
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal)
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan malphigi terdapat kapsul bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal (Rahadian, 2009).

Gambar 62. Ginjal terletak di dorsal pinggang berjumlah sepasang

Gambar 63. Struktur dalam (anatomi) ginjal
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra (Rahadian, 2009).
Urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti). Komposisi dari urine yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat (Gibson, 2002).
Urine didorong melewati ureter dengan gelombang peristaltic, yang dapat terjadi sekitar 1-4 kali/rmenit. Urine memasuki kandung kemih dalam serangkaian semburan kecil. Pintu masuk yang miring melalui dinding kandung kemih menjamin bahwa ujung bagian bawah tertutup selama miksi dengan kontraksi kandung kemih, sehingga mencegah rufleks urine kembali ke ureter dan mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas (Gibson, 2002).
Kandung kemih terdiri dari membran mukosa yang menjadi lipatan ketika kandung kemih kosong, lapisan submukosa, lapisan muscular, membentuk sebagian besar ketebalan dinding kandung kemih dan sebagian membentuk spingter disekitar lubang uretra serta peritoneum atau fascia pelvis pada sisi luar (Gibson, 2002).
Miksi adalah kerja refleks yang sangat penting setelah masa bayi dikontrol oleh pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf. Miksi dikontrol melalui sarf eferon menuju kandung kemih dimana pengeluaran urine dibantu dengan kontraksi otot abdomen dan diafragma yang menyebabkan kolaps kandung kemih dengan meningkatkan tekanan intra abdominal (Gibson, 2002).
Menurut Rahadian (2009) yang menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi produksi urin adalah hormon anti diuretik yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon anti diuretik (ADH) rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon (ADH) banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut (Rahadian, 2009) :
a. Jumlah air yang diminum, Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b. Saraf, Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin, Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.







METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Proses Menelan, Ekskresi Urine, dan Respirasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 April 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum VII adalah gelas air minum, piring, sendok, kymograph, pneumograph, dan Marey Tambour.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air mineral, gula, biskuit gabin, teh, kopi, susu putih, susu coklat, pisang, tissue rol, dan kertas grafik.

Metode Praktikum
A Siklus Respirasi
1 Respirasi pada berbagai kegiatan
Dengan drum kymograph pada kecepatan rendah, mencatat tingkat respirasi pada waktu posisi jongkok, duduk, dan berdiri masing-masing selama 1 menit. Mengulangi percobaan dengan 2 orang percobaan lain.


A. Proses Menelan
1. Pengaruh pernapasan pada proses menelan
Mengisi mulut dengan air (jangan ditelan dulu) dan terus melakukan pernapasan seperti biasa, kemudian merasakan bagaimana efek respirasi terhadap proses menelan.
2. Proses menelan tidak mungkin tanpa bolus yang basah
Melakukan proses menelan beberapa kali tanpa ada sesuatu di mulut,kemudian merasakan pada saat menelan yang ke 4 – 5 maka kita akan terasa sukar menelan.
3. Bolus kering tak dapat ditelan
Mengeringkan mulut dengan kertas isap, lalu kemudian memasukkan serbuk biskuit gabin yang telah disiapkan. Selanjutnya, kita merasakan bahwa proses menelan sangat sulit bahkan tidak dapat terjadi.
4. Proses menelan dan terangkatnya larinx
Memegang erat-erat larinx dengan tangan kemudian mencoba menelan, maka kita akan meras kesulitan dalam menelan.
5. Menelan adalah proses yang aktif
Menjungkirkan badan dengan posisi kaki di atas kepala di bawah, lalu mencoba menelan pisang maka pisang yang kita makan akan sampai juga ke lambung




B. Ekskresi Urine
Menyiapkan beberapa macam minuman yang berbeda, yaitu air putih, air teh, air kopi, air susu putih, air susu cokelat, dan air gula. Kemudian praktikan baik pria dan wanita dari beberapa kelompok meminum air tersebut. Setelah itu menunggu sampai selang waktu 30 menit dan tidak boleh meminum apapun sebelum tenggang waktu tersebut. Setelah sampai tenggang waktu yang telah ditentukan praktikan mengeluarkan urine lalu mengamati warna, bau, berat jenis, dan volume urine tersebut.
























HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Respirasi
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil mengenai respirasi sebagai berikut :
Tabel 20. Frekuensi Pernafasan per menit untuk Berbagai Aktivitas
Aktivitas Laki-laki Perempuan Jumlah Rata-rata
Berdiri 28 27 55 27,5
Duduk 19 20 39 19,5
Jongkok 24 24 48 24
Lari 32 28 60 30
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.
Berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa frekuensi pernafasan pada saat berdiri rata-rata 27,5 per menit, pada saat duduk frekuensinya 19,5 per menit, pada saat jongkok menjadi 24 per menit sedangkan pada saat setelah berlari frekuensi bernafas menjadi 30 per menit. Perbedaan tersebut disebabkan karena adannya perbedaan aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambayong (2003) yang menyatakan bahwa frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin serta aktifitas.
Dari table tersebut dapat pula diketahui bahwa frekuensi pernafasan yang paling tinggi adalah frekuensi pernasan yang di ukur setelah berlari. Hal ini disebabkan karena pada saat berlari terbentuk hutang oksigen dimana untuk melakukan pemenuhan oksigen ketika berlari terjadi glikolisis an aerob sehingga terjadi perubahan glukosa menjadi asam piruvat tanpa membutuhkan oksigen. Sedangkan pada saat berhenti berlari maka terjadi peningkatan frekuensi pernafasan akibat terjadinya proses fosforilasi oksidatif dimana sebagian besar asam laktat akan diubah menjadi glukosa yang dikembalikan kembali menjadi glikogen otot dan penyaluran oksigen akan normal kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan energi oleh otot dengan laju kontraksi dalam aktifitas yang tinggi maka dibutuhkan glikogen dalam jumlah yang besar. Jika kecepatan penyaluran oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan untuk fosforilasi oksidatif maka kebutuhan tersebut akan terpenuhi melalui glikolisis anaerobik. Dimana jumlah yang dibutuhkan untuk memindahkan asam laktat merupakan hutang oksigen, yang dapat terbayar melalui proses bernafas sedalam-dalamnya sampai hutang ini terbayar.
Proses pernafasan merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup suatu organnisme di muka bumi ini, dimana proses pernafasan terdiri dari ekspirasi atau menghembuskan udara serta inspirasi atau menghirup udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachman (2007) yang menyatakan bahwa proses pernapasan terdiri dari dua kegiatan, yaitu menghirup udara atau menarik napas dan menghembuskan udara atau mengeluarkan napas. Menghirup udara disebut inspirasi dan menghembuskan udara disebut ekspirasi. Berdasarkan bagian tubuh yang mengatur kembang kempisnya paru-paru, pernapasan dapat dibedakan menjadi pernapasan dada (pernapasan tulang rusuk) dan pernapasan perut (pernapasan diafragma).
B. Proses Menelan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil mengenai proses menelan sebagai berikut :
Tabel 21. Proses Menelan pada Berbagai Perlakuan
No. Perlakuan Kemampuan Menelan
Laki-laki Perempuan
1. Menelan dengan bolus + +
2. Menelan dengan bolus kering - -
3. Menelan dengan bolus basah + +
4. Menelan dengan posisi terbalik + -
5. Menelan dengan larinx terangkat - -
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama dalam menelan suatu jenis makanan dalam posisi yang berbeda-beda. Dimana pada saat menelan yang dengan bolus serta bolu basah meberikan respon yang bernilai positif sedangkan pada saat menelan dengan bolus kering, menelan pada posisi terbalik dan larinx yang terangkat menghasilkan respon yang bernilai negatif, dimana pada posisi-posisi tersebut makanan sulit untuk ditelan. Hal ini disebabkan karena saat menelan dengan bolus kering saliva tidak dimanfaatkan sebagai pelarut makanan yang membantu proses pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (2002) yang menyatakan bahwa di dalam mulut terkandung kelenjar ludah yang berfungsi untuk 1) memungkinkan makanan dikunyah oleh gigi dan dibentuk ke dalam bolus, gumpalan yang dapat ditelan, 2) ptyalin, enzim dalam saliva mengubah karbohidrat menjadi maltose serta 3) melembabkan lidah dan bagian mulut dalam, memungkinkan mulut bergerak saat bicara. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut kering serta kesulitan dalam menelan.
Disamping itu ketika menelan dengan posisi terbalik serta larynx tertahan juga tidak dapat dilakukan proses menelan dengan baik karena larynx sebagai saluran pencernaan ditahan yang menyebabkan makanan sulit untuk dilanjutkan atau diteruskan pada posisi selanjutnya. Demikian pula halnya pada saat posisi terbalik dimana kepala sebagai pusat koordinasi tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik pada saat pencernaan karena posisi organ-organ pencernaan terbalik dan tidak bisa melakukan aktivitas yang semestinya terutama untuk mengunyah dan mensekresikan kelenjar saliva. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (2002) yang menyatakan bahwa deglutisi atau proses menelan, terbagi menjadi berbagai tahap. Pertama bergeraknya makanan atau air melalui mulut, kemudian bergeraknya bahan tersebut ke dalam farinks selanjutnya ke esophagus sebelum masuk ke perut. Makanan yang masuk di dalam mulut dipotong dan dihancurkan oleh gigi dan dilembabkan oleh saliva membentuk bolus, massa berlapis saliva. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut kering serta kesulitan dalam menelan.


C. Ekskresi Urine
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil mengenai ekskresi atau pengeluaran urine sebagai berikut :
Tabel 22. Ekskresi Urine
No Jenis Minuman JK Berat Jenis Warna Volume (ml) Bau Ket
1. Teh + Gula ♂ 1,022 Kuning coklat 50 +++ Tengik
♀ 1,018 Kuning emas 100 + Pesing
2. Kopi + Gula ♂ 1,003 Kuning 20 +++ Tengik
♀ 1,001 Kuning 21 ++ Pesing
3. Susu putih ♂ 1,020 Orange 95 ++ Pesing
♀ 1,011 Orange 70 ++ Pesing
4. Susu coklat ♂ 1,040 Kuning keruh 85 ++ Pesing
♀ 1,011 Kuning 45 ++ Pesing
5. Air mineral ♂ 1,000 Kuning bening 105 ++ Pesing
♀ 1,005 Kuning bening 121 ++ Pesing
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.



Berdasarkan tabel tersebut maka diperoleh hasil bahwa ekskresi urine yang dihasilkan dari meminum air mineral lebih besar dibandingkan dengan meminum jenis minuman yang lain, hal ini disebabkan karena kadar air dari air mineral lebih encer sehingga volume urine yang dihasilkan lebih besar. Sedangkan berdasarkan berat jenisnya, urine yang memiliki berat jenis yang tertinggi adalah urine yang berasal dari minum susu coklat karena konsistensi dari jenis minuman ini lebih pekat sehingga menghasilkan urine yang memiliki berat jenis yang tinggi. Namun jika dilihat dari segi warna, masing-masing urine yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda, tergantung dari jenis minuman yang diminum. Dimana dengan minuman yang lebih berwarna seperti susu coklat, kopi dan teh menghasilkan urine yang memiliki warna kuning keemasan sampai kecoklatan sedangkan pada saat minum air mineral urine yang dihasilkan cenderung memiliki warna yang lebih bening (seperti warna aslinya). Namun jika dilihat dari segi bau masing-masing urine yang dihasilkan memiliki bau yang hampir seragam yaitu berbau tengik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahadian (2009) yang menyatakan bahwa selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut Jumlah air yang diminum, Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak. Serta dipengaruhi oleh saraf dan banyak sedikitnya hormon insulin.

Lebih lanjut diungkapkan oleh Gibson (2002) yang menyatakan bahwa urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti). Komposisi dari urine yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat.














PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Frekuensi penafasan yang dihasilkan dari masing-masing aktifitas berbeda-beda, dimana pada saat berdiri ♂ 27/menit ♀ 28/menit, duduk ♂ 20/menit ♀ 19/menit, jongkok ♂ dan ♀ 24/menit, serta berlari ♂ 32/menit ♀ 28/menit.
2. Kemampuan menelan dari laki-laki dan perempuan dengan berbagai perlakuan terlihat pada saat menelan dengan bolus serta pada bolus basah untuk laki-laki dan perempuan bernilai (+) sedangkan pada saat menelan dengan bolus kering dan dengan posisi larynx tertahan baik laki-laki maupun perempuan bernilai (-). Akan tetapi pada saat menelan dengan posisi terbalik laki-laki bernilai (+) sedangkan perempuan (-).
3. Ekskresi urine pada saat minum teh yang manis, kopi manis, susu putih, susu coklat serta air mineral menghasilkan urine yang berbeda-beda baik nilai berat jenisnya, warna, volume, serta bau yang dihasilkan, tergantung dari jenis minuman yang diminumnya. Dimana urine yang normal Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti), Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030.


Saran
Sebaiknya kegiatan praktikum dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sehingga praktikan dapat mengefisienkan waktu yang dimilikinya, karena setiap detik waktu merupakan kesempatan berharga yang tidak dapat terulang kembali. Disamping itu kegiatan praktikum sebaiknya mendapatkan bimbingan serta penjelasan mengenai praktikum yang dilaksanakan guna mempermudah pemahaman terhadap kegiatan praktikum tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Sistem Pencernaan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaan. Diakses, 17 April 2009.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ganong, William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Penerbit:Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gibson. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. EGC, Jakarta.

Guyton, C. R. 1995. Fisiologi Manusia Edisi Revisi. Penerbit:Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.

Rachman, Erwin.dkk. 2007. Fisiologi. Universitas Indonesia Timur, Makassar.

Rahadian. 2009. Sistem Ekskresi pada Manusia. http://poexpoe.files.wordpress.com/ 2008/06/sistem-ekskresi-manusia1.pdf

Sonjaya, Herry. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tambayong, Jan. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit:Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Penerbit:Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Praktikum VI & X

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem peredaran darah adalah sistem yang mempunyai mengatur pergerakan darah di dalam pembuluh darah dan juga perpindahan darah dari satu tempat ke tempat lain. Fungsi peredaran darah adalah mengangkut zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut O2 dari organ pernapasan ke seluruh jaringan tubuh dan CO2 dari seluruh jaringan ke organ pernapasan, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke target organ dan mendistribusikan panas dari sumbernya ke seluruh bagian tubuh.
Jantung merupakan organ vital dalam sistem peredaran darah pada makhluk hidup. Tanpa adanya jantung yang senantiasa memompa darah maka proses peredaran darah tidak akan mungkin dapat berlangsung. Perbedaan jantung pada setiap hewan dapat dilihat dari jumlah ventrikel dan atriumnya. Otak adalah jaringan yang memliki peranan yang sangat penting dalam tubuh karena merupakan pusat koordinasi seluruh aktivitas dalam tubuh makhluk hidup. Secara garis besar otak terbagi atas otak muka, otak tengah, dan otak belakang.
Atas dasar inilah dilakukan praktikum mengenai sistem sirkulasi darah, kontraksi otot jantung, aksi integrasi saraf, dan fungsi otak untuk melihat secara langsung sistem peredaran darah pada arteri dan vena, respon jantung ketika diberikan perlakuan, dan pengaruh yang timbul ketika otak sebagai sistem saraf pusat dirusak.
Tujuan dan Kegunaan
A. Sistem Sirkulasi Darah
Tujuan dari praktikum mengenai sistem sirkulasi darah adalah untuk melihat sistem peredaran darah pada arteri dan vena pada katak.
Kegunaan parkatikum mengenai sistem sirkulasi darah adalah agar kita dapat membedakan sistem peredaran darah pada arteri dan vena.
B. Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
Tujuan dari praktikum mengenai rangsangan dan kontraksi jantung adalah untuk melihat bagaimana kontraksi pada jantung katak terhadap berbagi perlakuan yang diberikan.
Kegunaan praktikum mengenai rangsangan dan kontraksi jantung adalah agar kita mengetahui pengaruh berbagai rangsangan terhadap berbagai perlakuan yang diberikan.
C. Aksi Integrasi Saraf
Tujuan dari praktikum mengenai aksi integrasi saraf adalah untuk mengetahui keseimbangan aksi pada tubuh dari pengaruh perlakuan yang diberikan.
Kegunaan dari praktikum mengenai aksi integrasi saraf adalah agar kita dapat mengetahui aksi integrasi saraf terhadap keseimbangan tubuh setelah diberikan perlakuan.



D. Fungsi Otak
Tujuan dari praktikum mengenai fungsi otak adalah untuk melihat bagaimana pengaruh yang timbul setelah otak katak tersebut dirusak.
Kegunaan dari praktikum mengenai fungsi otak adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh yang timbul setelah otak katak tersebut dirusak.















TINJAUAN PUSTAKA
A. Aksi Integrasi Saraf
Saraf merupakan sistem yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi organ di dalam tubuh secara terintegrasi sehingga mmungkinkan suatu makluk hidup dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya. Susunan saraf menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar tubuh, dan mengkoordinasikan semua aktifitas organ di dalam tubuh kita. Susunan saraf berfungsi untuk merencanakan dan mengkoordinasikan tingkah laku, sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif suatu makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsi yang begitu bervariasi, susunan saraf merupakan organ yang paling awal mengalami deferensiasi pada masa embriogenesis; merupakan organ yang paling besar pada saat lahir. Selain morfologinya yang khusus, neuron dari susunan saraf merupakan struktur yang menyusun dan mengatur dirinya sendiri (self-organizing & self regulating). Sifat yang unik dari neuron ini sebagian meruapakn ekspresi yang unik dari gen, dan sebagian lagi adalah akibat perkembangan dan pengalaman individu dari setiap mahluk hidup (Siregar, 1995).
Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan afinitas sistem saraf mengintegrasikan aktivitas berbagai sel, jaringan, dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan, perkembanga dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana proses penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada sususnan saraf, diperlukan pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Komunikasi antara satu neuron dengan neuron yang lainnya atau dengan otot dan kelenjar adalah melalui proses transmisi sinaptik (Synaptic transmission). Transmisi sinaptik terjadi sinaps dimana akson dari suatu neuron (sel presinaptik) akan berhubungan dengan dendrit, akson, dari suatu neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar. (Anonima, 2009)
Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme yang dicirikan oleh cepatnya reaksi dan lokalisasi yang tepat dari tempat kerjanya. Fungsinya didasarkan atas suatu infrastruktur selular sangat sempurna, hubungan bercabang, yang menghasilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat, umumnya sistem saraf mengatur aktifitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cerpat; seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos pada alat pencernaan dan sekresi beberapa kelenjar. Contoh fungsi sistem saraf dalam mengatur dan mengkoordinasikan berbagai aktifitas dari fungsi tubuh adalah berhubungan sistem pencernaan dan sistem peredaran darah. Sistem pencernaan ternak tidak adaartinya jika tidak didampingi oleh sistem peredaran darah untuk menyerap dan mengedarkan berbagai zat makanan yang telah dicerna. Berbagai sistem tersebut bekerja sama tidak sembaragan. Waktu dan tempat dari satu perangkat kegiatan berhubungan erat dengan berbagai kegiatan lainnya. Beberapa kegiatan tubuh, sepertyi berjalan dan menguyah merupakan kegiatan yang disadari oleh individu hewan, sedangkan kegiatan lain pengaturan denyut jantung sekresi enzim dan gerakan pristaltik merupakan aktivitas yang tidak disadari (otonom). Semuanyan itu dikoordinasikan oleh sistem saraf sebagai jaringan khusus yang menghubungankan seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal yang menghubungi seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal sebagai sekresi kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ke dalam peredaran darah. Jadi peran utama sistem saraf dalam kehidupan organisme adalah mengatur dan mengontrol berbagai aktivitas padfa berbagai organ dan seluruh tubuh hewan. Kontraksi otot, sekresi kelanjar, kerja ajntung, metabolisme dan masih banyak proses lain yang beroperasi dalam tubuh ternak yang dikontrol oleh sistem saraf, sistem saraf berhubungan dengan berbagai organ dan system, mengkoordinasikan semua aktivitas dan menjamin fisiologis organisme serta membantu dalam pemeliharaan kesaruan organisme dengan liungkungan (Sonjaya, 2008)
Sel mengkhususkan diri untuk menerima dan menstramisi rangaangan disebut neuron. Neuron merupakan unit fungsional dan struktur sistem saraf pada semua hewan multisel. Sistem saraf pusat terdiri dari 100 triliun sel saraf. Neuron mempunyai struktur dan ukuran yang saama, yaitu badan sel (cell body atau soma), dan juluran-juluran sitoplasma yang disebut neurit. Neurit ini terdiri dari akson (axon) dan dendrit, Seperti yang terlihat pada gambar 10. Struktur dan fungsi neuron dalam perkembangannya akan mengalami perubahan sesuai dengan poerkembangan fungsi sensorik dan motorik makhluk hidup. Pada janin bayi baru lahir bentuk neuron masih belum sempurna. Dengan berkembangnya fungsi sensorik dan motorik, struktur dan fungsi neuron juga akan mengalami perkembangan (Anonimc, 2009).
Gambar 10. Anatomi Neuron

Beberapa neuron pada sususnan saraf pusat tidak mempunyai akson, sehingga potensial lokal akan disebarkan dari satu dendrit dan dendrit lainnya. Dendrit yang menjulur keluar dari badan sel berfungsi untuk menghantar implus ke badan sel, sedangkan akson yang menjulur keluar dari badan sel melalui axon hollick berfungsi untuk menghantarkan implus yang bersal dari badan sel. Bagian awal dari akson disebut segmen awal (initial segment). Pada bagian ujung akson akan bercabang-cabang dan berakhir pada bongkol sinaptik. Sinaptik knobs ini mengandung granula atau vesikel yang berdisi neurotransmister. Pada perkembangannya akason dari neuron akan diselubungi oleh selubung mielin yang berfungsi untuk mempercepat penghantaran implus. Selubung mielin ini pada susunan saraf pusat dibentuk oleh oligodenrosit, yang merupakan bagian dari sel neurolia. Pada saraf ferifer selubung miel;in dibentuk dari sel schwan. Selubung mielin ini adalah proteo-lipid yang terdiri dari kholesterol, fosfolipidI, serebrosida, asam lemak dan protein. Komposisi kimiawi selubung mielin pada susunan saraf pusat dan saraf ferifer berbeda, hal ini kemungkinan disebabkan pula oleh struktur yang menyusunnya berbeda pula. Bagian dari akson yang tidak diselubungi oleh selubung mielin disebut nodus granvier (Gani, 1995).



Gambar 11. Motor neuron dengan selubung mielin





Selubung mielin mempunyai resistensi listrik yang tinggi sehingga berfungsi sebagai isolator listrik. Hanya pada nodus ranvier akfinitas listrik membran dapat terjadi, sehingga proses depolarisasi (konduksi implus) meloncat dari satu nodus ranvier ke nodus berikutnya. Penghantaran implus seperti ini disebut penghantaran loncaqt saltatoris yaitu implus meloncat dari nodus ke nodus berikutnya baik melalui cairan ekstrasel maupun melalui sarkoplasma. Konduksi saltatoris mempunyai beberapa keuntungan yaitu kecepatan penghantaran implus meningkat dan lebih hemat energi serta oleh karena depolarisasihanya terjadi pada nodus ranvier (Anonimc, 2009).
Jaringan saraf dalam otak dan sum-sum tulang belakang, disamping mempunyai sel-sel penunjang yang disebut neurogia. Sel-sel ini mempunyai penjuluran sitoplasma dan sel-sel itu bersama penjuluran-penjuluran kerangka penyangga yang sangat rapat tempat neuron itu bereada. Neuroglia diperkirakan memisahkan dan mengisolasikan neuron-neuron berdekatan sehingga rangsangan dapat berjalan dari neuron ke neuron dengan melewati sinaps, yang barier neuroglianya itu tidak sempurna. Sel-sel neurogia menyusun lebih dari seperdua volume otak, jadi lebih banyak dari jumlah neuron. Sel-sel neuroglia tidak menyebarkan implus listrik seperti halnya neuron. Karakteristik elektrofisiologi neuroglia berbeda dengan neuron. Selain tidak menyebarkan aksi potensial, membran potensialnya lebih tinggi dari neuron dan tergantung terutama pada konsentrasi ion K. Selain itu, sel-sel neuroglia berhubungan satu sama lainnya melalui hubungan resistensi yang rendah sehingga memungkinkan ion atau molekul kecil masuk ke luar dari satu sel ke sel lainnya. Neuron menghantar implus ke sel neuroglia dengan membuat depolarisasi membran sel neuroglia (Anonima, 2009).



Gamabr 12. Proses penyebaran implus oleh sel neuroglia

Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan aktifitas berbagai sel, jaringan dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan, perkembangan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana proses penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada susunan saraf, diperlukan pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Sinyal yang digunakan untuk memproses dan menyebarkan informasi adalah perubahan potensial yang dihasilkan oleh arus listrik yang terjadi pada permukaan membran sel saraf atau neuron. Arus listrik tersebut terjadi akibat pergerakan ion seperti Na, K, dan Cl yang terdapat dalam cairan ekstra sel dan intrasel. Terdapat dua jenis perubahan potensial membran yang dapat terjadi pada neuron. Untuk memahami potensial istirajat dan potensial aksi, perlu kita mengetahui dasar-dasar fisika dan kimia yang mendasaari distribusi ion pada kedua sisi membran dan hubungan antara distribusi ion tersebut dengan membran potensial. Pergerakan ion melalui membran dipengaruhi oleh perbedaan muatan listrik diantara kedua sisi membran disebut sebagaiu potensial difusi (Anonimb, 2009).

Gambar 13, Potensial aksi ion-ion 1
Pada gambar 13, dapat dilihat suatu model sel menjelaskan distribusi ion pada cairan ekstrasel dan ekstrasel. Konsentrasi ion Na, K dan Cl pada model ini sama dengan konsentrasi ion-ion tersebut pada sel saraf. Pada model ini volume cairan ekstrasel sangat besar dibandingkan volume cairan intrasel, sehingga pergerakan ion air masuk dan keluar dari sel tidak mempunyai pengaruh terhadap konsentrasi pada cairan ekstrasel. Jika ketiga keadaan tersebut Jika ketiga keadaan tersebut, yaitu netralisasi muatan listrik, keseimbangan osmotik dan permeabilitas selektif. Pada gambar 5 terlihat bahwa distribusi ion K dan Cl adalah berbaneding terbalik dengan konsentrasi ion K lebih besar di dalam sel sedangkan konsentrasi ion Cl lebih besar di luar sel. Dengan demikian ion K akan meninggalkan sel dan ion Cl masuk kedalam sel. Hal ini menyebabkan akumulasi ion negatif di dalam sel dan ion positif di luar sel. Perpindahan ion K keluar sel menyebabkan timbulnya gradien listrik yang arahnya berlawanan dengan garadien konsentrasi dan semakin lama semakin besar sesuai dengan semakin besarnya ion yang berpindah (Anonimb, 2009).

Gambar 14. Distribusi ion K dan Cl

Suatu rangsangan akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel, yaitu membran menjadi permeabel terhadap ion Na sedangkan ion K akan menurun. Oleh karena kadar ion Na diluar sel lebioh besar dari pada di dalam sel, maka gradien konsentrasi mengarah ke dalam. Disamping itu keadaan pada saat ini masih berada dalam potensial keseimbangan kalium (K) sehingga gradien listrik arahnya ke dalam sel. Seperti pada gambar 6, dapat dilihat bahwa bagian dalam akan menkadsi lebih positif dan memban potensil menjadi kurang negatif dan menuju ke nilai nol. Jika








Gambar 15. Aksi potensial ion Na+ dan K+
Membran sel mengalami depolarisasi maka kenduktan ion Na, jika terjadi depolarisasi yang menyebabkan berkurangnya membran potensial, maka ini menyebabkan Na channel akan terbuka. Depolarisasi membran sel saraf akan menyebabkan konduktans membran sel untuk ion Na (gNa) akan meningkat akibat terbukanya Na channel. Konduktans membran terhadap ion Na mencerminkan permeabilitas membran terthadap ion Na. Masuknya ion Na melalui Na channel yang terbuka dan membran potensial mencapai keseimbangan potensial untuk ion (Anonimb, 2009).


Bagian-Bagian dari sistem saraf adalah sistem saraf pusat yang terdiri dari cerebrum dan medula spinalis, dan sistem saraf perifer yang terdiri dari nervus cranialis dan spinalis, serta sistem saraf autonom yang terdiri dari sistem simpatis dan parasimpatis. Berdasarkan pertimbangan fungsional, susunan saraf terdiri dari komponen somatik dan otonom. Bagian dari susunan saraf yang mengatur rekasi-reaksi tubuh yang bersifat involunter,. Seperti fungsi visera atau organ-organ dalam disebut susunan saraf otonom. Dinamakan susunan saraf otonom oleh karena dalam menjalankan fungsinya susunan saraf ini pada umumnya bersifat otonom. Walaupun demikian, definisi tersebut tidak mutlak, misalnya pada refleks yang juga bersifat involunter, tetapi refleks ini tidak melibatkan tapak jalan saraf otonom. Pembagian anatomis sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (central nervous system/CNS) dan sistem saraf tepi (peripheral nervous system/PNS). Sistem saraf pusat (CNS) termasuk didalamnya otak (cerebrum, cerebellum, pons, medulla oblongata) sedangkan sistem saraf tepi (PNS) Semua neuron/saraf yang tidak termasuk CNS seperti saraf yang keluar dari medulla spinalis. Dimana sistem saraf pusat (CNS) Berfungsi untuk mengintegrasi, memproses dan mengkoordinasi data sensoris dan perintah motoris sedangkan sistem saraf tepi (PNS) berfungsi menghantar informasi sensoris dan membawa perintah motoris ke jaringan/organ. Pembagian sistem saraf secara historis terdiri dari dua yaitu sel saraf (neuron) dan sel penyangga (neuroglia) (Siregar, 1995).

B. Sistem Sirkulasi Darah
Dalam proses kehidupan organisme, diperlukan makanan dan O2 untuk melaksanakan metabolisme di seluruh tubuh, dan dihasilkan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Peredaran materi (bahan-bahan yang diperlukan tubuh), oksigen, dan sisa-sisa metabolisme oleh sistem transfortasi (sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah). Dalm sistem sirkulasi, hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sedangkan sisa-sisa metabolisme diangkut dari seluruh jaringan tubuh menuju organ-organ pembuangan (Srikini, 2000).
Pada hewan tingkat tinggi terdapat 2 tipe sistem peredaran darah, yaitu sistem peredaran darah terbuka dan sistem peredaran darah tertutup. Sistem peredaran darah terbuka adalah peredaran atau distribusi darah ke seluruh tubuh (ringan) yanmg tidak selalu melewati pembuluh darah. Kadang kala secara langsung menuju jaringan tubuh melalui pembuluh. Dalam sistem peredaran darah terbuka tidak dapat dibedakan antara darah dan cairan intersisal (cairan yang mengisi ruang antarsel) karena tercampur. Pada Daphina dan Crustacea, umumnya plasma darah tak berwarna dan mengandung sel ameboid dengan benda darah (korpuskula) yang bebas dalam plasma. Di dalam plasma darah terlarut suatu pigmen yang disebut hemosianin (pigmen respirasi) yang berguna untuk transportasi oksigen ke jaringan-jaringan (Siregar, 1995).
Sistem peredaran darah terbuka terdiri dari jantung sebagai pusat peredaran darah, sejumlah rongga yang disebut sinus, dan beberapa arteri. Jantung berbentuk sadel ataupun bentuk tabung terbungkus oleh pembungkus (perikardium). Jantung terletak di bagian tengah belakang dada dengan dinding otot yang tebal. Saluran arteri yang berasal dari jantung memiliki katup-katup (valve) pencegah darah masuk kembali ke jantung. Arteri-arteri tersebut adalah sebagai berikut (Anonimb, 2009) ;
1. Arteri optalmik (mata); terletak di median dorsal di atas lambung dan keluar menuju bagian muka (kemudian ke bawah bercabang0cabang menjadi dua)
2. Dua arteri antena ; terletak bersebelahan dengan arteri optalmik menuju ke bagian muka, kemudian bercabang-cabangke bawah. Arteri ini memberi darah ke daerah lambung, antena, alat ekskresi, otot, dan jaringan kepala lainnya.
3. Dua saluran arteri hati; meninggalkan jantung menuju kelenjar pencernaan dan berada di bawah arteri antena
4. Saluran arteri dorso abdominalis; menuju posterior dan berfungsi memberi darah ke dorsal ataupun abdomen.
Peredaran darah tertutup adalah sirkulasi darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh-pembuluh darah. Pada sistem peredaran darah ini, darah diedarkan melewati arteri dan kembali ke jantung melewati vena. Pada pembicaraan peredaran darah tertutup dapat diambil contoh Annelida dan vertebrata. Annelida dan vertebrata telah memiliki perkembangan yang lebih maju dibandingkan dengan hewan-hewan lain. Demikian pula tentang sistem peredaran darahnya, yakni telah adanya sistem peredaran darah tetutup. Sebagai contoh cacing tanah (Lumbricus terrestris). Pada cacing tanah, sistem peredarannya terdiri dari cairan darah, beberapa pembuluh darah, dan jantung sebagai pusat peredaran. Darah cacing tanah terdiri atas plasma darah dan benda darah yang melayang. Darah cacing tanah berwarna merah disebabkan oleh adanya hemoglobin yang larut dalam plasma darah (Anonimb, 2009).
Jantung dan saluran darahnya memiliki katup sehingga darah tidak mengalir kembali ke jantung. Aliran darah disebabkan karena kontraksi lengkung jantung. Jantung memompa darah dari saluran darah dorsal ke saluran darah ventral kemudian ke seluruh tubuh. Pertukaran gas terjadi di jaringan-jaringan tubuh. Dari seluruh tubuh, darah menuju bagian dorsal tubuh. Dari bagian dorsal tubuh darah kembali ke janrtung (Srikini, 2000).
Berdasarkan jenis cairan yang diedarkan, sistem peredaran darah pada vertebrata dibedakan menjadi dua macam, yakni sistem peredaran darah dan sistem limfatik (peredaran getah bening). Berdasarkan cara peredarannya, sistem sirkulasi pada vertebrata ada 2 macam, yaitu sistem peredaran darah terbuka pada limfa, dan sistem peredaran darah tetutup pada darah. Sistem peredaran darah pada vertebrata berbeda dengan sistem peredarandarah pada invertebrata dalam hal ada tidaknya pusat koordinasi peredaran. Pada invertebrata tidak dijumpai suatu pusat koordinasi peredaran. Sistem peeredaran darah vertebrata terdiri dari jantung, arteri, vena, kapiler dan darah. Jantung adalah pusat peredaran. Jantung yang tersusun oleh otot yang kuat yang memiliki yang memiliki kontraksi yang ritmik (teratur)); biasa kita sebut detak atau denyut. Dengan kekuatan kontraksinya , jantung mampu mendorong dan meninggalkan jantung. Arteri dan vena dapat dijumpai pada hewan vertebrata. Perhatikanlah kedua macam pembuluh tersebut dengan pembedahan katak ataupun, ikan (Anonimb, 2009).

Gambar 16. Sistem sirkulasi
Pembuluh darah yang meninggalkan jantung disebut arteri(nadi). Selanjutnya arteri bercabang-bercabang diseluruh jaringan tubuh menjadi arteri yang halus dan disebut kapiler. Darah dari seluruh tubuh akan kembali melalui venula (pembuluh balik kapiler) kemudian menuju ke vena (pembuluh balik yang lebih besar) dan akhirnya kembali kejantung. Plasma darah vertebrata tak berwarna dan mengandung sel darah merah (eritrosit). Pada umumnya , eritrosit vertebrata berbentuk oval dan berinti. Akan tetapi , eritrosit pada mamalia berbentuk bikonkav dan tak berinti. Sel darah putih (leukosit) ada beberapa macam dan masing-masing mempunyai tugas khusus. Selain itu, terdapat juga keping-keping darah (trombosit). Eritrosit berwarna merah karena adanya hemoglobin yang berperan dalam pengikatan O2 pada sistem pernapasan. Plasma darah berfungsi membawa sari-sari makanan, sampah metabolisme, hasil proses sekresi, dan beberapa gas (Siregar, 2000)
Pada hewan vertebrata, vena yang membawa darah meninggalkan lambung dan usus disebut vena porta karena membawa darah ke susunan kapiler yang lain. Bila kapiler yang dituju adalah kapiler dalam hati (hepar) maka vena disebut vena porta hepar. Pada umumnya vertebrata tingkat rendah memiliki vena portal renalis (ginjal). Sistem peredarah getah bening (sistem limfatik) berperan dalam pertahanan tubuh dalam pengembalian plasma dari jaringan –jaringan. Untuk memahami sistem peredaran darah pada hewan vertebrata. Sistem peredaran pada katak terdiri atas: jantung beruang tiga, arteri, vena, sinus venosus, kelanjar limfa. Darah katak tersusun dari plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel-sel darah (korpuskula darah), yakni sel-sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping sel darah (trombosit). Jantung katak berbentuk bulat panjang dan terbungkus oleh selaput perikardium. Jantung katak terdiri dari (Anonimc, 2009):
1. sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya diseblah posterior
2. dua buah serambi, yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium sinister)
3. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak disebelah dorsal dari jantung.
Untuk mencegah berbaliknya aliran darah, diantara diantara vserambi dan bilik terdapat katup (valve), sedangkan antara serambi kanan dan serambi kiri terdapat sekat (septum). Di dalam trunkus arteriosus terdapat katup spiralis. Darah yang mengandung CO2 dari seluruh tubuh masuk kejantung melalui vena kava (pembuluh balik tubuh). Darah ini8 mula-mula berkumpul di sinus venosus, dan kemudian karena adanya kontraksi maka darah akan masuk serambi kanan. Pada saat iti, darah yang mengandung O2 yang berasal dari paru-paru masuk ke serambi kiri. Bila kedua serambi berkontraksi maka darah akan terdorong ke dalam bilik. Dalam bilik terjadi sedikit percampuran darah yang kaya O2 dan miskin O2. Untuk selanjutnya darah, darah yang kaya O2 dalam bilik dipompa melalui trunkus arteriousus menuju arteri hingga akhirnya sampai di arteri yang sangat kecil (kapiler) diseluruh jaringa tubuh. Dari seluruh jaringan tubuh , darah akan kembali ke jantung melewati pembuluh balik yang kecil (Venula) dan kemudian ke vena dan akhirnya ke jantung. Sementara itu darah yang miskin O2 dipompa keluar melewati arteri konus tubular (Syamsuri, 2000).
Pada katak dikenal adanya sistem porta, yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh pembuluh balik (vena) saja. Vena mengumpulkan darah dari pembuluh kapiler di suatu sistem porta, yaitu suatu sistem porta yang terbagi menjadi anyaman-anyaman didalam alat tubuh yang lain sebelum kembali ke jantung. Barulah kemudian masuk kedalam vena yang vmenuju jantung. Sistem porta yang penting adalah: sistem porta hepar pada hati dan sistem porta pada renalis pada ginjal (Sonjaya,2008).


Gambar 17. Pertukaran cairan pada tingklat kapiler
Kecepatan aliran darah suatu organisme bergantung pada berbagai faktor seperti tekanan arteri sistole, keadaan aktivitas organisme viskositas darah. Kecepatan mengalirnya darah berkeitan terutama dengan jumlah luas penampang sayatan melintang pembuluh darah dari setiap sistem sirkulasi8. Setiap cairan pembuluh di dorong jantung harus terbagi antara cabang arteri secara berurutan, kemudian atriol dan kapiler-kapiler, ini melibatkan suatu perkembangan yang makin lama makin lambat melewati suatu volume pembuluh besar. Arteri adalah pembuluh yang keluar dari jantung menuju kapiler atau ruang hemocoele. Biasanya cairan di dalamnya kaya akan oksigen dan miskin akan karbondioksida, tetapi kadar gas-gas pembuluh tergantung pada tempat pertukaran gas. Arteri pulmoner mamalia dewasa mengandung sedikit oksigen., karena darah berada dalam perjalanan menuju membran perafasan, Dinding arteri besar yang keluar dari jantung vertebrata mengandung banyak sekali jaringan ikat. Kekuatan tiasp sistole ventrikel mendorong darah ke dalam arteri dan melebarkan agar dapat menampung darajh tersebut. Pada waktu sistole, kelenturan dinding bagian berikut dari arteri yang kemudian menjadi lebar. Esistensi arteri besar itu mengubah arus menjadi mantap dan tenang (Sonjaya, 2008).

Gambar 18. Tekanan dan volume darah disegmen sistem sirkulasi


C. Fungsi Otak
Secara garis besar otak hewan dewasa dibagi dalam 3 bagian, yaitu otak muka, otak tengah dan otak belakang. Otak muka terbagi dua yaitu telecephalon ( terdiori atas pleksus koroid, pallium, bulbus olfaktorius dan nuklei basal. Diencephalon terdiri atas talamus hipotalamus pleksus anterior dan epifisis. Otak belakang terdiri dari atas dua bagian yaitu meencephalon (sereblum) dan myelencephalon (medulla oblongata). Secara umum otak dibagi dalam 3 wilayah yaitu serebrum, sereblum dan batang otak. Batang otak, termasuk medulla danm pons, merupakan pusat unmtuk berbagai sistem kontrol yang penting misalnya pengaturan respirasi dan tekanan darah (Sonjaya, 2008).


Gambar 19. Otak
Otak mempunyai kecenderungan untuk mengulang informasi yang baru dikdapatkan, terutama informasi yang mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu sesudah beberapa waktu tertentu hal-hal yang penting dari pengalaman sensoris tersebut akan tersimnpan dengan baik pada penyimpanan memori. Hal ini dapat menjelaskan menbgapa seseorang dapat mengigat kembali informasi yang telah dipelajari dengan mendalam lebih bnaik dibandingkan dengan seseorang yang mempelajari infoprmasi hanya secara superficial. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa seseorang yang dsalam kondisi mental yang baik dapat melakukan konsulidasi memori secara lebih baik divbandingkan orang yang mengalami kelainan mental (Siregar, 1995).
Medulla oblongata mempunyaiu fungsi sebagai pusat pengatur alat-alat visceral yang esensial seperti respirasi, siklus jantung, kecepatan denyut jantung, derajat penyempitan pembuluh kapiler, serkresi saliva dan proses menelan. Berbagai implus yang datang dari sistem pernafasan dikoordinasikan dan dapat menghasilkan respon yang terkoordinasi berupa gerak ritmis. Neuron pada medulla juga peka terhadap CO2 pada darah yang sangat penting sdebagai sistem pernafasan. Daerah-daerah luas dari otak merupakan daerah penting untuk proses beberapa informasi sensoris, seperti penglihatan dan bunyi. Rasa penciuman yang merupakan hal penting bagi hewan terutama dengan lobus olfaktori di otak. Koordinasi gerakan hewan berhuibungan dengan serebllum, meskipun daerah-daerah lain di otak juga terlibat, termasuk sereblum. Korteks serebrum kurang penting di banding untuk manusia. Karnio yang mempunyai pola tingkah laku komplkeks mempunyai korteks cerebrum lebih besdar dibandingkan herbivora. Cerebrum mengandung wilayah besar yang disebut hipokampus yang penting untuk ingatan (Sonjaya, 2008).

Gambar 20. Otak Kecil (Serebllum).
Serebellum terletak di bagian anterior dari medulla merupakan bagian dari metencephalon. Fungsi utama sebagai pusat keseimbangan dan koordinasi motorik. Secara umumj cerebllum berfungsi untuk mengkoordinasi implus-implus dari kortekas dengan kontraksi otot. Serebllum sangat berkembang pada burung dan mamalia karena burung dan mamalia erupakan binatang yang aktif. Pada mamalia terdapat pons yang mempunyai nuklei yang dapat meneruskan implus dari serebllum (Anonimc,2009).

Gambar 21. Otak Tengah (mesecephalon).
Otak tengah berasal dari mesecephalon. Bagian terbesar dari otak tengah pada sebagian besar vertebrata adalah lubus optikus yang merupakan pusat penglihatan pada vertebrata tingkat rendah. Pada vertebrata tingkat tinggi pusat penglihatan berpindah ke talamus dsan serebnlum (visual korteks). Pada mamalia teredapat korpora kuadregemina. Pada mamalia yang mempunyai fungsi gerakan pada mata dan rekfleks dan pendengaran. Pada dasar otak tengah terdapat sebuah ganglion yang disebut red nukleus yang berfungsi dalam pengontrolan gerak dan kedudukan terutama untuk mencegah kontraksi yanbg berlebihan (Anonimd, 2009).



Gambar 22. Otak Muka (Diencephalon)
Diencephalon merupakan begian belakang otak muka yang mempunayi banyak bagian yang penting. Dinding dari bagian otak ini menebal dan membentuk talamus dan hipotalamus dibawahnya. Talamus merupakan pusat integrasi sensorik pada vertebrata rendah, untuk semua serabut saraf sensorik dari susm-sum tulang bgelakang dan medulla oblogata berakhir di bagian dorsal talamus, kecuali serabut pembau (offactorius tract). Talamus sangat penting dengan perkembangan pusat asosiasi pada serebvrum vertebrata tinggi karena perkembangan korteks, bagian tertentu dari talamus menjadfi tempat meneruskan implus pada daerah sensorik untuk diintegrasikan dan diasosiasikan. Hipotalamuis merupakan fungsi-fungsi yang penting seperti suhu tubuh, nafsu makan, lapar dan tingkah lakuy seksual. Hipotalamus juga mengontrol sekresi hormon hipofisa sehingga banyak mengatur kelenjar endokrin talamus. Hipotalamus merupakan pusat mengatur fungsi emosi seperti marah, senang, gusar dan lain-lain (Sonjaya, 2008).
Telencephalon berkembang dengan membesarnya bagian serebral (Cerebral hemisphere). Korteks serebral dibagi dalam darah sensori, daerah motorik dan daerah asosiasi. Daerah sensorik menerima implus dari beberapa reseptor. Reseptor ini dibagi lagi berdasarkan reseptor-reseptor tertentu dan tiap bagian dari daerah sensorik dan menerima implus dari reseptor tertentu. Daerah motorik mengirimkan implus ke otot kerangka melaui serabut saraf desendes pada sum-sum tulang belakang. Daerah motorik mempunayi bagian-bagian yang dapat mengirimkan implus ke efekto. Daerah asosiasi mempunayi fungsi untuk mengintergrasikan, mengkoordinasikan dan menyimpan informasi sebelum memutuskan untuk kedaerah motorik. Bvagian otak sebelah frontal sangat berkembang pada manusia sebagai tempat memori, imigrasi, imajinasi, berfikir dan intelengensia yang sangat penting dalam aspek yang tinggi dalam tingkah laku individu yang disebut kepribadian (personaliti). Fungsi dari serebral koteks adalah sebagai tempat intelensia atau aktivitas tin ggi pada otak. Fungsi ini dapat dibuktikan melalui percobaan pada hewan yang bagian korteknya dibuang (Sonjaya, 2008).


D. Rangsangan Dan Kontraksi Otot Jantung

Jantung merupakan organ berongga, berotot dan berbentuk kerucut (Gambar 15). Jantung terletak di antara paru-paru kiri dan akanan, di daerah yang disebut mediastinum, dibelakang badan sternum, dan pertiganya terletak di sisi kiri. Basis yang berbentuk sirkular pada kerucut ini menghadap ke atas dan kekanan, sedangkan puncaknya mengarah ke bawah, ke depan, dan kekiri. Puncak jantung biasanya terletak setinggi ruang interkostal kelima, sekitar 9 cm dari garis tengah. Ukuran jantung sekitar 12 cm dari basis ke puncak, dengan lebar sekitar 9 cm dan tebal sekitar 6 cm Jantung dipisahkan dari basis ke puncak oleh partisi oytot yang disebut septum. Dalam kondisi sehat, kedua sisi jantung tidak berhubungan. Masing-masing sisi dibagi lagi menjadi ruang atas dan ruang bawah. Ruang atas pada setiap sisi atrium berukuran lebih kecil merupakan kamar penerima, tempat tujuan aliran darah dari vena. Bilik bagian bawah (Ventrikel) merupakan kamar pemompa (discharging), tempat darah mulai di dorong ke dalam arteri. Setiap atriumj berhubungan dengan ventrikel sisi yang sama melalui suatu lubang yang dijaga oleh suatu katup yang disebut katup atrioventrikuler. Jantung terdiri dari otot jantung (miokardium) yang berperan penting dalam sirkulasi darah. Miokardium mempunyai ketebalan yang bervariasi, paling tebal pada ventrikel kiri, lebih btipis pada ventrikel kanan dan paling tyipis pada atrium. Jantung adalah sebuah pompa yang berfungsi mendorong darah ke dalam dan melalui arteri tetapi jantung kiri dan kanan berfungsi secara terpisah (Watson, 2002).
Posisi Dorsal

Posisi Lateral

Gambar 23. Jantung Manusia
Otot jantung berbeda dari otot skeletal, memiliki sifat mampu berkontraksi secara ritmik tanpa bergantung pada sup[lai saraf. Sistem saraf otonom dapat mengubah kecepatan denyut jantung, tetapi jantung dapat dilepas dari seekor binatang dan tetap berdenyut. Implus untuk kontraksi timbul melalui depolarisasi spontan pada jaringan khusus yang terletak di dekat tempat masuk vena kava superior ke dalam atrium kiri yang merupakan pemacu jantung. Implus tasi kemudian berjalan melalui kedua atrium secara konsentaris ke nodus atrio ventrikuler yang terletak pada septum di dekat perbatasan atrium dan ventrikel. Setelah jeda singkat, implus menyebar ke bawah melalui berkas atrio-ventrikuler yang bercabang dua, satu cabang di ventrikel kiri. Cabang berkas ini emudian memecah menjadi serabut-serabut khusus yang disebut serabut purkinje. Dari sini keluar cabang-cabang yang berjalan di bawah endokardium ke semua bagian ventrikel. Nodus sinus-atrial memiliki irama paling cepat, sekitar 70-74 denyut permenit dan frekuensi ini mempengaruhi daerah konduksi yang lain. Ventrikel dapat berkontraksi terpisah dari atrium bila mekanisme konduksi mengalami kelainan, tetapi frekuensinya jauh lebih rendah sekitar 40 denyut per menit. Kondisi ini dikenal sebagai blok jantung danb keadaan bisa nejadi gawat karena jaringan akan kekurangan suplai darah. Pada kasus lain. Implus disampaikan melaui berkas antrioventrikuler, tetapi hanya sebagian, sehingga ventrikel berkontraksi sekali untuk setiap 2-4 kontraksi atrioum. Kondisi ini disebut blok jantung parsial (Watson, 2003).

Gambar 24. Mekanisme Kontraksi Jantung

Potensial aksi sarkolema bertanggung jawab terhadap eksitasi pada otot-otot jantung seperti halnya pada otot kerangka. Telah dibuktikan pada bagian dari otot jantung yang diisolasi memperlihatkan kontraksi spontan. Peranan dan sistem penyaluran implus sangat besar terhadap aktivitas spontan. Potensial aksi jantung adalah betulk-betul sangat lama. Siklus kontraksi otot jantung adalah lebih lama dari pada yang terjadi pada otot kerangka. Pada ventrikel jantung katak lebih lama kontraksinya proporsional dengan lama potensial aksi. Jantung katak dapat disamakan dengan otot interverterata yaitu otot remis. Miokardium mamalia lebih menyerupai otot kerangka cepat. Proses-proses rangkaian eksitasi-eksitasi kontraksi dan kontraksi itu sendiri tampaknya sama antara otot jantung dan otot kerangka. Pada katak kandungan organik otot jantung sama dengan kandungan anorganik otot kerangka. Aktivitas otot jantung katak dalam berkontraksi memerlukan waktu bebrapa milisekon, karena itu ada sesuatu penundaan atau periode laten antara aplikasi stimulus dan permulaan perbuatan jembatan silang memendeknya unsur kontraktil. Pengaruh pertama adalah merenggangkan komponen-komponen elastis di dalam otot, termasuk daerah engsel molekul miosin, jaringan ikat dan tendon. Tegangan timbul dalam periode kontraksi ini otot dapat memendek. Tegangan berkurang dalam periode reaksasi yang berlangsung lebih lama. Serabut otot akan dapat diaktifkan oleh suatu implus saraf tunggal, tetapi mungkin dibutuhkan beruntun yang epat. Implus pertama mencetuskan suatu perubahan yang menjadi landasan bagi perubahan berikutnya jika implus datang sebelum efek implus pertam itu hilang. Implus pertama disebut dikatakan memudahkan aktivitas (Sonjaya, 2008).
Sistem peredaran katak termasuk sistem peredaran darah tertutup dan ganda. Jantung katak terbagi tiga ruangan, yaitu serambi kiri dan kanan serta satu bilik. Darah dari seluiruh tubuh yang telah banyak mengambil karbondioksida dari jaringan mengalir ke sinus venosus dan masuk ke serambi kiri masuk ke serambi kanan.


Gambar 25. Jantung Katak


Dari serambi kanan darah mengalir ke bilik, kemudian darah dipompa keluar melaui arteri pulmonalis. Selanjutnya, darah mengalir melalui; arteri vulmonalis→paru-paru(diparu-paru terjadi pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen)→Vena pulmonaris→serambi kiri. Lintasan peredaran darah ini disebut peredran darah kecil. Kemudian, darah masuk bilik dan mengalir melaui; bilik→konus arteriosus→aorta ventralis→seluruh tubuh. Di dalam bilik jantung, darah kotor(banyak kandungan CO2) dari serambi kanan bercampur dengan darah bersih (kaya oksigen) dari serambi kiri. Hal ini akan mempengaruhi efisiensi suplay oksigen. Dengan demikian peredaran katak merupakan peredaran darah ganda, yaitu pertama, darah dari jantung menuju paru-paru kemudian ke jantung lagi, dan kedua, darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh lagi (Anonime, 2009).

Gambar 26. Sistem Kontraksi Jantung Katak

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Darah VI (Sistem Sirkulasi Darah, Kontraksi Jantung, Peredaran Darah Perifer) dan Praktikum X (Fungsi Otak dan Integrasi Saraf) dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 04 April 2009 pukul 14.00 WITA – sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada Praktikum Darah sistem sirkulasi darah, kontraksi jantung, peredaran darah perifer VI & X ini adalah mikroskop, papan preparat, jarum pentul, scalpel, gunting bedah, benang, pipet, dan tabung reaksi.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Darah VI & X ini adalah katak hijau, air panas, air dingin, dan larutan NaCl 0,9% atau larutan ringer.
Metode Praktikum

A. Aksi Integrasi Saraf

 Gerakan Reflek Dan Rangsangan Terhadap Katak Normal
Mengamati reaksi berikut pada katak normal:



a. Respon Mekanik.
Memberikan rangsangan kepada katak dengan melakukan jepitan pada kulit katak dengan menggunakan pinset, lalu mencatat apakah da respon atau tidak yang terjad.
b. Sikap Badan.
Pada sikap badan, papan preparat kita miringkan ke kanan, kekiri, condongkan ke depan, dan ke belakang. Apakah ada respon yang diberikan oleh katak.
c. Kemampuan Berenang.
Katak kita masukkan ke dalam baskom atau ember berisi air apakah katak tersebut dapat berenang dalam keadaan tubuh yang normal.
d. Frekwensi Nafas
Kita menghitung jumlah desah nafas dari katak selama 1 menit dengan melihat gerakan kulit di bawah rahang bawahnya.
 Hambatan terhadap reflek-reflek pada katak normal.
Mengikat kaki katak dengan tali erat-erat pada masing-masing kedua kaki depan katak yang dipakai pada praktek gerakan refleks dan rangsangan terhadap katak. Mengulangi prosedur pada gerakan refleks dan rangsangan terhadap katak.
 Katak spinal
Merusak otak katak yang telah digunakan pada percobaan sebelumnya.
 Reflek-Reflek Sederhana
a. Menggantungkan katak yang dipakai pada katak spinal melalui rahang bawahnya.
b. Mencubit sedang-sedang, salah satu jari kakinya dengan penjepit.
c. Jika sudah kembali tenang, mengulangi dengan lebih kuat
d. Jika reaksinya terjadi pada sebelah badan yang sama disebut homolateral.
e. Jika reaksinya terjadi pada sebelah badan yang berlawanan disebut vontralateral.
B. Sistem Sirkulasi Darah

Katak yang telah diikat dan menusukkan jarum pentul pada jari-jarinya di papan preparat kita mengamati sistem peredaran darahnya melaui bawah mikroskop. Mengamati bentuk dan ciri-ciri vena dan arteri. Menggambar apa yang diamati di bawah mikroskop.
C. Fungsi Otak

- Aktivitas Tubuh Katak Normal
Mengamati reaksi-reaksi berikut pada katak normal:
1. Sikap badan (posture)
2. Gerakan-gerakan spontan.
3. Keseimbangan badan (reflek bangkit).
4. kemampuan berenang.
5. Frekwensi napas (amati gerakan-gerakan bagian dasar mulut).
- Decerebrasi
Dengan scalpel runcing yang tajam, memotong dengan cepat otaknya melintang menurut suatu garis yang menghubungkan tepi-tepi anterior dari kedua gendang telinga (membrane tymphani yang terletak di belakang dan di bawah kedua mata. Menunggu 10-15 menit agar katak bebas dari keadaan shock, kemudian mencatat reaksi-reaksi seperti pada aktivitas tubuh normal.
- Katak spinal
Merusakkan cerebrum dan medulla oblongata dengan memasukkan kawat penusuk otak kira-kira 3/4 cm. Kebelakang dari tempat pemotongan terakhir. Memutar kawat untuk merusak tenunan sarafnya. Memberikan waktu untuk kembali shock dan mencatat reaksi-reaksinya.
D. Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung.

 Urutan Rangsangan dan Kontraksi Jantung
Merusak otak katak dengan menusuk foramen occipitale. Meletakkan katak pada punggungnya dan fiksasi pada papan katak dengan jarum pentul. Membuka dadanya hingga terlihat jantungnya.
• Mengitung frekwensi denyut jantung permenit.
• Membuka pericardium dan pelajari bagian-bagian jantung.
Memperhatikan urutan gerak kontraksi jantung tersebut. Membasahi selalu dengan larutan NaCl 0,6% atau larutan ringer.
• Menghubungkan apex jantung dengan kimograf. Hitung frekwensinya permenit.
• Dengan taju logam merangsang jantung dengan suhu panas dan dingin.
 Ikatan-Ikatan Stanius
1. Pada jantung yang sama, membuat ikatan longgar dengan benang antara sinus venosus dan atrium (ikatan Stanius I) dan peratikan kontraksinya. Mengikat longgar pula pada bagian antara atrium dan ventrikel (ikatan Stanius II).
2. Menghitung frekwensinya per menit, jangan lupa membasahi dengan NaCl 0,6% atau larutan ringer. Mengikat mati ikatan stanius I, memeprhatikan akibatnya. Menunggu beberapa saat sampai ada reaksi yang timbul. Apakah senus vinosus ikut berkontraksi?
3. Setelah beberapa saat (percobaan Ikatan Stanius I berhasil) mengikat mati Stanius II.
4. Memperhatikan sekarang urutran gerak dari kontraksi jantung dan menca
















HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rangsangan dan Aksi Intergrasi Saraf.

Berdasarkan hasil praktikum tentang Aksi Integrasi Saraf, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Praktikum Rangsangan dan Aksi Intergrasi Saraf
Perlakuan Normal Spinal
Papan dimiringkan ke kiri +++ ---
Papan dimiringkan ke kiri +++ ---
Papan dimiringkan ke kiri +++ ---
Papan dimiringkan ke kiri +++ ---
Papan diturunkan +++ ---
Papan dinaikkan +++ ---
Papan ditusuk jarum +++ +
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa katak yang normal sewaktu diberikan perlakuan sangat merespon, tetapi ketika papan diturunkan atau diletakkan di atas meja, katak ini melompat dan ketika papan ditusuk jarum, katak juga merespon. Sedangkan setelah di spinal, katak ini kurang merespon perlakuan yang diberikan hal ini disebabkan karena katak kehilangan keseimbangan setelah dispinal, sehingga setiap perlakuakn yang diberikan kurang merespon atau kurang bergerak dan pada saat diturunkan atau papannya didiamkan, katak tidak memberi respon. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2008), yang menyatakan bahwa rusaknya otak akan mempengaruhi aktivitas, terutama pusat keseimbangan akan hilang, sebaliknya otak yang normal atau sehat akan mampu menghadapi guncangan-guncangan dari luar atau dari lingkungan.
Gerak sadar adalah gerak yang dilakukan di bawah kesadaran kita. Sepri berjalan, berlari, mengunyah sedangkan gerak refleks adalah gerakan yang tidak disadari, terjadi begitu saja dan dalam waktu yang cepat. Sel saraf berdasarkan fungsinya dibagi menjadi tiga yaitu neuron sensorik, menerma rangsang darin reseptor-reseptor pada kulit, alat indera dan reseptor lain, serta menyalurkan impluls dari ujung reseptor menunju badan sel. Neuron motorik, menerima rangsangan dari saraf sensorik sevara langsung atau melalui onterneuron. Dan neuron konektor yang merupakan sel saraf berkutub banyak dan mempunyai banyak dendrite dan akson (Sonjaya, 2008).


Gambar 27. Sel Saraf dan Bagian-Bagiannya (Sonjaya, 2008)



Keterangan:
1. Dendrit merupakan bagian dari neuron yang khusus menerima rangsangan baik dari lingkungan meupun dari sel lain.
2. Akson untuk membagi dan menghantarkan rangsangan menjauhi dendrite.
3. Badan sel untuk memlihara metabolisme dan pertumbuhan saraf.
4. Telodendrion merupakan alat distribusi.















B. Sistem Sirkulasi Darah

Berdasarkan hasil praktikum tentang Sistem Sirkulasi Darah, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 28. Hasil Praktikum Peredaran Darah Perifer.
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

1 2 Keterangan :

1. Arteri (Merah cerah)
2. Vena (Merah gelap)





Preparat : Selapu Renang pada Katak
Pembesaran : 40 x
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.
Berdasarkan hasil praktikum terlihat bahwa, terdapat pembuluh darah arteri yang berbentuk kecil serta aliran darah lebih terang dan aliran keluarnya jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009), yang menyatakan bahwa arteri adalah pembuluh darah yang keluar dari jantung menuju kapiler. Bentuk bercabang-cabang dan mempunyai cirri-ciri yaitu ukurannya lebih kecil dari vena, cairan yang ada di dalamnya kaya oksigen tapi miskin CO2 sehinga warna darahnya labih terang.
Selain pembuluh darah arteri, terlihat juga pembuluh darah vena yang berukuran lebih besar daripada arteri, alirannya lambat menuju jantung, serta warnanya lebih gelap karena mengandung CO2 dan miskin oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1997), yang menyatakan bahwa bentuk vena yaitu bercabang-cabang dentan kiri yaitu vena selalu berkurang dan besar bila dibandingkan dengan arteri, jumlahnya lebih dari areteri dan merupakan darah yang miskin oksigen dan kaya CO2.
Peredaran darah tertutup merupakan suatu sistem peredaran darah dimana darah beredar sepanjang rangkaian pembuluh darah dari arteri ke vena melalui kapiler dan tidak berhubungan langsung dengan sel jaringan, tetapi dapat menembus dinding kapiler ke cairan jaringan lalu ke sel jaringan. Cirri-cirinya yaitu ada pemindahan fungsi dari masing-masing alat tubuh yang termasuk sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah arteri merupakan resevtor, tekanan yang dapat medukung darah menuju kapiler, dinding kapiler sangat tipis, sehingga memungkinkan pemindahan zat dari kapiler dan jaringan, tekanan darah di kapiler tertentu cukup tingi yang memungkinkan terjadi proses ultrafiltrasi ginjal. Terdapat sistem limpa yang sangat penting untuk mengembalikan cairan diruang antara sel ke pembuluh darah. Sedangkan peredaran darah terbuka yaitu suatu sistem simana darah yang dipompa oleh jantung kemudian beredar melalui rangkaian pembuluh darah arteri menuju ke ruang akibatnya pengambilan O2 berjalan lambat dan jumlahnya maksimum (Watson, 2003).
C. Fungsi Otak

Berdasarkan hasil praktikum tentang Fungsi Otak, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Praktikum Fungsi Otak
Perlakuan Normal Decerebrasi Spinal
Sikap Badan + + +
Gerakan Spontan + - +
Keseimbangan Badan + - +
Kemampuan Berenang + + +
Frekwensi Nafas 138 56 110
Sumber: Data Hasil Prkatikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa katak yang normal lebih banyak memberikan respon terhadap perlakuan yang diberikan, sedangkan katak yang didecerebrasi dan di spinal kurang memberikan respon terhadap perlakuan yang diberikan. Hal ini dapat disebabkan karena otaknya masih berfungsi dengan baik sebagai pusat koordinasi dan dapat juga disebabkan karena katak tersebut adalah katak yang aktif, sedangkan katak yang didecerebrasi dan di spinal otaknya sudah tidak berfungsi secara normal karena adanya pemotongan otak dan pengrusakan cerebellum dan medulla oblongata. Dimana cerebellum ini berfungsi sebagai pusat keseimbagan dan koordinasi motorik, sedangkan medulla oblongata sebagtai pusat pengatur alat-alat visceral yang esensial seperti respirasi dan sirkulasi jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009), yang menyatakan bahwa kerusakan cerebellum dan medulla oblongata pada hewan dapat menyebabakan hewan tersebut tidak aktif lagi.
Otak dibagi atas tiga bagian yaitu otak muka, otak tengah, dan otak belakang. Otak muka terbagi atas diencephalon yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, nafsu makan, lapar, dan tingkah lauku seksual, sedangkan telecephalon berfungsi sebagai tempat intelegensia dan aktivitas tingkat tinggi pada otak. Otak tengah berasal dari mesecephalon yang berfungsi pada pengontrolan gerak dan kedudukan terutama untuk mecegah kontraksi yang berlebihan. Otak belakang terdiri dari medulla oblongata yang befungsi sebagai pusat pengatur alat-alat visceral yang esensial seperti respirasi , siklus jantung, kecepan denyut jantung, derajat pemyempitan pembuluh darah kapiler, sekresi saliva, dan proses menelan, sedangkan cerebellum berfungsi sebagai pusat keseimbangan, koordinasi motorik, koordinasi impuls-impuls dari korteks dengan kontraksi otot (Siregar, 1995)
Terdapat dua factor yang mempengaruhi kecapatan rambatan suatu impuls yaitu selaput myelin dn diameter serabut saraf. Myelin pada akson mengandung lemak dan membungkus akson tidak secara kontinyu. Pada akson yang mempunyai myelin terjadi lompatan potensial kerja dari ruas ke ruas lkain (Watson, 2002).




D. Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung

Berdasarkan hasil praktikum tentang Fungsi Otak, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Praktikum Fungsi Otak
klmpk Normal Air Stanus I Stanus II
Panas Dingin Longgar Ketat Longgar Ketat
I 96,00 91,00 58,00 60,00 75,00 70,00 85,00
II 50,00 52,00 67,00 73,00 55,00 76,00 64,00
III 42,00 28,00 22,00 24,00 21,00 20,00 20,00
VI 85,00 65,00 71,00 61,00 83,00 60,00 86,00
V 68,00 54,00 71,00 47,00 41,00 63,00 56,00
Jumlah 341,00 290,00 289,00 265,00 275,00 289,00 319,00
rata-Rata 68,00 58,00 58,00 53,00 55,00 58,00 64,00
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009.
Berdasarkan hasil pengamatan maka diperoleh hasil yaitu bahwa rata-rata denyut jantung katak pada keadaan normal 68,00 kali/menit, tetapi setelah pericardium dibuka maka denyut jantung menurun dengan rata-rata 58 kali/menit. Hal ini disebabkan oleh gangguan dari luar misalnya keterlambatan pemberian NaCl 0,9%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Watson (2000), yang menyatakan bahwa pericardium merupakan otot jantung yang membungkus jantung sebagai kantung longgar sehingga bila tidak ada pericardium maka dapat meningkatkan frekuwensi denyut jantung. Denyut jantung pada stanius I saat diikat longgar rata-rata 60,00 kali/menit dan pada saat diikat kuat denyut jantung mengalami peningkatan yaitu rata-rata 55,67 kali/menit. Hal ini terjadi karena ikatan longgar lebih lama dalam menghalangi terjadinya peredaran darah sehingga frekwensinya lebih besar sehingga bias isebut output jantung, dimana output jantung merupakan sejumlah darah yang dipompa per unit waktu tergantung pada frekwensi denyut jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2008), yang menyatakan bahwa output jantung merupakan julah darah dipompa per unit waktu yang dipengaruhi oleh factor volume adanya jantung lebih besar dalam peningkatan output jantung.
Pada ikatan Stanius II denyut jantung pada saar diikat longgar rata-ratanya adalah 58,00 kali/menit sedangkan pada saar diikat kuat denyut jantungnya rata-rata 65,00 kali/menit. Ini disebabkan karena adanya peredaran ruang darah jantung yang mempunyai cirri-ciri dan fungsi yang berbeda dalam peredarannya dalam jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sorjono (1998), yang menyatakan ruang jantung terdiri dari 4 ruang yaitu atrium kanan dan atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri (pada manusia) sedangkan pada katak terdiri dari 3 ruang yaitu ventrikel dan atrum kanan dan atrium kiri.
Jantung pada manusia berbeda dengan jantung pada katak yaitu jantung katak terdiri dari 2 atrium dan satu ventrikel sedangkan pada manusia mamiliki 2 vnetrikel dan 2 atrium. Pada katak atrium kiri menerima oksigen dari paru-paru dan atrium kanan menerima darah dari system sirkulasi. Umumnya meskipun terdapat satu ventrikel katak mengalirkan darah yang kaya karbohidrat ke dalam sirkulasi paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Chusid (1993), bahwa Jantung berperan dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh oleh karena itu jantung disebut sebagai alat peredaran darah. Kontraksi otot jantung terjadi karena adanya rangsangan yang diterima oleh saraf. Serabut saraf mencapai setiap saraf otot. Saraf otot berkontraksi karena adanya aksi potensial yang ditimbulkan oleh adanya pertambahan neuron hormone yang dikeluarkan oleh otot dan plate bila rangsangan dan akan mencapai nilai-nilai maximal. Karena serat otot itu tunduk pada hokum All or one yang bermakna sekali berkontraksi atau tidak sama sekali.
Beberapa sifat-sifat jantung yaitu eksitabilitas adalah kemampuan jantung untuk berkontraksi bila mendapat rangsangan dengan intensitas yang cukup besar, daya hantar merupakan kemampuan jantung untuk menghantarkan impuls, daya kontraksi merupakan kemampuan jantung untuk berdenyut/berkontraksi. Keotomatisan merupakan kemampuan jantung untuk berdenyut denga sendirinya tanpa ada impulas yang dating dari luar jantung, hokum starling pada jantung yaitu otot tidak berkontraksi bila kekuatan rangsangan tidak cukup kuat, tetapi akan berkontraksi secara maksimum jika kekuatan rangsangan cukup kuat, aksi vagus jantung yaitu saraf vagus jantung akan menghambat gerakan jantung akan diimbangi dengan saraf simpatetik yang memercepat denyut jantung, jantung mempunyai periode refrakter yang lama, periode refrakter adalah saat yang menunjukkan bahwa jaringan hidup kehilangan sifat eksitabilitas untuk sementara, jadi pada saat itu jaringan tersebut tidak memberikan respon bila dirangsang. Selain itu, jantung berfungsi untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh (Ganong, 1993).
Mekanisme kontraksi jantung dimulai dengan simpul sinoatrium yaitu suatu simpul yang terdiri atas otot jantung khusus yang terletak dalam bagian dinding atrium kanan tempat sinus venosus digabung. Impuls-impuls ini menyebar ke seluruh bagian atrium dan ke simpul serabut purki lainnya, yaiotu simpul atrioventrikel dan denyut jantung juga diatur oleh sistem saraf otonom (Chusid, 1993).



Gambar 29. Jantung dan Bagian-bagiannya (Sonjaya, 2009)
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Aksi Integrasi Saraf
Pada praktikum ini diperoleh hasil bahwa katak yang normal sewaktu diberi perlakuan dapat merespon dengan baik, tetapi ketika papan diberi perlakuan kurang merespon, dimana papan diturunkan dan ditusuk jarum, katak memberi respon sedangkan setelah di spinal katak kurang memberi respon terhadap berbagai perlakuan yang diberikan.
b. Sistem Sirkulasi Darah
Pada pengamatan di bawah mikroskop dengan menggunakan preparat katak, terlihat pembuluh darah arteri yang bentuknya kecil dan pembuluh darah vena yang bentuknya besar.
c. Fungsi Otak
Pada praktikum ini diperoleh hasil bahwa katak yang normal lebih banyak memberi respon terhadap perlakuan yang diberikan sedangakan katak yang didecerebrasi dan di spinal kurang memberi respon terhadap berbagai perlakuan yang diberikan.


d. Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
Pada praktikum ini diperoleh hasil bahwa rata-rata kontraksi jantung normal yaitu 68,00 setelah perikardium dibuka yaitu 87 kali/menit. Sedangkan pada ikatan stanius I pada ikatan longgar yaitu 75,67 dan pada ikatan kuat 77,67 kali/menit. Pada ikatan stanius II pada ikatan kuat rata-ratanya adalah 82,67 kali/menit sedangkan pada ikatan longgar rata-rantanya adalah 79,67 kali/menit.
Saran
Sebaiknya alat-alat dan bahan-bahan di labortorium yang rusak sebaiknya diganti dengan yang baru agar praktikum dapat berjalan lancar.
Sebaiknya asisten lebih disiplin lagi dalam membimbing praktikan selain itu juga keramahan hati para asisten tetap dipertahankan.










DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2009. Aksi Integrasi Saraf. Http;//wikipedia.org/wiki/item Aksi Integrasi Saraf /08-04-2009/html

_______b, 2009. Implus Saraf. Http;//tedbio.Multiply.com/journal/item /Implus Saraf/08-04-2009/html

_______c, 2009, Bahan Ajar Fisiologi Keperawatan,. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

_______d, 2008. Fungsi Otak. Http;//www.geocityes.com/mitra_sejati.html

_______d, 2009. Sambungan saraf otot. Http;//www.geocityes.com/mitra_sejati.html

_______e, 2009. Kontraksi Otot . Http;//tedbio. Multiply. Com /journal/ item/ Kontraksi Otot/08-04-2009/html.

Chusid. 1993. Neuro Fisiologi. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Gani. 1993. Fisiologi_edisi kelima. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Ganong. 1993. Anatomi dan Fisiologi Keperawatan_edisi ketujuh. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Guyton. 1991. Lingkungan Ternak-Integrated Curriculum. Clinical Pathology Department Medical Faculty-Universitas Hasanuddin:Makassar.

Siregar. 1995. Ilmu Fisiologi-Integrated Curriculum. Clinical Pathology Department Medical Faculty-Universitas Hasanuddin:Makassar.

Srikini. 2000. Biologi SMU. Erlangga. Jakarta.
Sonjaya, Herry. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-Universitas Hasanuddin:Makassar

Sonjaya, Herry. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-Universitas Hasanuddin:Makassar

______, Herry. 2009. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-Universitas Hasanuddin:Makassar

Syamsuri. 2000. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika. Jakarta.

Watson, R. 2000. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. ECG. Jakarta.

_______. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat_edisi ke dua. ECG. Jakarta.

_______. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk perawat_edisi ke dua. ECG. Jakarta.

_______. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk perawat_edisi ke tiga. ECG. Jakarta.