Jumat, 06 November 2009

Darah III & V

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan bagian jaringan tubuh yang bersifat cair, karena zat-zat antar sel darah merupakan cairan. Sel-sel yang menyusun darah terdiri atas beberapa macam yang dapat dibedakan menurut bentuk, ukuran, serta fungsinya. Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh dan umur setiap oarang atau individu. Darah yang merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur yang setiap saat beredar ke seluruh bagian tubuh. Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih sangat penting untuk diketahui karena dengan itu kita dapat mengetahui tingkat kekabalan seseorang yang memiliki antibodi untuk melawan suatu jenis penyakit.
Sel darah merah merupakan bagian utama dari sel darah. Bentuknya bikonkaf dan berwarna kekuning-kuningan. Warna merah yang dimilikinya berasal dari haemoglobin. Hemoglobin mempunyai daya ikat yang sangat besar terhadap oksigen maupun senyawa besi henin. Maka baik kekurangan zat besi maupun kekurangan haemoglobin akan mengakibatkan warna pucat yang disebut dengan kekurangan darah atau anemia. Hemoglobin merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat oksigen dalam darah. Hemoglobin merupakan zat yang menentukan warna pada darah. Darah yang mengandung banyak hemoglobin akan terlihat berwarna merah cerah, sedangkan darah yang kekurangan hemoglobin akan terlihat berwarna merah gelap. Hemoglobin mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia dan hewan.
Atas dasar hal tersebut di atas dilakukan praktikum tentang darah untuk menentukan kadar hemoglobin dalam darah, nilai hematokrit, cara menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih serta cara menghitung tekanan darah.

Tujuan dan Kegunaan
A. Menentukan Kadar Hemoglobin
Tujuan dari praktikum Kadar Hemoglobin adalah untuk mengetahui kadar hemoglobin, kadar hemoglobin normal darah manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin normal.
Kegunaan dari praktikum Kadar Hemoglobin adalah agar kita dapat menghitung kadar hemoglobin dalam darah dan dapat menguasai penggunaan alat-alat perhitungan kadar hemoglobin darah dengan cara sahli dan kertas skala.
B. Kadar Nilai Hematokrit
Tujuan dari praktikum Kadar Nilai Hematokrit adalah untuk mengetahui persentase sel darah merah dalam suatu sampel darah yang digunakan.
Kegunaan dari praktikum Kadar Nilai Hematokrit adalah agar kita dapat mengetahui apakah seseorang menderita anemia atau tidak dengan menggunakan alat dan melihat nilai hematokrit tersebut.
C. Menghitung Jumlah Sel Darah Merah
Tujuan dari praktikum Menghitung Sel Darah Merah adalah untuk mengetahui cara menghitung jumlah sel darah merah adalah untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang terdapat di dalam darah..
Kegunaan dari praktikum Menghitung Sel Darah Merah yaitu agar kita dapat mengetahui jumlah sel darah merah dan faktor-faktor yag dapat mempengaruhinya.
D. Menghitung Jumlah Sel Darah Putih
Tujuan dari praktikum Menghitung Sel Darah Putih adalah untuk mengetahui cara menghitung jumlah sel darah putih normal yang terdapat dalam setiap millimeter sel darah..
Kegunaan dari praktikum Menghitung Sel Darah Putih adalah agar kita dapat mengatahui jumlah sel darah putih dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih dalam setiap milimeter sel darah.
E. Tekanan Darah
Tujuan dari praktikum Tekanan Darah adalah untuk mengetahui tekanan dari darah tehadap dinding pembuluh darah.
Kegunaan dari praktikum Tekanan Darah adalah agar mengetahui tekanan darah tehadap dinding pembuluh darah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.























TINJAUAN PUSTAKA
A. Menentukan Kadar Hemoglobin
Hemoglobin adalah gabungan antara hemo dan globin yang mempunyai berat molekul 65.000. Hemo mempunyai 4% dari berat hemoglobin yang memberikan derajat kemerahan eritrosit. Hemoglobin disebut juga sebagai pigmen respirasi karena mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlibat dalam proses respirasi yaitu O2 dan CO2. Hemoglobin adalah pigmen respirasi yang terdapat dalam eritrosit yang terdiri atas Hem dan Globin yang berperan dalam mengikat O2 untuk warna darah merah. (Sonjaya, 2008).
Hemoglobin adalah gabungan antara hemo dan globin yang mempunyai berat molekul 65.000. Hemo mempunyai 4% dari berat hemoglobin yang memberikan derajat kemerahan eritrosit. Hemoglobin disebut juga sebagai pigmen respirasi karena mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlihat dalam proses respirasi yaitu O2 dan CO2. Tahapan pembentukan hemoglobin yaitu: Ketoglutorat + Glisin --------- 4 Fhenol, 4 Fhenol ----------Pototofirin III, pototofirin III + Fe --------- Heme, Heme + Globin --------- Hemoglobin (Rahardja, 2002).
Hemoglobin merupakan metalopratein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transpor oksigen dari paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah menjadi berwarna merah (Anonima. 2009).


Hemoglobin merupakan molekul protein di dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke tisu badan dan membawa karbondioksida dari tisu badan kepada paru-paru untuk dikeluarkan. Zat besi dalam bentuk Fe2+ dalam hemoglobin memberikan warna merah pada darah. Darah dalam keadaan normal 100 ml darah mengandung 15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0,03 gram oksigen (Anonimb, 2009).
Hemoglobin adalah suatu pigmen berwarna kuning, tetapi efek keseluruhan hemoglobin adalah membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mengandung sejumlah kecil besi dan besi ini esensial begi kesehatan, meskipun jumlah totalnya di dalam darah dikatakan hanya cukup untuk membuat paku sepanjang 2 inci. Hemoglobin memiliki daya tarik yang kuat terhadap oksige. Ketika darah melewati paru-paru, hemoglobin akan bergabung dengan oksigen dari uadar (membentuk oksihemoglobin) warnanya menjadi cerah. Hal ini menyebabkan warna darah yang teroksigenasi menjadi merah cerah. Ketika sel darah merah melewati jaringan, oksigen dilepaskan dar darah dan hemoglobin menjadi keruh (hemoglobin tereduksi), sehingga darah berwarna merah keungguan. Hemoglobin diukur dalam satuan gram per 100 ml. Nilai normalnya adalah 14-16 g per 100 ml (Watson, 2002).
Dari segi kimia, hemoglobin merupakan suatu senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari empat pigmen pofirin merah, Masing-masing mengandung ataom besi ditambah globin, yang merupakan protein globular yang terdiri dari empat asam amino. Hemoglobin menggbung dengan oksigen udara yang terdapat di dalam paru-paru, hingga terbentuklah oksihemoglobin, yang selanjutnya melepaskan oksigen itu ke sel-sel jaringan di dalam tubuh. Karena adanya mioglobin, dalam darah mengandung sekitar 60 kali oksigen lebih banyak jika dibandingkan dengan air dalam jumlah dan kondisi yang sama (Frandson, 1999).
Hemoglobin (Hb), suatu protein dengan BM=64.500 D, berdaya mengikat oksigen dalam paru-paru dengan membentuk oxihemoglobin. Melalui sirkulasi darah, zat ini mencapai semua organ dan jaringan, disitu oksigen dilepaskan lagioleh.
adalah senyawa haem dengan protein globin, haem merupakan senyawa Fe + porfirin, yang inti molekulnya terdiri dari 4 cincin pyyrrol dengan atam Fe di pusatnya. Forofin dalam hati dirombak menjadi zat-zat warna empedu, antara lain biliburin dan urobilin, yang memberikan warna khas pada tinja. Hb merupakan timbunan besi yang utama pada tubuh. Hem (at) opoisesis, merupakan sel-sel darah yang mempunyai jangka waktu hidup yang relatif singkat (misalnya, eritrosit 120 hari), sehingga perlu diganti secara terus-menerus. Proses hemopoisis mencakup pembentukan lebih dari 200 miliyar (2x10 pangkat 11) sel darah seharinya. Jumlah ini dapat berlipat ganda pada saat kebutuhan meningkat. Faktor pertumbuhan yang mendorong pmbentukan hemoglobin adalah CSF (Clony stimulating Factor). Sedangkan Homepoietika atau zat-zat pembentuan darah adalah obat-obat khusus digunakan untuk merangsang atau memperbaiki proses pembentukan darah (Raharja, 2002).
Fungsi molekul Hb adalah untuk mengikat oksigen dan karbondioksida secara reversible. Peranan Hb sangat tergantung dari aoksigen (afinitas) pada paru-paru dan melepaskannya kapiler untuk berdifusi ke dalam sel. Oksigen akan terikat dengan Fe yang terdapat pada molekul Hb, dimana ikatan ini sangat longgar sehingga mudah lepas. Oksigen yang terikat pada Hb merupakan molekul oksigen yang mudah larut pada cairan tubuh. Iatan oksigen pada Hb akan menfasilitasi ikatan oksigen berikutnya dengan Hb, sampai terjadi saturassi. Afinitas Hb terhadap oksigen juga sangat tergantung darp Ph intrasel. Sel darah merah mengandung enzin carbonik andhydrase yang berfungsi mengubah CO2 menjadi H2CO3, merupakan asam lemah yang akan terionisasi menjadi ion H dan HCO3 sehingga pH intrasel akan menuru. Peningkatan konsentrasi ion H akan menyebabkan afinitas Hb terhadap O2 akan berkurang (Bhor effects) sehingga pelepasan oksigen ke jaringan akan berlangsung dengan mudah. Pada paru-paru, prosesnya terbalik; CO2 yang dikeluarkan dari Hb, akan menyebabkan pH meningkat, sehingga afinitas Hb terhadap O2 akan meningkat (Anonimc, 2009).


Hemoglobin melakukan fungsi utama dari sel darah merah dengan mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru. Kekurangan hemoglobin dapat menyebbkan kekurangan darah atau anemia. Suatu keadaan kronis , dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah eritrosit berkurang. Seseorang dianggap menderita anemia bila kadar Hb < 8 mmol/1 pada pria atau <7 mnol/1 pada wanita (Rahardja, 2002).
Methionin meruapakn produk oksidasi yang sebenarnya dari hemoglobin yang tidak mampu mengangkut oksigen karena zat besi berada dalam struktur ferri (Fe+++) dan tidak mampu dalam status ferro (Fe++). Zat-zat kimia tertentu seperti nitrit dan klorat menghasilkan methemo globinemia (Frandson, 1999).
Hemoglobin memiliki afinitas untuk oksigen. Satu gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Orang normal memiliki 14,5 g hemoglobin dalam setiap 100 ml darah. Dengan demikian, setiap 100 mldarah membawa 20 ml oksigen. Ketika darah melintasi kapiler paru, oksigen diambil dari udara dalam alveolus ke dalam eritrosit. Ketika darah melewati kapiler jaringan yang membutuhkan oksigen, oksihemoglobin melepaskan oksigen. Oksihemeglobin adalah hemoglobin yang berkombinasi dengan oksigen dan berwarna merah terang. Hemoglobin tereduksi adalah hemoglobin tanpa oksigen dan berwarna merah terang. Hemoglobulin tereduksi adalah hemoglobin tanpa oksigen dan berwarna biru gelap hampir hitam. Sebagian karbondioksida diangkut oleh eritrosit selain yang diangkut dalam plasma. Karbondioksida juga dapat berikatan hemoglobin. Proses pengambilan ini dipercepat oleh enzim karbonik anhidrase yang ada di dalam eritrosit. Selain itu jug afungsi lain hemoglobin adalah bagian dari sistem dapar (buffer) yang mengontrol pH tubuh (Gibson, 2003).
Tubuh pria mengandung 2,5-4 g besi (Ca 50 mg/kg) dan wanita sebelumya menopause ca 38 mg per kg, yang untuk 70% terdapat dalam eritrosit sebagai zat warna darah hemoglobin (Hb). Sisanya disimpan dalam sel-sel hati, limpa dan sum-sum tulang sebagai persediaan basi dari tubuh dalam bentuk kompleks besi-globulin: ferritin dan hemogliserin (500-1.500 mg) (Rahardja, 2002).
Pembentukan hemoglobin dalam sitoplasma sel yaitu bermula pada pembentukan sitoplasma sel dan besi diserap dari makanan melalui sel-sel epithel mukosa duodenal setelah makanan itu meninggalkan perut. Dari situ zat besi masuk ke kapiler daerah di dalam mukosa, dimana transferin-globin bergabung dengan dan membawa zat besi menuju sum-sum tulang sehingga menjadi bagian dari molekul home guna membentuk eritrosit. Sebagian kecilnya akan digunakan untuk membentuk mioglobin di dalam otot. Sekitar 25% bergabung dengan apoferitin di dalam sel-sel jaringan sehingga feritin yang mnerupakan bentuk cadangan sementara dari zat besi di dalam hati dan limfa. Zat besi ini hilang dari tubuh hewan melalui feses, urine, dan keringat. Pada hewan betina induk memberikan zat besi kapeda fetus pada saat kebungtingan dan kepada anak-anak yang sedang menyusui (Frandson, 1999).
Tahap Pembentukan Hb terjadi pada tahap proerythroblast sekitar hari ke 6-8 proses pematanagn sel darah merah, dan berlanjut terus dengan proses yang lebih lambat pada tahap retikulosit. Proses ini terjadi pada sel darah merah yang mempunyai inti. Berikut ini adalah gambar 7 proses pembentukan Hb :
A P

C C
I. 2 Succinyl-CoA + 2 Glycine HC CH

II. 4 pyrrole protorphyrin N
H
III. protoporphyrin IX + Fe++ heme (pyrrole)
IV. heme + polypeptida Hemoglobin cahain (@ atau ß)
V. 2 @ chains + 2 ß chains hemoglobin A.
Gambar 7. Proses Pembentukan Hemoglobin (Hb)


Pada gambar 7, dapat dilihat proses pembentukan Hb. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa bagian heme dari Hb di sentesis dari asam asetat dan glisin yang terjadi di mitokhondria. Asam asetat dan glisin yang terjadi di mitokhondria. Asam asetat diubah menjadi succinyl-CoA akan 2 molekul glisin membentuk pyrrole. Selanjutnya 4 komponen pyrrole akan membentuk protoporphyrin IX yang akan berkombinasi dengan Fe membentuk molekul heme akan melakukan kombinasi dengan globin yang dibentuk di ribosom, membentuk hemoglobin chain yang terdiri dari rantai @, rantai ß dan rantai γ. Dua rantai @ dan dua rantai ß akan memebentuk Hb A yang merupakan bagian terbesar dari Hb A yang merupakan bagian terbesar dari Hb yang merupakan bagian terbesar dari Hb yang terdapat pada orang dewasa normal. Hb pada janin (HbF) adalah @γ. Gangguan sintesa rantai @ dari globin akan menyebabkan penyakit thalassemia alfa, dan gangguan sintesis rantai ß akan menyebabkan thalassemia beta. Keduanya merupakan kelainan genetika. (Anonimc, 2009).
Pembentukan sitoplasma sel dan hemoglobin (Hb) terjadi bersamaan dengan proses pembentukan DNA dalam inti sel. Hemoglobin merupakan unsur terpenting dalam plasma eritrosit dan molekul Hb terdiri dari globulin, protoporfu-in dan besi. Globulin dibentuk disekitar mitokhondria. Besi didapat dari transferin. Pada permukaan sel eritrosit terdapat eritrosit reseptor transferin, gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan mengikat terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil dan kurang mengandung Hb di dalamnya (hipokrom). Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit dengan sitoplasma yang berinti untuk mengikat Fe pada Hb disebabkan oleh rendahnya kadar Fe dalam darah dan juga rendahnya kadar transferin dalam darah (Anonimb, 2009).
Oleh karena Fe sangat penting untuk proses pembentukan Hb, mioglobin dan bahan-bahan lainnya seperti cytochromes, peroxidase, dan catalase, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana metabolisme Fe dalam tubuh. Jumlah Fe dalam tubuh 4 gram, kira-kira 65% terdapat pada Hb, 4% pada mioglobin dan sekitarnya 15-30% tersimpan terutama pada sistem retikuloendothelial dan sel parenkim hati dalam bentuk ferritin atau hemosiderin. Fe diabsorbsi dalam usus halus pada plasma darah akan segera berkombinai dengan apotransferrin membentuk transferrin yang selanjutnya di transfort dalam plasma dalam bentuk Fe bebas. Pada sitoplasma sel akan terbentuk ferritin yang merupakan cadangan Fe dalam tubuh. Fe juga tersimpan dalam bentuk yang tidak larut yaitu hemosiderin. Bila terjadi jumlah Fe dalam plasma sangat rendah, Fe akan diambil dari ferritin dengan sangat mudah. Bila diambil dari hemosederin agak sulit. Selanjutnya Fe akan ditransfort pada plasma oleh transferrin ke jaringan yang membutuhkannya. Besi dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Besi sangat sedikit diekskresi. Apabila sel darah merah pecah, besi disimpan dan kemudian dipergunakan kembali, namun sejumlah kecil besi harus terdapat di dalam diet (Siregar, 1995).
Tinggi rendahya suatu kadar hemoglobin dalam darah bergantung pada bebebrapa hal seperti usia, awal remaja, kandungan gizi seseorang. Namun tidak menutup kemungkinan ada faktor-faktor yang lain yang dapat meningkatkan dan menurunkan kadar hemoglobin dalam darah (Anonima, 2009).
Bila setelah mencapai usia tertentu (120 hari ), sel darah merah akan mengalami destruksi, maka Hb akan keluar dari sel, dan dicerna oleh makrofag, beberapa hari setelah perusakan Hb makrofag akan melepaskan kembali Fe dan Fe yang bebas disimpan dalam bentuk ferritin untuk digunakan kembali dalam pembentukan Hb. Phorpyrin dari molekul Hb akan diubah oleh makrofag menjadi bilirubin, Kehilangan Fe. Setiap hari, terutama melalui tinja. Pada wanita yang sedang haid kehilangan Fe kira-kira 2 mg setiap hari. Demikian pula pada saat menyusui. Hal ini menyebabkan wanita mempunyai kebutuhan Fe yang lebih banyak dibandingkan dengan Pria. Setiap gram Hb mengandung 3,4 mg Fe. Pada orang dewasa normal Nilai Hb adalah 14-16 g/dl, 100 ml darah mengandung 50 mg Fe. Untuk mengganti kehilangan Fe setiap hari diperlukan 20 mg Fe yang didapatkan dari makanan. Kekurangan Fe akan menyebabkan terjadinya anemia yang disebut anemia defisiensi Fe (Anonimc, 2009).


Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada makhluk hidup adalah jenis kelamin dimana pria jumlah hemoglobinnya lebih besar dari wanita, dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak yakni sekitar 5.440.000/mm³ dibanding dengan jumlah sel darah merah pada wanita yakni ± 4.800.00/mm³, faktor kedua adalah spesies, jumlah sel darah merah, ketinggian tempat dimana untuk menjaga keseimbangan tubuh dan kadar Hb stabil, maka sumsum memproduksi sel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan orang tinggal di dataran rendah, dan kondisi kesehatan individu dimana jumkah hemoglobin biasanya dibawah atau 30 atau sekitar 5 gr per ml darah. Selain dipengaruhi oleh diferensiasi zat besi gizi tekanan kurang baik, kekurangan asam folat, vitamin C yang kurang, kekurangan vitamin B12 dan hemolisa sel darah merah dapat menyebabkan anemia (Frandson, 1992).
Kadar hemoglobin pada pria lebih besar dari kadar hemoglobin pada wanita, dimana kadar hemoglobin yang normal pada pria sebesar 14-18% dan pada wanita 12-15%. Hal ini disebabkan karena perbedaan kadar hemoglobin ditentukan oleh jenis kelamin dan jumlah sel darah. Selain itu juga, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah jumlah sel darah, ketinggian tempat, dan tingkat kesehatan. bahwa kadar hemoglobin yang normal pada pria sebesar 14-18% dan pada wanita 12-15% (Siegar, 1995).
Kadar hemoglobin dalam darah menggunakan satuan gram/dl, yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 milimeter darah. Nilai normal hemoglobin tergantung pada umur seseorang antara lain (Anonima, 2009) :
- Bayi baru lahir : 17-22 gr/dl
- Umur 1 minggu : 15-20 gr/dl
- Umur 1 bulan : 11-15 gr/dl
- Anak-anak : 11-13 gr/dl
- Laki-laki dewasa : 14-18 gr/dl
- Perempuan dewasa : 12-16 gr/dl
- Laki-laki tua : 12,4-14,9 gr/dl
B. Nilai Hematokrit
Hematokrit adalah persentase tingginya eritrosit dalam plasma yang ditentukan setelah darah disentrifunge dalam suatu tabung. Nilai normal pada pria 36-48%, wanita 36-45%, dan anak-anak 38-70%. Pada orang yang bermukim di gunung, nilainya bisa naik sampai 45-55%, juga pada pecandu alkohol dan pasien tumor ginjal tertentu (akibat produksi EPO berlebihan). Nilai lebih rendah dari nilai normal ditemukan pada pasien anemia dan gangguan ginjal tertentu, juga pada wanita hamil. Hematocrit pada pagi hari bernilai 5% lebih ringan daripada siang hari, maka penggontrolan para peserta hari. Nilai hematokrit tidak boleh melebihi 50% (Rahardja, 2002).
Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah dipindahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu. Nilai hematokrit pada mikro-capilary untuk putra lebih besar dari nilai hematokrit pada putri begitu pula dengan mikro-hematokrit. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat aktivitas yang dilakukan oleh individu, jenis kelamin dan jumlah sel darah merah. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin, jumlah sel darah merah, aktivitas dan keadaan fisiologis (Siregar, 1995).
Nilai hematokrit atau volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya persentase (berdasarkan volume) dari darah yang terdiri dari sel-sel darah merah. Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar tidak menggumpal, kemudian dilakukan sentrifusi sampai sel-sel menggumpal di bagian dasar. Nilai hematokritnya kemudian dapat diketahui secara langsung ataupun secara tak langsung dari tabung itu. Jika seseorang mempunyai nilai hematokrit 40 artinya 40% dari volume darah adalah sel-sel darah. Rataan hematokrit laki-laki normal 42, sementara pada wanita normal 38. Nilai hematoktrit pada domba adalah 32, anjing 45, sapi 40, dan pada kuda dan babi 42. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total dan pelaksanaannya juga jauh lebih muda. Faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah apakah orang itu menderita anemia atau tidak, tingkat aktivitas tubuh dan ketinggian tempat dimana orang itu tinggal. Nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 40-50%, sedangkan pada wanita adalah 35-45% (Frandson,1999).
Protein plasma terdiri dari dua keadaan utama yaitu albumin dan globulin. Fraksi globulin dapat dibagi menjadi alfa, beta, dan gamma globulin, alfa dan beta globulin disintesis dalam hati, gamma globulin disintesis oleh sel plasma dan limfosit pada saat sel-sel ini dirangsang oleh antigen. Umumnya antibody yang telah diketahui termasuk dalam fraksi gamma globulin, albumen adalah protein yang paling melimpah di dalam plasma yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati. Albumen berperan penting di dalam pengikat dan transport berbagai zat di dalam darah dan bertanggung jawab pada sekitar 80% tekanan osmotic potensial dari plasma (Sonjaya, 2008).
Plasma darah dapat diperoleh dengan cara, darah yang telah dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang telah ditambahkan antikoagulan dimasukkan ke dalam Mikro-centrifuge selama 1 menit, setelah 1 menit darah yang berada berada dalam pipa kapiler telah terpisah antara sel darah dan plasma darah (Anonimc, 2009)
Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu. Nilai hematokrit adalah panjangnya endapan sel darah merah yang dinyatakan dalam persentase volume darah di dalam tabung hematokrit, nilai ini berbanding lurus dengan jumlah sel darah, maka semakin tinggi nilai hematokrit semakin tinggi pula perbandingan komponen-komponen dan plasma (Siregar, 1995).
Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar dapat menggumpal, selanjutnya dilakukan sentrifusi sampai sel-sel menggumpal diatas bagian dasar kemudian dapat diketahui secara ataupun secara tidak langsung dari tabung-tabung tersebut, jika seseorang mempunyai nilai hematokrit 40 artinya 40% dari volume darah adalah sel-sel darah. Jumlah hematokrit pada laki-laki normal adalah 42, sedangkan untuk wanita normalnya adalah 38, nilai hematokrit pada domba adalah 32, anjing 45, sapi 40 dan pada babi, kuda adalah 42 (Frandson, 1992).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, hemokonsentrasi adalah kebalikan dari anemia yang berarti bahwa rasio sel-sel darah merah terhadap cairan berada diatas normal yang merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru (Rahardja, 2002).
Hemokonsentrasi adalah kebalikan anemia yang berarti bahwa rasio sel-sel darah merah terhadap cairan di atas normal. Hal ini ditunjukkan oleh hitungan sel darah merah yang sangat tinggi atau nilai hematokritnya yang tinggi. Jumlah sel-sel darah merah dalam tubuh dapat meningkat (suatu keadaan yang disebut polisit polisiternia), atau banyaknya cairan yang justru menurun (Mikrajuddin, 2004).
Untuk memperbaiki keadaan dehidrasi diperlukan suplai air kepada hewan yang bersangkutan dalam bentuk larutan garam fisiologi atau larutan glukose secara parental. Ini berarti bahwa larutan tersebut diberikan melalui jalur selain mulut, karena hewan yang sedang muntah apabila diberi minum akan terangsang untuk muntah lagi. Larutan tadi dapat disuntikkan hipodermis atau dengan cara intro peritoneal (Frandson, 1999).
Nilai hematokrit merupakan untuk menetukan persentase sel-sel darah didalam tubuh, baik pada volume, jumlah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit). Nilai hematokrit darah ditentukan dengan cara memusing (mensentifugre) darah dalam tabung hematokrit yang telah dikalibrasi, jika seseorang mempunyai nilai hematokrit 40, artinya 40% dari volume darah adalah sel-sel darah, rataan hematokrit laki-laki normal adalah 42 sedangkan pada wanita normalnya adalah 38, factor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah apakah orang itu menderita anemia atau tidak, tingkat aktivitas tubuh dan ketinggian tempat orang itu tinggal (Anonim d, 2009).
Hematokrit darah adalah persentase darah yang berupa sel, jadi bila orang mengatakan bahwa seseorang mempunyai hematokrit 40, ini berarti bahwa hematokritnya 40% dari suatu volume darah. Volume darah pada pria normal rata-rata 42 sedangkan pada wanita normal adalah 38. Nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 40-50%, sedangkan pada wanita adalah 35-45% (Frandson, 1999).
Hematokrit adalah volume SDM di dalam darah yang dinyatakan dengan
persentase volume seluruh darah (misalnya, sel saja tanpa cairan atau "plasma" darah). Nilai normalnya berkisar dari 40-54% pada laki-laki dan 37-47% pada wanita. Nilai hematokrit menunjukkan kekentalan darahy ang sebanding dengan jumlah oksigen yang dibawanya. Persentase hematokrit yang rendah juga merupakan pertanda anemia. Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu mililiter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain. Hematokrit dapat dihitung dengan mengambil sampel darah pada jari tangan atau diambil langsung pada vena yang terletak pada lengan. Sel darah merah yang terdapat dalam sampel kemudian diendapkan dengan cara memutarnya menggunakan alat sentrifugal. Endapan ini kemudian di presentasekan dengan jumlah keseluruhan dari darah yang terdapat dalam tabung, nilai inilah yang dinamakan nilai hematokrit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel drah merah, aktivitas dan keadaan patologis. Jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita, apabila jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan. Selain itu, ketinggian tempat juga mempengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk ke dalam paru-paru berkurang, oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak (Anonimc,2009).
Hitungan sel darah merah yang sangat tinggi atau nilai hematokritnya yang tinggi, jumlah sel-sel darah yang ada dalam tubuh dapat meningkat (suatu keadaan yang disebut polisiternia), atau banyaknya cairan yang justru menurun baik karena penurunan jumlah air yang diminum ataupun naiknya air yang hilang dari tubuh yang dapat menyebabkan munculnya hemokonsentrasi, yang berarti akibat dari keadaan yang disebut dehidrasi (Rahardja, 2002).
Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar dapat menggumpal, selanjutnya dilakukan sentrifusi sampai sel-sel menggumpal diatas bagian dasar kemudian dapat diketahui secara ataupun secara tidak langsung dari tabung-tabung tersebut. Jika seseorang mempunyai nilai hematokrit 40 artinya 40% dari volume darah adalah sel-sel darah. Jumlah hematokrit pada laki-laki normal adalah 42, sedangkan untuk wanita normalnya adalah 38, nilai hematokrit pada domba adalah 32, anjing 45, sapi 40 dan pada babi, kuda adalah 42 (Frandson, 1992).
Dalam menhitung nilai hematokrit terdapat dua cara yaitu cara Wintrobe dan mikro-hematokrit. Metode untuk mengukur nilai hematokrit terdiri dari dua cara yaitu dengan cara Wintrobe dan mikro-hematokrit, cara wintrobe menggunakan zat antikoagulan tabung wintrobe dan centrifuge, sedangakan pada cara mikro-hematokrit memekai tabung atau pipa kapiler, tabung centrifuge khusus dengan kecepatan putaran lebih dari 10.000 rpm dan pembacaan nilai hematokrit digunakan pula nilai yang khusus (Gibson, 2002).



C. Menghitung Jumlah Sel Darah Merah
Sel-sel darah merah atau eritrosit (bahasa yunani: eritro = merah, sit = sel) adalah sel-sel diameter rata-ratanya sebesar 7,5 dengan spesialisasi untuk pengangkutan oksigen. Sel-sel ini merupakan cakram (disk) yang bikonkaf, dengan pinggiran sirkuler yang tebalnya 1,5 pusatnya yang tipis. Cakram bikonkaf tersebut mempunyai permukaan yang relatif luas untuk pertukaran oksigen melintasi membran sel (Frandson, 1999).
Sel darah merah adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6µm. Bikonkavitas memungkinkan gerakan-gerakan oksigen masuk dan keluar sel dengan cepat, dengan adanya jarak yang pendek antara membran dan isi sel. Sel darah merah tidak memiliki nukleus. Eritrosit terdiri dari Membran luar, hemoglobin (Hb) protein yang mengandung besi, karbonik anhidrase, enzim yang terlibat dalam transfort karbondioksida (Gibson, 2003).
Sel darah merah tidak memiliki nucleus, tetapi berisi suatu protein khusus yang disebt hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu pigmen berwarna kuning, tetapi efek keseluruhan hemoglobin adalah membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mengandung sejumlah kecil besi dan besi ini esensial bagi kesehatan, meskipun jumlah totalnya di dalam darah dikatakan hanya cukup untuk membat paku sepanjang 2 inci. Dalam kondisi sehat, hamper semua sel darahmerah di dalam darah seharusnya berbentuk eritrosit, dengan hanya sedikit retikulosit. Banyak factor yang menentukan pembentukan normal sel darah merah (Watson, R 1997).
Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Pada stadium ini sel tersebut disebut retikulosit, akhirnya, benag-benang menghilang dan menjadi eritrosit matang yang segera dilepas ke aliran darah (Anonim, 2009).

Jika dilihat dibawah miskroskop, bentuk sel darah merah seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti dengan ukuran 0,007µm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm3, warnanya kuning kemerah-merahan, sifatnya kenyal sehingga bisa berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang dilalui. Di dalamnya mengandung hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen, membawa karbondioksida darui paru-paru kemudian dikeluarkan. Jumlah hemoglobin dalam masong-masing sel darah adalah normal. Drah mengandung rata-rata 15 gram, setiap gram mampu mengikat 1,39 ml oksigen. Pada orang normal, hemoglobin dapat mengangkut 20 ml oksigen dalam 100 ml darah (Syaifuddin, 2002).
Fungsi sel darah merah adalah membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Ini adalah fungsi-fungsi sel darah merah dan fungsi ini tergantung pada jumlah hemoglobin yang terkandung didalamnya. Apabila terdapat kekuragan hemoglobin, baik karena penurunan sel darah merah ataupun karena setiap sel darah merah mengandung sedikit hemoglobin, individu tersebut dikatakan menderita anemia (Watson, 2002).
Jumlah sel darah normal pada pria adalah 5.200.000 mm3, sedangkan pada wanita yaitu 4.700.000 mm3. Jumlah sel darah merah pada beberapa jenis ternak yaitu pada domba sebesar 11.000.000 mm3 sedangkan pada sapi, kuda, dan babi sebesar 7.000.000 mm3(Gibson, 2002)
Jumlah sel darah merah merupakan bagian utama dari komponen darah, dimana setiap mililiter kubik pada darah laki-laki dewasa mengandung kurang lebih 5.000.000 sel darah merah dan pada wanita mengandung 4.000.000 sel darah merah, dimana sel darah merah ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan juga mempertahankan suhu tubuh dan bila terserang anemia maka sel darah merah akan berwarna kuning. Jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh jenis spesies. Oleh karena itu jumlah sel darah merah pada setiap individu termasuk ternak berbeda pula. Jumlah sel darah merah pada domba yaitu 11.000.000 mm3, sedangkan pada sapi, kuda, dan babi yaitu 7.000.000 mm3 (Frandson, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pad seseorang dapat terjadi karena orang tersebut menderita anemia dan hemokonsentrasi disebabkan karena penurunan jumlah air yang diminum atau banyaknya jumlah air yang diminum, sedangkan anemia disebabkan di bawah normal. Hemokonsentrasi disebakan oleh penurunan jumlah air atau peningkatan jumlah air di dalam tubuh, sedangkan anemia disebabkan karena berkurangnya sel darah merah di dalam tubuh (Frandson, 1999).
Jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh spesies, oleh karena itu jumlah sel darah merah pada setiap individu termasuk ternak berbeda pula. Dimana pada ternak, misalnya domba memiliki sel darah merah 11.000/mm3, sapi, kuda dan babi 7.000.000/mm3 (Frandson, 1999).
Larutan yang digunakan sebagai larutan pengencer dalam menghitung jumlah sel darah merah yaitu larutan hayem. Larutan hayem adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel-sel darah merah, sehingga mempermudah dalam perhitungan sel darah merah pada kamar hitung yang selanjutnya dapat dilihat di bawah mikroskop (Sonjaya, 2008).
Untuk dapat menghitung jumlah sel darah merah dapat dilakukan dengan metode kamar hitung dan diamati dibawah miskoskop. Drah terlebih dahulu diencerkan di dalam tabung reaksi kemudian dimasukkan dalam kamar hitung, jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu. Untuk mengencerkan sel darah merah digunakan larutan hayem, larutan ini berfungsi untuk mengencerkan sel darah merah. Larutan hayem terbuat dari komposisi mercury chlorida 0,5gr, natrium sulfat 5 gr, natrium chlorida 1 gr dan aquades sebanyak 100 ml (Mikrajuddin, 2004).
Hitungan darah menyajikan suatu produser laboratoris yang berguna untuk memperkirakan jumlah dan jenis-jenis sel dalam darah yang bersirkulasi suatu hewan pada waktu tertentu. Hitungan sel total dinyatakan dalam jumlah sel dalam milimeter kubik darah. Hitungan ini berlaku baik untuk sel darah merah atau sel darah putih, meski terkait dengan peralatannya agak berbeda. Hitungan sel darah merah total ditentukan dengan mengencerkan suatu jumlah darah dengan menggunakan suatu jenis pengencer darah tertentu. Dalam suatu pipet sel darah merah untuk menghasilkan suatu larutan satu bagian darah dengan 200 bagian cairan pelarut. Darah beserta cairan pelarut itu dicampur merat di dalam suatu pipet khusus dan kemudian dimasukkan ke dalam suatu ruang perhitungan dari suatu slide khusus dengan kedalaman 0,1 mm. Satu milimeter persegi ruangan hitung terbagi menjadi 400 bujur sangkar yang lebih kecil. Sel darah merah dihitung jumlahnya di dalam bujur sangkar atau suatu bagian tertentu daripadanya. Jumlah sel-sel merah yang terhitung dikalikan dengan angka-angka yang sesuai untuk mendapatkan jumlah keseluruhan sel merah di dalam satu milimeter kubik darah yang diencerkan, dan angka itu kemudian dikalikan dengan pengenceran untuk mendapatkan jumlah sel-sel merah dalam satu kubik darah asli. Kebanyakan spesies jenis ternak mempunyai hitungan sel darah merah sekitar 7 juta/mm3 (Frandson, 1999).
Hemofilia defisiensi dari faktor pembekuan darah namun sangat jarang sekali terjadi. Defisiensi tersebut disebabkan dari faktor VII (antihemofiliaglobulin) dan faktor IX (Chistmas-faktor). Hemofilia A jauh lebih sering terdapat dibandingkan hemofilia B (85% dibanding 15%). Kedua gangguan bersifat keturunan dengan gen resesif. Pada kromosom X. Khususnya menghinggapi pria, jarang sekali wanita, yang umumnya menjadi pembewa gen dan dapat menurunkan pada anak lelakinya. Gejalanya berupa pendarahan yang sukar dihentikan dan diiringi rasa sangat nyeri seperti akibat kecelakaan atau pembedahan. Pada kasus agak berat, bahkan bisa timbul pendarahan spontan dan pembebanan berlebihan terutama di persendian. Pendarahan sendi ini akhirnya dapat mengakibatkan deformasi sendi hebat (Rahardja, 2002).
Anemia (Bahasa yunani An = tanpa, emia = darah) terjadi apabila jumlah darah merah yang fungsional atau jumlah hemoglobin berkurang lebih jauh dibawah keadaan normal. Anemia dapat terjadi karena pembentukan darah yang kurang memadai karena gizi yang tidak baik, termasuk di sini adalah adanya defisiensi zat besi, Cu, vitamin, dan asam amino di dalam makanan. Anemia dapat pula disebabkan oleh hilangnya darah oleh pendarahan dari luka atau karena parasit seperti cacing perut ataupun kutu. Penyebab lainnya adalah kekurangan sekresi faktor interinsik dari perut, faktor lainnya adalah memungkinkan daat berlangsung penyerapan vitamin B12. Anemia juga terjadi apabila sel-sel darah merah mengalami hemolisa yang lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya yang baru, atau apabila sel-sel darah merah tidak berhasil menjadi masak secara normal (Frandson, 1999).
Anemia bepengaruh besar terhadap sistem vaskuler. Seperti yang telah dikemukakan kapasitas mengangkut oksigen berkurang. Juga menurunkan konsentrasi sel darah merah berarti bahwa viskositas darah juga menurun, karenanya aliran darah menjadi lebih cepat. Hipoksia terjadi pada tingkat jaringan yang merangsang jantung untuk memompa lebih cepat untuk mencoba memberikan oksigen lebih banyak. Jantung mengalami stress jkarena bekerja lebih berat. Apabila kemudian hewan itu bekerja atau melakukan latihan fisik yang keras, jantung mampu mensuplai oksigen yang cukup kepada jaringan dan efisiensi jantungpun menurun, yang dapat menimbulkan gangguan jantung yang akut (Frandson, 1999).
Hifofiksa (ekurangan oksigen dalam jaringan) yang disebabkan penguragan transfor oksigen oleh darah yang dapat menyebabkan pembuluh-pembuluh jaringan melebar dan diikuti oleh pengembalian darah ke pembuluh jantung. Lebih lanjut, meningkatkan curah jantung lebih tinggi. Salah satu efek utama anemia adalah menimbulkan peningkatan beban kerja jantung. Peningkatan curah jantung pada anemia membawa sedikit oksigen maka kecepatan aliran darah dapat meningkat sedemikian rupa sehingga jantung tidak mampu lagi memompa darah lebih banyak dan payah jantung yang akut (Watson, 2002).
Pengurusan eritrosit terjadi setelah tiga sampai empat bulan dalam sirkulasi. Sel-sel didisintegrasikan dan dipindahkan dari sirkulasi oleh sistem retikuloendhothelium yang mengandung sel-sel khusus dalam hati, limpa, sumsum tulang dan node lympa. Produk yang dihasilkan dari pengrusakan sel darah merah adalah pigmen bilirubin dan biliverdin yang disekresikan oleh kelenjar hati ke empedu. Besi bebas digunakan untuk meresintesa hemoglobin (Sonjaya, 2008).
Sel darah merah mengandung banyak haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.Sel darah merah dihasilkan dilimpa atau kura, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Fungsi sel darah merah yaitu membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh, membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru. Sel darah merah mengikat oksigen dan karbondioksida disebabkan adanya hemoglobin. Ketika hemoglobin mengikat oksigen maka darah berwarna merah cerah, sedangkan ketika mengikat karbondioksida maka darah akan berwarna merah kebiruan. Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel darah merah berbentuk pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak dapat menembus dinding kapiler darah dan berwarna kekuning-kuningan (Watson, 2002)
Sel darah merah diproduksi didalam sum-sum merah pada tulang spongiosa yang terdapat pada ujung tulang panjang dan didalam tulang pipih dan tidak regularSel darah merah hidup dalam sirkulasi selama sekitar 120 hari, kemudian dimakan oleh sel-sel pada system monosit di dalam limfa dan kelenjar limfe. Di sini hemoglobin dipecah menjadi komponen-komponenya dan kemudian dibawah kedalam hati. Globin dikembalikkan ke gudang protein dan ekskresi dalam urine setelah dipecah lebih lanjut (Anonimc, 2009).
Sel darah merah merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya. Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merah pun akan dievaluasi di bawah mikroskop. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan penyebabnya (Frandson, 1999).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Sel darah merah berwarna merah ke kuningan. Warna merah itu berasal dari hemoglobin. Sel darah merah dapat mengikat oksigen karena adanya hemoglobin. Selain itu, sel darah merah dapat mengkatalisis reaksi antara CO dan air karena sel darah mengandung anhidrase karbonat dalam jumlah besar. Reaksi ini memungkinkan darah bereaksi dengan sejumlah besar CO, dan mengangkutnya dari jaringan ke paru – paru (Anonimc, 2009).
Hitungan darah menyajikan suatu prosedur Laboratoris yang berguna untuk memperkirakan jumlah dan jenis-jenis sel dalam darah yang besirkulasi pada waktu tertentu. Hitungan sel total dinyatakan dalam jumlah millimeter kubik darah, hitungan ini berlaku baik untuk sel darah merah atau sel darah putih, meskipun teknik dan peralatannya berbeda. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila di oksigen kepada merah tua apabila tiada oksigen. Warnanya disebabkan oleh hemoglobin, protein pernafasan (respiratory protein) yang mempunyai besi dalam bentuk heme, tempat oksigen bergabung. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4-5 liter. Darah mengedarkan oksigen melalui paru - paru, dan disebarkan ke seluruh tubuh oleh saluran arteri. Darah mengedarkan oksigen keseluruh badan melalui saluran halus darah yang dipanggil kapillari. Darah kemudian kembali ke jantung melalui vein (Watson, 2002).

D. Menghitung Jumlah Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit (bahasa yunani ; leuko=putih, sit=sel) sangat berbeda dari eritrosit karena adanya nukleus dan memiliki kemampuan gerak yang independent (Frandson, 1999).
Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai 30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Peningkatan ini dikenal sebagai leukositosis. Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit (Watson, R 1997).
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen. Sebagai pertahanan tubuh, leukosit dikerahkan ke tempat-tempat infeksi dengan jumlah berlipat ganda. Leukosit dapat bergerak dari pembuluih darah menuju jaringan, saluran limfe dan kembali lagi ke dalam aliran darah. Leukosit bersama sistem makrofag jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli, mikroglia otak dan kelenjar getah bening melakukan fagositosis terhadap kuman dan virus yang masuk. Setelah di dalam sel, kuman/virus dicerna dan dihancurkan oleh enzim pencernaan sel(Anonimd, 2009).
Dlam pematangan sel-sel leukosit sel-sel yang masih muda hanya dapat dijumpai di sum-sum tulang. Tahapan sel-sel tersebut pada masing-masing seri akan dilampaui penyajiannya. Untuk mengetahui miskroskopis jenis-jenis leukosit dibutuhkan sediaan apus darah yang telah diwarnai dengan baik dibawah miskroskop. Mula-mula mencari lapangan atau daerah pandang yang lebih baik yang banyak mengandung leukosit dan tersebar merata. Sesudah itu dilakukan pemeriksaan dihitung jenis dengan memakai lensa objektik 40X. Dengan lensa ini biasanya morfologi masing-masing leukosit. Dalam hal ini jumlah suatu zat leukosit dinyatakan sekian persen dari jumlah suatu zat leukosit dinyatakan sekian persen dari 100 buah sel yang nampak dan terhitung di bawah miskroskop. Jumlah absolut masing-masing jenis leukosit adalah : (Kamalia, 2002)
- Eosinofil : 2,4%
- N-batang : 3-5%
- Limfosit :23-25%
- Monosit :3-6%
Masa hidup sel-sel darah putih sangatlah bervariasi mulai beberapa jam untuk granulosit, sampai bulanan untuk monosit dan bahkan tahunan untuk limfosit. Di dalam aliran darah kebanyakan sel-sel darah putih bersifat nonfungsional dan hanya diangkut ke jaringan ketika dan dimana dibutuhkan saja (Anonimd, 2009).
Sel darah putih pada putra lebih besar dari jumlah sel darah putih pada putri. Hal ini disebabkan karena perbedaan jenis kelamin dan aktivitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih adalah jenis kelamin, dimana pria mempunyai jumlah sel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sel darah putih, aktivitas juga mempengaruhi jumlah sel darah putih, meningkatnya jumlah sel darah putih umunmya merupakan pertanda adanya infeksi, feukofenia atau berkurangnya jumlah total sel darah putih dari yang normal biasanya lebih cenderung bersifat patologis jumlah sel darah putih normal pada manusia adalah 5000-9000 mm3. Jumlah sel darah putih pada berbagai jenis ternak yaitu pada domba sebesar 7-10 ribu mm3, kuda 8-11 ribu mm3, dan pada babi sebanyak 15-22 ribu mm3. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih adalah jenis kelamin, dimana pada pria jumlah sel darah merahnya lebih banyak dibanding dengan jumlah sel darah putih, meningkatnya jumlah sel darah putih umumnya merupakan pertanda adanya infeksi. Leukimia atau berkurangnya jumlah total sel darah putih dari jumlah yang normal umumnya lebih bersifat patologis. Jumlah sel darah putih dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, keadaan patologis atau kondisi kesehatan (Sonjaya, 2009).


Hitungan total sel darah putih, dibuat dengan cara yng sdama seperti sel darah merah. Akan tetapi karena sel drah putih jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah, darah tidak perlu diencerkan terlalu banyak, dan bujur sangkar perhitungannya dalam ribuan permilimeter kubik darah (Sonjaya, 2008).
Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100 ml.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara kedua adalah cara semi automatik dengan memakai alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain (Anonimc, 2009).
Sistem pertahanan tubuh dilakukan melalui sel darah putih (leukosit), leukosit mempertahankan tubuh terhadap invasi mikroorganisme dengan jalan merusak secara langsung mikroorganisme yang masuk dengan jalan fagositosis dan membentuk antibodi yang akan mersak mikroorganisme yang masuk. Leukosit merupakan unit yang mobil dari sistem pertahanan tubuh yang dibentuk disum-sum tulang (granulosit, monosit, dan sedikit limposit)dan sedikit pada jaringan limfoid (limposit dan sel plasma). Setelah pembentukannnya leukosit akan ditransport kebagian tubuh yang membutuhkannya (Siregar, 1995).


Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/µl. Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid. Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit (Frandson, 1999).
Sel darah putih bentuknya tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sumsum merah, kura dan kelenjar limpa. perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000--30.000/µl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 --38.000 /µl. Jumlah leukosit turun secara bertahapdan pada umur 21 tahun jumlah leukositberkisar antara 4500-- 11.000/µl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 -- 10.0004/µ1. Jumlah leukositmeningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetap ijarang lebih dari 11.000/µl (Anonim d , 2009).
Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1 (Anonim c , 2009).
.


Sel darah putih terdiri dari 2 jenis yaitu leukosit granular (leucosit polymorphonuclear) dan leukosit agranular, Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi yaitu : (Anonim d , 2009)
 Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen (matur, matang).
 Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan limfosit B.
 Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.
 Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.
 Basofil juga berperan dalam respon alergi.
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi (Watson, 2002).

E. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun ke arteriol. Akhirnya setelah mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian renda sehingga tekanan darah ringan dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan mendorong darah keluar. Hal ini dapat dibuktikan dengan memberi tekanan ringan pada kuku atau meletakkan sepotong gelas di atas kulit. Di dalam vena tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena besar yang mendekati jantung terdapat daya isap (suction), tekanan darah negatif (bukan positif), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika ruang-ruang didalamnya relaksasi (Watson, 2002).
Tekanan darah menunjukkan kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut yaitu 120/80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung dan disebut tekanan sestolr. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan pada saat jantung istirahat diantara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat jantung beristirahat adalah saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah yaitu saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dari orang dewasa. Tekanan darh juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berada paling tinggi waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur di malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari pada biasanya secra berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi (Anonime, 2009).
Presistole adalah waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permulaan kontraksi ventrikel. Diastole adalah periode dimana atrium atrium dan ventrikel berada dalam keadaan istirahat sedangkan sistole yaitu urutan awal kontraksi ventrikel. Selain itu juga dapat dikatakan, diastole merupakan keadaan dimana jantung berelaksasi atau istirahat. Pada waktu diastole, kelenturan dinding di bagian pertama arteri tersebut membantu mendorong ke arah bagian berikut dari arteri yang kemudian menjadi lebar. Pada waktu diastole tekanan menurun sampai mencapai titik terendah maka disebut diastole, sedangkan peristole merupakan waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permukaan kontraksi ventrikel (Frandson, 1999).
Tingkat rendahnya tekanan darah tergantung pada kondisi seseorang dan dipengaruhi pula oleh berbagai macam faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Tekanan darah pada masing-masing pria dan wanita yaitu yang terendah 100/60 cenderung ke tekanan darah rendah dan yang tertinggi yaitu 140/90. Tingginya angka tekanan darah ini disebabkan karena faktor kelelahan. Adapun tekanan darah normal yaitu sebesar 120/80. Darah yang normal yaitu 120/80. Tekanan darah dapat turun dengan cepat bila terjadi pendarahan atau kehilangan darah. Kekurangan zat makanan juga menyebabkan tekanan darah rendah (Sonjaya, 2008).
Tekanan darah pada setiap individu berbeda-beda dan cenderung selalu berubah-ubah. Perbedaan tekanan darah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekuatan jantung memompa darah dan banyaknya darah dalam pembuluh darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah dan aktivitas memompa jantung yaitu mendorong sepanjang pembuluh darah dan tekanan aliran darah dan selanjutnya dikatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah. Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg (Wulani, 1993).
Perbedaan tekanan darah yang diperoleh pada percobaan tekanan darah disebabkan karena perbedaan aktivitas pada saat pengukuran tekanan darah. Faktor-faktor yang empengaruhi tekanan darah yaitu (1) jumlah darah yang berada dalam peredaran darah, (2) aktivitas memompa jantung yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah, (3) tekanan terhadap aliran darah (Anonime,2009).
Adapun cara pengukuran tekanan darah dapat diukur melalui alat spygnomanometer dan stetoskop. Pada manusia tekanan darah dapat ditentukan dengan menggunakan alat spygnomanometer. Hal ini dilakukan dengan cara mendengarkan arteri pada arah distal dari caff yang dikembangkan. Cara pengukuran tekana darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Cara pengukuran langsung dengan alat yang disebut spygnomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brachialis si lekuk siku yang biasa diraba dengan jelas, bunyi jantung dapat diketahui dengan mendengarkan pukulan pada arteri brachialis dimana bunyi pertama sebagai tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan usaha pengontrolan yaitu dilakukan oleh arteri yang paling kecil yaitu arteriol, dimana saat darah masuk ke dalam kapiler tekanan tersebut mendapat sistole dan diastole dari aliran darah yang dipercobakan (Watson, 2002).
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat (Anonime, 2009).

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat

Praktikum Darah III (Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit) dan Praktikum IV (Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2009 pukul 14.00 WITA – selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada Praktikum Darah III & IV adalah mikroskop, kertas saring, vaccinostyle, pipa kapiler berlapis antikoagulan, centrifuge, tabung Wintrobe, haemoglobinometer sahli, haemocytometer lengkap (terdiri dari 2 pipet, yaitu Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih dan 1 buah kamar hitung),cover glass dan tissue.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Darah III & IV ini adalah kapas, HCl 0,1 N, alkohol 70% , antikoagulan, aquades, sampel darah praktikan, larutan hayem, dan larutan turk.
Metode Praktikum

A. Menentukan Kadar Hemoglobin
1. Cara Sahli
Mengisi ke dalam tabung Sahli HCl 0,1 N sampai batas skala bawah (tanda 2 gms). Mengisap darah sebanyak 0.02 mm dari ujung jari dengan pipa haemometer sampai garis 20 cm, menyeka darah yang berceceran diujung pipet, mencatat waktunya, dan menyegerahkan meniup darah tadi masuk ke dalam tabung, hati-hati agar tak terjadi gelembung udara. Angkatlah pipet sedikit lalu isap asam HCl yang jernih 2-3 kali untuk membersihkan darah dalam pipet. Mengocok tabung haemometer dan biarkan selama 10 menit hingga terbentuk warna coklat. Memasukkan aquades setetes semi setetes sambil diaduk (titrasi) sampai warnanya sama dengan warna tabung kaca standar yang ada pada alat Haemometer. Membaca sampai dimana tinggi miniskus cairan pada
2. Kertas Skala Hb
Menusuk jari dengan vaccinostyle, kemudian darah yang keluar diserap dengan kertas skala, setelah itu menentukan kadar hemoglobin darah dengan menggunakan kertas standar nilai hemoglobin pada kertas skala.
B. Menentukan Kadar Nilai Hematokrit
Mempatkan ujung pipa kapiler pada tempat perlakuan (ujung jari) yang telah dilukai. Kemudian membiarkan darah masuk dengan sendirinya samapai ± 4/5 bagian dari panjang pipa. Menutup ujung pipa tadi dengan malam (wax), selanjutnya pusingkan dengan Mikro-centrifuge selama 3 menit. Membaca hasilnya dalam satuan % pada skala mikro-hematokrit.
C. Menghitung Sel Darah Putih
Darah dihisap samapi tanda 0,5 kemudian larutan turk dihisap sampai angka 11 dengan hati-hati. Prosedur selanjutnya pembuluh karet dilepaskan dari pipet, pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk, kocok dengan hati-hati (membuat angka 8) selama 1-2 menit. Sebelum diteteskan ke dalam kamar hitung (counting chamber), lima tetes darah di dalam kapiler pipet harus dibuang. Membersihkan kamar hitung terlebih dahulu, memeriksa kaca penutup harus rapat di atas loji. Dengan kemiringan pipet 30o-35o, ujung pipet diletakkan di atas kamar hitung pada pinggir kaca penutup. Memebirakan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilerisasinya sendiri. Pekerjaan ini harus diulang lagi, bial mana kamar hitung tidak terisi seluruhnya, atau tidak terisi rata atau bial cairan melimpah masuk ke dalam saluran kaca penutup. Kelebihan cairan sedikit ditepi kaca penutup dapat dihapus dengan jari penutup dengan jari penutup tak tergeser, membiarkan kamar hitung itu selama 2-3 menit agar sel-sel darah mengendap dan tetap tempatnya. Memeriksa di bawah mikroskop dengan pembesaran besar. Memperhitungkan dilakukan di atas sel darah putih yang terdapat pada empat buah kotak yang berada "W". Sel darah putih yang terletak dan menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas dihitung, sedangkan yang terletak dan menyinggung garis batas kanan dan bawah tidak dihitung. Jumlah sel darah merah yang diperoleh pada keempat kotak dikalikan dengan angka 50.
D. Menghitung Sel Darah Merah
Darah dihisap samapi angka 0,5 atau samapai angka 1,0 bila pasien sangat anemia, kemudian isaplah cairan Hayen sampai angka 101. Prosedur selanjutnya sama dengan perhitungan sel darah putih. Perhitungan dilakukan atas sel darah putih yang terdapat dalam empat kotak persegi bertanda "R". Setiap kotak R luasnya 1 mm persegi yang dibagi lagi dalam 16 kotak kecil.
E. Tekanan Darah
Memegang manset di lengan orang yang akan diukur tekanan darahnya dan
menetapkannya dan menetapkanya tekanan darah tiga kali beturut-turut dan mengambil rata-ratanya. Kemudian melakukannya berulang-ulang dengan perlakuan yang berbeda-beda seperti pada posisi terlentang, duduk, berdiri, berlari dan berfikir.
















Analisa Data
A. Perhitungan Kadar Hemoglobin
• X
• X
Keterangan :
X= Kertas Skala
B. Menghitung Sel Darah Merah


Keterangan:
N = Jumlah Sel Darah Merah dalam kamar hitung
R = Jumlah Sel Darah Merah dalam setiap kamar hitung.
SDM = Jumlah Sel Darah Merah
C. Menghitung Sel Darah Putih


Keterangan:
N = Jumlah Sel Darah Putih dalam kamar hitung
R = Jumlah Sel Darah Putih dalam setiap kamar hitung.
SDM = Jumlah Sel Darah Putih






HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternk Dasar yang telah dilakukan mengenai Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit, Menghitung Jumlah Sel Darah Merah dan Menghitung Jumlah Sel Darah Putih, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Kadar Hemoglobin
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :
Tebel 8. Hasil Pengamatan Kadar Hemoglobin Pada Pria dan Wanita
Tabung Sahli (gr/100 ml) Skala Hb
Pria Wanita Pria Wanita
21 13 70 50
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil dengan menggunakan cara sahli bahwa kadar hemogobin pada pria sebesar 21 gram/ml dan pada wanita sebesar 13 gram/ml. Sedangkan pada alat yang menggunakan kertas skala hemoglobin diperoleh kadar hemoglobin pada pria sebesar 70 gram/ml dan pada wanita 50 gram/ml. Dari pengamatan yang telah dilakukan kadar hemoglobin pada pria lebih besar dari kadar hemoglobin pada wanita, hal ini disebabkan karena perbedaan kadar hemoglobin ditentukan oleh jenis kelamin dan jumlah sel darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardja (2002), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah jenis kelamin, jumlah sel darah, ketinggian tempat, dan tingkat kesehatan. Dari data di atas menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada pria dan wanita di atas normal. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin yang normal pada pria sebesar 14-18% dan pada wanita 12-15%.

Tidak normalnya kadar hemoglobin pada sampel darah tersebut disebabkan karena sampel darah tersebut berada pada kadar hemoglobin diatas normal. Hal ini disebabkan karena kondisi kesehatan individu yang tidak stabil pada saat pengambilan sampel darah, dimana aktivitas tubuh lebih benyak dari pada waktu istirahat serta kurangnya asupan nutrisi sehingga deferensiasi zat besi gizi menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah ialah kondisi kesehatan individu dimana jumlah hemoglobin biasanya dibawah atau sekitar 5 gr/ml darah. Selain dipengaruhi oleh diferensiasi zat besi gizi, tekanan darah yang kurang baik, kekurangan vitamin dan hemolisa sel darah dapat menyebabkan anemia darah.
Dari Tabel 8, di atas menunjukkan bahwa dalam perhitungan kadar hemoglobin dengan menggunakan dengan menggunakan skala Hb ternyata lebih baik dibandingkan dengan menggunakan sahli, karena nilai pada skala Hb lebih mendekati nilai hemoglobin normal yatiu pada pria sebesar 14-18% dan pada wanita 12-15,6%.
Hemoglobin adalah gabungan antara hemo dan globin yang mempunyai berat molekul 65.000. Hemo mempunyai 4% dari berat hemoglobin yang memberikan derajat kemerahan eritrosit. Hemoglobin disebut juga sebagai pigmen respirasi karena mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlibat dalam proses respirasi yaitu O2 dan CO2. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2008), bahwa hemoglobin adalah pigmen respirasi yang terdapat dalam eritrosit yang terdiri atas Hem dan Globin yang berperan dalam mengikat O2 untuk warna darah merah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada makhluk hidup adalah jenis kelamin dimana pria jumlah hemoglobinnya lebih besar daripada kadar hemoglobin pada wanita, spesies, jumlah sel darah merah, ketinggian tempat, dan kondisi kesehatan individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002), bahwa yang mempengaruhi jumlah hemoglobin adalah jenis kelamin, dimana jumlah sel darah pria lebih banyak sekitar 5.440.000/mm3 dibandingkan pada wanita yaitu sekitar 4.800.000/mm3, faktor kedua yaitu spesie, jumlah sel darah merah, ketinggian tempat dimana seseorang yang berada pada tempat yang tinggi misalnya daerah pegunungan, jumlah kadar hemoglobinnya cenderung lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berada di daerah yang tempatnya lebih rendah atau datar hal tersebut disebabkan karena untuk menjaga keseimbangan tubuh dan kadar Hb stabil, maka sumsum memproduksi sel darah merah memproduksi lebih banyak, dan kondisi kesehatan individu dimana jumlah hemoglobin biasanya dibawah atau sekitar 5 gr/ml darah. Selain dipengaruhi oleh diferensiasi zat besi gizi, tekanan darah yang kurang baik, kekurangan vitamin dan hemolisa sel darah dapat menyebabkan anemia darah.
Terdapat beberapa cara bagi mengukur kandungan hemoglobin dalam darah, kebanyakannya dilakukan secara automatik oleh mesin yang direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah diceraikan untuk mengasingkan hemoglobin dalam bentuk larutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1995), yang menyatakan bahwa hemoglobin yang terbebas ini dicampur dengan bahan kimia yang mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk cyanmethemoglobin. Dengan menyinarkan cahaya melalui larutan cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya yang diserap (khususnya bagi gelombang antara 540 nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan.
Bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka persentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang bila hematokrit (persentase sel dalam darah normalnya 40 sampai 45 persen). Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002) yang menyatakan bahwa jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka seluruh darah seorang pria rata-rata mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan pada wanita rata-rata 14 gram.




B. Nilai Hematokrit
Berdarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Pengamatan Nilai Hematokrit pada Pria dan Wanita
Kelompok Makrokapilari (%) Mikro-Hematokrit (%)
Putra Putri Putra Putri
I 48 22 48 23
II, IV 46 21 30 22
III 45 23 35 20
V 48 22 48 23
Jumlah 187 145 161 88
Rata-rata 46.7 36,2 40.2 22
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2007

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai hematokrit pada mikrokapileri pada pria yaitu 46,7% dan pada wanita 36,2%. Sedangkan dengan cara mikrohematokrit diperoleh hasil pada pria 40,2% dan wanita 22%. Nilai hematokrit pada pria di atas nilai hematokrit normal sedangkan pada wanita di bawah nilai hematokrit normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999) yang menyatakan bahwa nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 42% dan pada wanita 38%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel drah merah dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita, apabila jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan, aktivitas dan keadaan pagositosia. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa ketinggian tempat juga mempengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk ke dalam paru-paru berkurang, oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak.
Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu. Hal ini sesuasi dengan pendapat Rahardja (2002), bahwa nilai hematokrit adalah panjangnya endapan sel darah merah yang dinyatakan dalam persentase volume darah di dalam tabung hematokrit, nilai ini berbanding lurus dengan jumlah sel darah, maka semakin tinggi nilai hematokrit semakin tinggi pula perbandingan komponen-komponen dan plasma.
Hematokrit darah adalah persentase darah yang berupa sel, jadi bila orang mengatakan bahwa seseorang mempunyai hematokrit 40, ini berarti bahwa hematokritnya 40% dari suatu volume darah. Volume darah pada pria normal rata-rata 42 sedangkan pada wanita normal adalah 38. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), bahwa nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 40-50%, sedangkan pada wanita adalah 35-45%.
Dalam menghitung bilai hematokrit terdapat dua cara yaitu dengan cara wintrobe dan cara mikrohematokrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaifuddin (2002), yang menyatakan bahwa metode untuk mengukur nilai hematokrit terdiri dari dua cara yaitu dengan cara wintrobe dan mikrohematokrit. Cara wintrobe menggunakan zat antikoagulan tabung wintrobe dan centrifunge khusus dengan kecepatan putaran lebih dari 10.000 rpm, dan pembacaan nilai hematokrit digunakan pula alat yang khusus.
Protein plasma terdiri dari dua jenis protein utama yaitu albumin dan globulin, fraksi globulin dapat dibagi menjadi alfa, beta, dan gamma globulin. Alfa dan beta globulin disintesis dalam hati, gamma globulin disintesis oleh sel plasma dan limposit pada saat sel-sel ini dirangsang oleh antigen. Umumnya antibodi yang telah diketahui termasuk dalam fraksi gamma globulin. Albumin adalah protein yang paling melimpah di dalam plasma yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati. Albumin berperan penting dalam peningkatan dan transfor berbagai zat di dalam darah dan bertanggung jawab pada sekitar 80% tekanan osmotik potensial dari plasma. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa plasma darah merupakan cairan ekstraseluler dalam darah yang melarutkan protein, jaringan limfositk, albumin, globulin, fibrinogen, transferin, dan immunoglobin.

























C. Menghitung Jumlah Sel Darah Merah
Berdasarkan hasil praktikum tentang Menghitung Sel Darah Merah, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 8. Hasil Praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah Merah
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009










Preparat = Darah Manusia
Perbesaran = 40 x
R1 = 217
R2 = 175
R3 = 191
R4 = 180

N = R1 + R2 + R3 + R4
N = 217 + 175 + 191 + 180
N = 763
SDM = N x 10.000
SDM = 763 x 10.000
SDM = 7.630.000/mm3
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009






Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh, maka hasil jumlah sel darah merah pada putra sebesar 7.630.000/mm3. Dari data di atas diketahui bahwa jumlah sel darah merah pada pria di tidak normal, dimana jumlah sel darah merah yang normal pada pria adalah 5.200.000 mm3. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa jumlah sel darah merah merupakan bagian utama dari komponen darah, dimana setiap milimeter kubik pada darah pria dewasa mengandung 5.200.000 mm3 sel darah merah, sedangkan pada wanita yaitu 4.700.000 mm3 dimana jumlah sel darah merah ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan juga mempertahankan suhu tubuh.
Jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh jenis spesies, oleh karena itu jumlah sel darah merah pada setiap individu termasuk ternak berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa pada beberapa jenis ternak yaitu pada domba memiliki sel darah merah sebesar 11.000/mm3 sedangkan pada sapi, kuda, dan babi sebesar 7.000.000/mm3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pad seseorang dapat terjadi karena orang tersebut menderita anemia dan hemokonsentrasi disebabkan karena penurunan jumlah air yang diminum atau banyaknya jumlah air yang diminum, sedangkan anemia disebabkan di bawah normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa hemokonsentrasi disebakan oleh penurunan jumlah air atau peningkatan jumlah air di dalam tubuh, sedangkan anemia disebabkan karena berkurangnya sel darah merah di dalam tubuh.
Dalam proses perhitunganjumlha sel darah merah dapat dilakukan di bawah miskroskop dengan cara pengenceran dan dalam kamar hitung. Hal ini sesuai dengan pendapat Mikrajuddin (2004) yang menyatakan bahwa untuk dapat menghitung jumlah sel darah merah dapat dilakukan dengan metode kamar hitung dan diamati dibawah miskroskop. Darah terlebih dahulu diencerkan di dalam tabung reaksi kemudian dimasukkan dalam kamar hitung, jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu. Untuk mengencerkan sel darah merah digunakan larutan hayem, larutan ini berfungsi untuk mengencerkan sel darah merah. Larutan hayem terbuat dari komposisi mercury chloride 0,5 gr, Natrium sulfat 5 gr, natrium chloride 1 gr dan aquades sebanyak 100ml.
Terkadang peredaran sel darah merah terganggu, dan disebabkan karena factor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa sistem peredaran darah manusia dan sel darah merah sering mengalami gannguan. Gangguan sistem peredaran darah dapat terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak stabil.





















D. Menghitung Sel Darah Putih
Berdasarkan hasil praktikum tentang Menghitung Sel Darah Merah maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 7. Hasil Praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah Putih
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009









Preparat = Darah Manusia
Perbesaran = 40 X
W1 = 25
W2 = 40
W3 = 75
W4 = 40

N = W1 + W2 + W3 + W4
N = 25 + 40 + 75 + 40
N = 180
SDP = N x 5000
SDP = 750 x 5000
SDP = 900.000
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa jumlah sel darah putih yaitu 900.000 mm3. Hasil menunjukkan bahwa jumlah sel darah tersebut tidak normal, dimana jumlah sel darah putih normal pada mausia yaitu berkisar 5-10.000/µL. Hal ini sesuai dengan pendapata Sonjaya (2008), yang menyatakan bahwa Jumlah leukosit lebih besar daripada jumlah eritrosit tetapi jumlahnya di dalam tubuh jauh lebih sedikit, yaitu berkisar 5-10.000/µL. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih adalah jenis kelamin, dimana pria mempunyai jumlah sel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sel darah putih, aktivitas juga mempengaruhi jumlah sel darah putih, meningkatnya jumlah sel darah putih umunmya merupakan pertanda adanya infeksi, feukofenia atau berkurangnya jumlah total sel darah putih dari yang normal biasanya lebih cenderung bersifat patologis.
Jumlah sel darah putih, juga dipengaruhi oleh jenis spesies, oleh karena itu jumlah sel darah putih pada setiap individu termasuk ternak berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa pada beberapa jenis ternak yaitu pada domba memiliki sel darah putih sebesar -10 ribu mm3, kuda 8-11 ribu mm3, dan pada babi sebanyak 15-22 ribu mm3.
Darah pada manusi memiliki lima jenis leukosit, tetapi berdasarkan ada tidaknya glanular pada selnya kelima macam leukosit itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu leukosit berglanular dan leuosit tidak glanular. Granulosit terdiri atas netrofil, basofil dan eosinofil, sedangkan agranulosit terbagi atas limfosit dan monosit. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2008) yang menyatakan bahwa leukosit diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya granula dalam protein plasma yang dibagi menjadi granulosit dan agranulosit. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit sedangkan granulosit terdiri dari netrofil, basofil dan eosinofil. Netrofil merupakan garis pertahanan tubuh untuk melawan infeksi dengan beragmigrasi ke daerah yang dikuasai bakteri untuk memusnakannya. Eosinofil merupakan leokosit yang mengandung granular berwarna biru.
Larutan Turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih, sehingga mempermudah dalam perhitungan sel darah putih. Larutan Turk ini terdiri dari glacial acetid acid sebanyak 2 ml, gential violet 1% aquadest 1 ml, dan aquadestilata 100 ml (Sonjaya, 2008).





E. Tekanan Darah
Berdasarkan hasil praktikum tentang tekanan darah, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Manusia
Perlakuan Tekanan Darah Jumlah Rata-rata
Kelompok I Kelompok II&IV Kelompok III Kelompok V
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
Berdiri 120/80 120/80 120/80 90/70 110/80 100/70 120/80 110/70 888/80 111/80
Duduk 100/80 110/80 120/80 90/70 100/90 100/60 100/80 110/90 800/80 100/80
Berlari 110/90 110/90 140/80 90/70 120/70 110/80 110/90 120/70 910/80 113/80
Berfikir 110/80 110/90 120/60 90/60 100/90 100/90 110/80 110/60 850/70 106/70
Berbaring 110/80 110/90 120/80 90/60 120/80 90/70 110/80 100/80 850/80 106/80

Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil tekanan darah pada perlakuan berdiri sebesar 111/80. Pada perlakuan duduk rata-ratanya sebesar 100/80. Pada perlakuan berlari rata-rata sebesar 113/80 dan sedangkan pada perlakuan berbaring rata-rata 106/80. Dari keempat perlakuan tersebut diatas ternyata pada saat berlari tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat berdiri, duduk dan berfikir. Hal tersebut disebabkan karena tekanan yang dialami darah pada pembuluh darah ketika darah dipompa oleh jantung dan denyut jantung meningkat seketika, maka tekanan darah pada manusia akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002) yang menyatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun ke arteriol. Akhirnya setelah mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian renda sehingga tekanan darah ringan dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan mendorong darah keluar. Hal ini dapat dibuktikan dengan memberi tekanan ringan pada kuku atau meletakkan sepotong gelas di atas kulit. Di dalam vena tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena besar yang mendekati jantung terdapat daya isap (suction), tekanan darah negatif (bukan positif), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika ruang-ruang didalamnya relaksasi.
. Berdasarkan tabel 10. tekanan darah dapat dilihat dari kelima kelompok di atas ternyata tekanan darah putra lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah putri ini bisa disebabkan karena perbedaan aktifitas pada putra lebih besar daripada aktivitas putri. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah kekuatan jantung memompa darah dan banyaknya darah dalam pembulu darah dan tekanan darah terhadap aliran darah. Tekanan darah normal pada pria dan wanita secara teori yaitu 96 mmHg. Tekanan darah pada kelima kelompok di atas baik pria maupun wanita agak normal, karena tekanan darah yang normal pada pria yaitu 120/80 mmHg sedangkan pada wanita 110/80 mmHg.
Tekanan darah menunjukkan kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002) yang menyatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun ke arteriol. Akhirnya setelah mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian renda sehingga tekanan darah ringan dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan mendorong darah keluar. Hal ini dapat dibuktikan dengan memberi tekanan ringan pada kuku atau meletakkan sepotong gelas di atas kulit. Di dalam vena tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena besar yang mendekati jantung terdapat daya isap (suction), tekanan darah negatif (bukan positif), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika ruang-ruang didalamnya relaksasi.
Tekanan darah berbeda-beda pada setiap individu disebabkan karena perbedaan atau banyaknya aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), yang menyatakan bahwa tekanan darah adalah adanya tekanan dari pembuluh darah. Hal ini juga didukung dengan pendapat Guyton (1997), yang menyatakan bahwa tekanan darah yang normal pada manusia kira-kira 96 mmHg yang sedikit kurang dari rata-rata tekanan sistole dan diastole.
Nilai 124, 120 dan 110 merupakan nilai sistole. Nilai 70 dan 80 merupakan nilai diastole. Nilai sistole diambil dari mulai terdengar detak jantung yang pertama, sedangkan nilai diastole diambil atau mulai dihitung setelah detak jantung mulai menghilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), yang menyatakan bahwa siklus kontraksi jantung terbagi atas tiga yaitu persistole, sistole, dan diastole. Persistole merupakan waktu permulaan kontraksi ventrikel. sistole merupakan permulaan kerja sampai akhir kontraksi ventrikel, sedangkan diastole adalah periode dimana atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat.
Cara pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menghitung denyut nadi setelah melakukan aktivitas sampai kecapatan denyut nadi itu hilang. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan alat tensi seperti spygomanometer dan stetoskop untuk tekanan darah.












PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Kadar hemoglobin rata-rata pada pria dan wanita dengan cara sahli yaitu 21 gr/100ml dan 13 gr/100ml. Sedangkan kadar hemoglobin pada pria dan wanita dengan cara hemoglobin yaitu 70 gr/100ml dan 50 gr/100ml.
- Nilai hematokrit rata-rata pada pria dan wanita yaitu 46,7% dan 36,2% untuk cara makrokapileri. Sedangkan untuk mikrohematokrit pria dan wanita yatu 40,2% dan 22%.
- Jumlah sel darah merah pada pria yaitu 7.630.000/mm3, berarti jumlah sel darah merahnya normal.
- Jumlah sel darah putih pada wanita yaitu berkisar 900.000/µL, berarti jumlah sel darah putih tersebut tidak normal dimana jumlah sel darah putih yang normal pada wanita adalah berkisar 5000-10.000/µL.
Saran
Saran untuk laboratorium adalah mengenai alat-alat yang sudah tidak layak pakai atau sudah rusak sebaiknya diganti dengan yang baru.
Saran untuk asisten agar pada saat respon interval waktunya jangan terlalu cepat agar praktikum lebih mengerti dan tidak tergesa-gesa dalam menjawab soal respon.





DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2009. Hemoglobin dalam Darah. Http;//wikipedia.org/wiki/item hemolobin dalam darah/09-03-2009/html

_______b, 2009. Nilai Hematokrit. Http;//tedbio.Multiply.com/journal/item/Nilai hematokrit/09-03-2009/html

_______c, 2009, Bahan Ajar Fisiologi Keperawatan,. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

_______d, 2009. Sel Darah Merah. Http;//www.geocityes.com/mitra_sejati.html

_______e, 2009. Tekanan Darah Manusia . Http;//tedbio. Multiply. Com /journal/ item /Tekanan Darah/09-02-2009/html.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi keperawatan_edisi kedua. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

________. 1999. Anatomi dan Fisiologi Keperawatan_edisi ketiga. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Gibson. 2003. Neuro Fisiologi_edisi ketiga. Bagian ilmu faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kamalia. 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Mikrajuddin. 2004. Biologi 3SMU. Cempaka Mas. Yogyakarta.

Raharja. 2002. Obat-Obat Penting. Clinical Pathology Department Medical Faculty-Universitas Hasanuddin:Makassar

Siregar. 1995. Neuro Fisiologi_edisi kelima. Bagian ilmu faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sonjaya, Herry. 2005. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-Universitas Hasanuddin:Makassar

_______. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-Universitas Hasanuddin:Makassar

_______. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-Universitas Hasanuddin:Makassar

Syaifuddin. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika. Jakarta.

Watson, R. 1997. Anatomi dan fisiologi untuk perawa. ECG. Jakarta.

_______. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat_edisi ke dua. ECG. Jakarta.

Wulani. 1995. Fisiologi Sel Dan Cairan Tubuh. Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar