Jumat, 06 November 2009

Praktikum VIII & IX

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Thermofologi merupakan istilah yang menjelaskan berbagai aspek energi dalam tubuh. Seekor hewan dalam melangsungkan hidupnya akan memproduksi energi hasil metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh digunakan untuk keperluan hidup pokok, produksi atau pertumbuhan. Perubahan energi dalam tubuh merupakan hasil perbedaan antara pertambahan energi dengan kehilangan energi yang biasa dipengaruhi oleh aktivitas hewan, ukuran tubuh, temperatur internal dan karakteristik fisik
Manusia tidak bergantung pada suhu lingkungan karena pada umumnya manusia mampu memperoleh dan memproduksi panas hasil metabolisme yang sangat tinggi dan isolasi termik yang sempit terhadap lingkungan pada produksi panas metabolisme. Kerangka otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada tulang tengkorak dan diselimuti oleh jaringan.
Pada organ mulut katak terdapat rambut getar yang berfungsi sebagai proses penelanan makanan. Semakin banyak rambut getar yang terdapat pada organ turut mempengaruhi proses penelanan makanan dalam katak. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukan praktikum tentang kontraksi otot kerangka, thermoregulasi, dan rambut getar untuk mengetahui suhu tubuh manusia dan ampibi pada berbagai kondisi, bentuk-bentuk rambut getar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi atau aktivitas otot.
Tujuan dan Kegunaan
A. Thermoregulasi
Tujuan dari praktikum thermoregulasi adalah untuk mengukur suhu tubuh manusia dan katak pada berbagai kondisi.
Kegunaan dari praktikum thermoregulasi adalah agar kita mengetahui cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu tersebut.
B. Rambut Getar
Tujuan dari praktikum rambut getar adalah untuk mengetahui bagaimana gerakan rambut getar serta pengaruhnya terhadap proses menelan serta jenis- jenis rambut getar daam mulut katak.
Kegunaan dari praktikum rambut getar adalah agar kita dapat mengetahui bentuk dan gerakan rambut getar pada katak.
C. Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan
Tujuan dari praktikum kontraksi otot kerangka dan rangsangan adalah untuk melihat kontraksi otot rangka pada katak dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Kegunaan dari praktikum kontraksi otot kerangka dan rangsangan adalah agar kita dapat mengetahui mekanisme pada kontraksi otot sederhana dan fakor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot rangka tersebut.


TINJAUAN PUSTAKA
A. Thermofisiologi
Thermosfiologi merupakan suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu tinggi internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir. Suhu sangat berpengareuh terhadap tingkat metabolisme, suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas yang dapat menyebabkan molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara satu molekul dengan molekul yang lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme di dalam tubuh hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika sehu lingkungan atau suhu tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim, enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Anonima, 2009).
Thermoregulasi merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Perolehan panas tubuh pada hewan eksoterm tergantung pada berbagai sumber panas di lingkungan luar. Masalah yang dihadapi hewan eksoterm tidak sama, tetapi tergantung pada jenis habitatnya. Seperti thermoregulasi pada eksoterm aquatik, suhu pada lingkungan aquatik relatif stabil sehingga hewan yang hidup didalamnya tidak mengalami adanya permasalahan suhu lingkungan myang rumit. Dalam lingkungan aquatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi. Pelepasan panas melalui dalam tubuh hewan ekstoterm (ikan) terutama terjadi melalui insang (Isnaeni, 2006).
Thermoregulasi pada hewan endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuhnya, sebagai hasil dari metabolisme tubuh . Suhu tubuh hewan endoterm termasuk didalamnya, yaitu burung (aves) dan juga mamalia, sedangkan hewan lainnya termasuk sebagai hewan ekstoterm. Akan tetapi, kenyataannya yang ada menunjukkan bahwa ikan tuna juga dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat tertentu. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh hewan endoterm dalam melawan suhu yang sangat panas adalah meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses berekeringat atau terengah-engah. Melakukan gular gluttering yaitu suatu proses menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan terus menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, dan akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat, menggunakan strategi hipertermik, yaitu suatu proses mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam ukuran tubuh sehingga suhu tubuh dapat meningkat sangat tinggi (Isnaeni, 2006).
Pembentukan panas pada akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan. Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara hemostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme sel yang dibawah sinar matahari, maka di dalam tubuh akan menjadi lebih hangat. Apabila menyentuh sesuatu yang suhunya 370C (Suhu tubuh kita) maka akan terasa hangat karena kulit lebih dingin dari pada suhu benda tersebut. Walaupun terdapat sebuah variasi pada beberapa bagian tubuh kita, akan tetapi dari waktu ke waktu variasi ini sangat kecil. Sistem diatur oleh suatu thermostat (suatu bagian dari otak). Sel reseptor tertentu ldalam struktur ini akan memonitor suhu darah dalam otak (bukan darah dalam kulit). Bila darah terlalu panas maka hipothalamus akan menilai suatu rantai untuk menurunkan suhu tubuh. Manusia dan hewan berukuran besar pada umumnya akan memulai berkeringat. Seperti misalnya anjing akan melewatkan udara melalui lidahnya dengan cara terengah-engah (panting) dan kucing akan menjilat tubuhnya sehingga evaporasi cairan akan dapat mendinginkan tubuh. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada suhu tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk terus dapat mempertahankan suhu tubuhnya (Anonimb, 2009).
Hemotherm merupakan hewan berdarah panas. Hewan yang tergolong di dalamnya adalah kelas aves dan mamalia. Panas terutama diperoleh dari reaksi metabolisme di dalam sel yang menghasilkan energi. Karena panas berasal dari dalam keluar (berlawanan dengan kadal yang berjamur baik untuk kita ini adalah burung dan mamalia kutub. Burung dan mamalia kutub mempunyai suhu tubuh pusat terbesar 390C, namun suhu kakinya hanya sekitar 30C. Pengaturan panas atas thermoregulasi pada hewan ekstoterm, dimana pada ekstoterm terutama pada karakteristik ditentukan oleh karakteristik fisik lingkungannya. Jadi, tingkah lakunya adalah merupakan salah satu faktor yang utama dalam memelihara temperatur tubuh secara konstan dan tetap (Sonjaya, 2009).
Secara fisiologis kaki tetap berfungsi dalam keadaan normal. Jadi sistem saraf kaki tetap berfungsi dalam keadaan baik, berarti hewan tersebut telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul. Selanjutnya yaitu dengan jalan hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi dan sebagainya. Periode hipernasi bervariasi mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan yaitu melalui peningkatan laju metabolisme dan suhu tubuh secara cepat yang akan segera mengembalikkan ke dalam keadaan normal (Prawira, 2005).
Sebagian besar orang akan mengalami kejang apabila suhu tubuh internal mencapai sekitar 410C dianggap sebagai batas atas masih memungkinkan kehidupan. Dipihak lain, sebagian besar jarinagn tubuh dapat menahan pendinginan yang substansional dan sifat ini bermanfaat pada bedah jantung saat jantung harus dihentiksn. Jaringan yang mengalami pendiginan memerlukan makanan lebih sedikit dibandingkan saat berada pada suhu tubuh normal karena menurunkan aktivitas metabolisame. Penurunan kebutuhan oksigen jaringan yang mengalami pendinginan, juga kadang-kadang berperan dalam air salju dalam waktu yang bersifat relatif lebih lama daripada waktu seseorang bertahan hidup tanpa oksigen. Suhu tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama sistem saraf baik otonom, sometik dan endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh sistem saraf maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja sistem endokrin terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan FSH. Adapun cara beradaptasi hewan endoterm terhadap suhu ekstrim yaitu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu eksterm panas dan ekstrm dingin. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan cara masuk ke dalam kondisi heterothermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu diantara berbagai bagian tubuh. Contoh yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein irreversibel. (Anonima, 2009).
Tidak semua energi di dalam molekul nutrisi dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pekerjaan biologis. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Energi di dalam sel molekul nutrisi yang tidak digunakan untuk bekerja ditransformasikan menjadi energi termal atau panas. Selama pengolahan biokimia, hanya sekitar separuh dari energi di dalam molekul nutrisi lainnya segera hilang sebagai panas. Selama pemakaian ATP oleh sel, 25% energi lain yang di dapat dari makanan yang dimakan menjadi panas. Karena bukan merupakan mesin uap yang tidak mengubah panas menjadi kerja, baik eksternal maupun internal. Oleh karena itu, tidak lebioh dari 25% energi nutrisi yang tersedia untuk melaksanakan kerja, sementara itu 75% energi nutrisis sisanya hilang sebagai panas selama perpindahan berurutan energi dari molekul nutrisi ke ATP ke sistem sel (Anonimb, 2009)
Pengeluaran energi atau pemakaian energi dibagi menjadi dua kategori yaitu kerja eksternal dan kerja internal. Kerja eksternal mengacu pada energi yang digunakan sewaktu otot rangka berkontraksi untuk memindahkan objek eksternal atau untuk menggerakkan tubuh dalam hubungannya dengan lingkungan eksternal. Kerja enternal merupakan semua bentuk lain dari pengeluaran energi biologis yang tidak menyelesaikan kerja mekanis di luar tubuh (Anonimb, 2009).
Beradasarkan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan hemeoterm. Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Sementara hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu lingkungannya berubah. Menurut konsep kuno, hewan poikiloterm sama dengan hewan berdarah dingin, sedangkan homeoterm sama dengan hewan berdarah panas. Kadal adalah contoh hewan poikiloterm, sementara mamalia adalah hewan hemoterm. Suhu tubuh hewan homeoterm. Akan tetapi, pada saat tertentu ketika suhu lingkungan di gurun mencapai 500C, suhu tubuh kadal dapat menjadi lebih tinggi daripada mamalia gurun. Dalam contoh tersebut sangat jelas bahwsa hewan berdarah dingin sama sekali tidak tepat (Prawira, 2005)..
Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai ekstoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Sementara hemeoterm dapat disebut sebagai endoterm karena suhu tubuhnya dapat diatur oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh. Sekalipun demikian, kita dapat menentukan adanya beberapa faktor atau pengecualian, misalnya pada insecta. Sebenarnya, insecta dikelompokkan sebagai hewan eksoterm tatapi ternyata ada beberapa faktor pada insecta misalnya, lalat yang dapat menghasilkan tambahan panas tubuh dengan melakukan kontraksi otot. Dengan alasan tubuh tersebut, lalat dikatakan bersifat endotermik sebagian. Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan disekitar atau dapat dikatakan berinteraksi panas. Interaksi panas tersebut menguntungkan ataupun merugikan sekalipun demikian hewan ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa pertukaran panas ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara untuk mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan menurunkan pelepasan panas dari tubuh, atau sebaliknya untuk memperoleh panas. Interaksi atau pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Prawira, 2005).
1. Konduksi
Konduksi panas merupakan perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini, panas akan berpindah dari benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Laju aliran panas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas permukaan benda yang saling bersentuhan, perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut. (Prawira, 2005).

2. Konveksi
Konveksi ialah perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak. Dalam hal ini, panas dari tubuh hewan dipindahkan ke zat alir yang bergerak di dekatnya. Sebagai contoh, orang yang menggunakan kipas angin atau berkipas-kipas karena kepanasan. Pada awalnya udara disekitar tubuh orang tersebut tidak panas, namun sesaat kemudian berubah menjadi panas akibat adanya konduksi panas dari tubuh orang tersebut. Proses perpindahan panas yang dicontohkan diatas menunjukkan perpindahan panas terjadi dari tubuh manusia ke lingkungannya, perpindahan panas secara konveksi juga dapat terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan. Contoh pada saat udara bertiup udara di dekat kita, lama-kelamaan tubuh kita akan menjadi lebih panas juga (Sonjaya, 2008).
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan. Contoh untuk hal ini misalnya perpindahjan panas dari matahari ke tubuh hewan dari panas api dipereapian ke tubuh manusia atau dari panas lampu OHP ke tubuh kita. Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi pula intensitas radiasinya. Selain dapat memancarkan panas, tubuh hewan juga dapat menyerap panas. Kenyataannya menyerap radiasi matahari misalnya dengan cara berjemur merupakan suatu cara terpenting yang dilakukan hewan (Khususnya endoterm) untuk menaikan suhgu dapat memperoleh panas tubuh (Anonima, 2009).

4. Evaporasi
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan bendsa dari fase cair ke fase gas. Perubahan benda (misalnya air) dari fase cair ke fase gas memerlukan sejumlah energi dalam bentuk panas. Oleh karena itu apabila air direbus menggunkaan panas atau listrik, lama kelamaan air tersebut akan berubah menjadi uap. Apabila panas yang diperlukan untuk mengubah air (atau zat cair lainnya) dari fase cair menjadi gas dinamakan panas penguapan. Hal ini berarti penguapan air memerlukan sejumlajh panas, dan panas tersebut nbiasanya diperoleh dari lingkungannya (Anonima, 2009).
Hewan darat kehilangan sejumlah air p[ada waktu ekspirasi terutama pada hewan-hewan yang tidak mempunyai kemudahgan anatomi untuk mendinginkan udara (Semakin banyak udara diekspirasi pada temperatur tinggi, semakin kaya akan uap air). Lubang hidung sangat berkembang dan merupakan salah-satu pendinginan udara yang efektif akibat penurunan kandungan uap air pada berbagai mamalia dan unggas (Anonimb, 2009)






B. Rambut getar
Rambut getar merupakan suatu selaput lendir yang terdapat dalam rongga mulut katak dan mempunyai fungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan mulut dan permukaan dinding cavumn oris (Anonimd, 2008).
Terdapat 6 macam rambut menurut Protist Imformation server, antara lain yaitu (Anonimd, 2008):
1. Chilodonella
Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang 120 miron. Chilodonella
Mempunyai cytopharyngeal basket tersendiri . Berbentuk oval dengan nukleus
yang berukuran besar (macronukleus) yang terlihat dengan jelas dibawah sinar
terang. Berikut gambar dari Chilodonella.










2. Prorondon
Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang sekitar 141 mikron,
Prorondon mempunyai bentuk yang silindris, terbungkus oleh ectoplsma yang tebal. Terdapat sitosom di dalamnya. Berikut gambar dari prorondon :


3. Colpoda
Cilia atau rambut getar mempunyai panjang dengan kisaran 60 hingga 70 mikron, oleh karena itulah colpoda merupakan cilia atau rambut getar yang berukuran lebihj medium bila dibandingkan dengan cilia yang lainnya. Colpoda mempunyai bentuk seperti bentuk ginjal, memiliki vacuola makanan yang terdapat di dalam selnya, yang berguna untuk mencerna makanan. Berikut gambar dari colpoda :





4. Stensor
Cilia atau rambut getar yang terdapat pada cavum oris ini berbgentuk seperti terompet, dapat juga berbentuk slindris dan mempunyai vakuola kontrakstil di bagian atas, biasanya terdapat di air hangat dan segar, berikut gambar dari stensor :




5. Coleps
Cilia atau rambut getar yang mempunyai bentuk yang menyerupai tong (barrel) dengan dikelilingi oleh lapisan endoplamix. Terdapat sitosom di bagian anterior ujung dan juga dilengkapi dengan cilia yang panjang. Cilia ujung posterior lebih panjang dibandingkan dengan cilia yang terletak di ujung anterior, serta mempunyai panjang 40-65 mikron. Berikut gambar dari Coleps :

6. Tetrahymena
Tetrahymena adalah rambut getar yang oligophymeno pharon dan pada umumnya terdapat di air tawar. Biasa digunakan pada bahan untuk mendemonstrasikan organisasi dari hewan tingkat rendah. Dikelilingi oleh cilia di sepanjang tubuhnya. Tetrahymena mempunyai bventuk basal. Berikut adalah gambar dari tetrahymena :





C. Kontraksi Otot
Otot adalah sebuh jaringan konektif dalam tubuh yang tugas utamanya adalah kontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh dan substansi dalam tubuh. Otak merupakan jaringan hewan yang terdiri dari beberapa sel yang berkontraksi sebagai akibat implus saraf sehingga dapat menghasilkan suatu gerakan secara keseluruhan ataupun intern (Anonimc, 2009).
Otot adalah sistem biokontrasktil dimana sel-sel atau bagian dari sel, memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumber hewan besar dan transfor makanan, gas, darah, dan bahan-bahan lain. Kontraksi otot ini merupakan kontraksi sel-sel yang berbentuk panjang, slinder atau gelendong yang masing-masing mengandung serabut kontraksi miskroskopik yang panjang dan paralel disebut miofibril (Sonjaya, 2008).
Sistem moskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh. Otot volunter melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit atau otot lain melalui struktur fibrosa yang disebut tendon dan aponeurosis. Serabut-serabut otot volunter bersama selubung sarkolema, masing-masing tergabung dalam kumparan oleh endomiosin dan dibungkus oleh pirimisium. Lalu, kolompok serabut tersebut digabungkan oleh selubung yang lebih padat yang biasa disebut epimisium dan gabungan fasikulus ini membentuk otot volunter badan individu. Semua otot memiki sup[lai darah yang baik dari arteri-arteri di dekatnya (Watson, 2002).
Bila satu otot menempel pada otot yang lain, serabut otot ini bisa saling memilin (interflace), pirimisium otot yang satu bersatu dengan yang lain atau keduanya bisa menggunakan tendon yang sama. Jenis hubungan yang ketiga terdapat pada otot dinding abdomen, dimana serabut-serabut aponeurosis saling menyilang, membentuk linea alba, yang dapat terlihat sebgaai cekungan dangkal di atas umbilikus (Frandson, 2000).
Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung lain bergerak ke arah ujung yang diam tersebut. Ujung yang diam disebut Origo, sedangkan yang bergerak disebut insersi. Namun kadang-kadang otot bisa digerakkan sedemikian rupoa sehingga insersinya diam dan origo bergerak ke arah insersi. Misalnya otot gluteus maksimum. Origo otot ini terletak padsa sakrum dan inersinya pada femur. Kebanyakan otot mempunyai tenson pada salah satu atau kedua ujungnya. Tendon pada salah satu atau kedua ujungnya . Tendon terdiri dari jaringan fibrosa dan biasanya berbentuk seperti tali (cord), meskipun beberapa otot yang pipih tali tersebut digantikan oleh suatu lembaran fibrosa kuat yang dilindungi oleh selubung otot yang disebut fasia Bila inersi bergerak ke origo, maka pahala yang fleksi menjadi ekstensi. Apabila seseorang mengubah posisi dan membungkuk ke depan pada sensi pinggul menjadi berdiri tegak, maka origo bergerak ke arah inersi. Susunan ini menghemat jumlah otot yang diperlukan dan penghematan lebih lanjut dilakukan menempatkan otot sedemikian rupa sehingga bisa melakukan lebih dari satu kerja. Otot otot harus melintasi sendi yang digerakkannya. Beberapa otot melintasi dua sendi dan bekerja menggerakkan keduanya, misalnya otot bisep melintasi siku dan bahu dan menghasilkan fleksi pada kedua sendi tersebut (Watson 2002).
Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendekkan sehingga mempertahankan sendi diam pada posisi tertentu. Bila kontraksi hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia renggang oleh kontraksi otot yang berlawanan kerjanya (otot antagonis). Otot tidak pernah bekerja sendiri. Bahkan gerakan paling sederhana sekalipun memerlukan kerja banyak otot. Mengambil pensdil memerlukan gerakan jari dan ibu jari, pergelangan tangan dan siku bahkan mungkin bahu dan batang tubuh ketika badan membungkuk ke depan. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk memungkinkan gerakan-gerakan halus tanpa sentakan. Kerja harmonis otot-otot ini disebut Koordinasi otot. Setiap kerja baru yang melibatkan koordinasi memerlukan waktu dan latihan sampai kombinasi baru gerakan otot tersebut dikuasai dan setelah itu, gerakan tersebut bisa dilakukan tanpa kerja mental dan konsentrasi yang besar. Saraf sensoro ”otot”, meskipun bukan sensasi yang sangat kuat tetapi cukup untuk menginformasikan adanya kontraksi otot, yaitu pada saat derajat kontraksi sebelumnya menjadi jelas (Watson, 2000).

Kenormalan otot berada dalam kondisi kontraksi parsial yang dikenal sebagai tonus otot. Tonus otot inilah yang mempertahankan posisi dalam waktu lama tanpa menimbulkan kelelahan. Hal ini mungkin oleh suatu mekanisme. Pada mekanisme ini berbagai kelompok serabut otot melakukan kointraksi dan relaksasi secara bergantian, sehingga setiap otot yang mempunyai derajat tonitas paling tinggi pada manusia adalah otot leher dan otot punggung (Anonimd, 2009).


Gambar 31 Sambungan Saraf otot

Dalam tubuh terdapat tiga macam jaringan otot yaitu otot polos, otot seran lintang involunter (otot kerangka), dan otot seran lintang Valunter (otot yang dipengaruhi oleh kehendak. Otot polos tidak memperlihatkan adanya garis melintang dan terdapat pada sistem-sistem yang menjalankan fungsinya secara otomatis. Otot polos terdapat pada dinding traktus digestivus yang berperan menggerakkan dan mencampur makanan dari lambung ke intestinum (usus), tanpa dipengaruhi oleh kehendak. Dinding sistem urogenasi mengandung banyak otot polos. Diameter pembuluh darah dan jumlah aliran darah pada suatu daerah ditentukan oleh otot polos yang terdapat pada suatu daerah ditentukan oleh otot polos yang terdapat pada dinding pembuluh. Kontraksi otot polos tetap stabil tanpa membutuhkan ransangan saraf. Meskipun demikian, kontraksi otot diatur oleh sistem saraf otonom dan dipengaruhi oleh beberapa obat-obat tertentu. Sel otot polos berbentuk seperti kumparan dengan nukleus sel terletak dibagian tengah. Sel-sel biasanya terangkai dalam bentuk lembaran, berkas atau nyaman. Tetapi kadang-kadang otot polos tersebar pada jaringan-jaringan seperti otot polos pada kulit yang berhubungan dengan kulit (Frandson, 1992).
Otot seran melintang yang tidak mempengaruhi oleh kehendak juga dikenal dengan otot jantung. Terdapat hanya pada jantung. Sel-sel otot jantung tersusun sebagai anyaman. Kontraksi otot jantung bersifat inharen dan berirama serta tidak membutuhkan rangsangan saraf, Meskipun demikian, laju kontraksi diatur oleh sistem saraf otonom, biasanya tidak ada kontrakstil sadar pada otot jantung. Sel-sel otot jantung mempunyai garis-garis melintang dan nukleusnya terleta dibagian sentral. Kita mengenal otot seran melintang volunter sebagai otot memiliki struktur melintang dan memiliki dua jenis filamen struktur melintang dan mempunyai ujung yang lancip serta letak nukleusnya berada di sentral. Otot licin tersebur dalam tubuh untuk menyusun bagian penting dari dinding organ vital seperti jantung dan saluran pencernaan serta saluran usus (Mikrajuddin, 2004).
Otot jantung sudah lama digunakan sebagai salah satu jaringan yang disukai untuk penelitian aktivitas obat-obatan atau zat kimia lainnya oleh farmakologis. Serabut otot licin atau jantung merupakan sel-sel tunggal yang mengandung hanya satui nukleus. Biasanya dalam bentuk benang dan sedsikit lebih kecil. Pada vertebrata, panjang selnya sekitar 50-300 um dan diameter 5-50um. Pada beberapa intervertebrata, serabut otot licin adalah lebih besar, misalnya pada nematoda, seperti ascaris, diameter selnya mencapai 1 mm. Banyak sel otot licin kekeurangan innervasi langsung sel-sel lainnya secara langsung oleh satu atau beberapa saraf pada ujung dari permukaan. Persimpangan neuromuskular pada otot licin adalah lebih sederhana dalam struktur daripada motor and plate otot bergaris melintang. Otot jantung adalah uniseluler dan tidak multiseluler yang ditemukan dalam jantung dan bekerja secara terus menerus tanpa henti. Pergerakannya tidak dipengaruhi oleh sinyal saraf pusat tetapi lebih karena pengaruh hormon (Sonjaya, 2008).
Pada otot licin vertebrata, komposisi anorganik dan berat molekul organik kelihatannya sama dengan otot kerang pada hewan yang sama. Namun demikian, terdapat variasi yang penting dalam komposisi organik pada sejumlah otot licin. Sel-sel kontraktil otot licin vertebrata tersusun dari aktin miosin dan tromboplastin dan pada dasarnya komposisi dan sifat-sifatnya sama dengan otot kerangka. Aktin dan tromboplastin secara proporsional lebih banyak dari yang ada pada otot kerangka (Sonjaya, 2008).
Garis otot jantung adalah sama seperti pada otot jantung adalah sama seperti pada otot jantung dan terdapat garis Z. Serabut-serabut otot bercabang-cabang dan saling bersentuhan dan berhubungan, tetapi saling melengkapi dan masing-masng adalah unit yang lengkap dikelilingi oleh membran sel. Intercalated disk yang tampak pada beberapa serabut dengan miskroskop elektron sebagai membran sel yang terikat sangat erat. Otot-otot atrium terpisah dari otot-otot ventrikel tetapi dalam tiap kelompok, masing-masing serabut otot disatukan dengan erat oleh ikataan khusus yang merupakan rintangan kecil bagi menyebarnya potensial aksi serabut-serabut lain. Secara fungsional otot unit atau sintesa. Sistem T otot jantung terletak pada garis Z bukan pada batas A-I otot jantung mengandung banyak mitokhondria yang memanjang dan berhubungan erat dengan fibril (Watson, 2002).
Otot kerangka terdiri dari serabut otot tersendiri yang merupakan kompleks bangunan susunan saraf. Kebanyakan otot kerangka bermula dan berakhir dalam tendo serta serabut otot yang tersusun sejajar di antara ujung tendinosa sehingga tenaga kontrakstil unit bersifat adiftif. Tiap serabut otot merupakan sel tunggal, multinuklear yang dibagi ke filamen tersendiri yang dibentuk dari protein kontraktil. Semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah serat yang diameternya berkisar 10-80 mikrometer. Masing-masing serat ini terbuat dari rangkaian sub unit yang lebih kecil. Sebagian besar dari serat-seratnya membentang di sepanjang otot (Watson, 2002).
Sel otot bergaris melintang merupakan pengecualian dari dalil bahwa sel hanya mempunyai satu nukleus. Tiap sel otot kerangka mempunyai satu nukleus. Tiap sel otot kerangka mempunyai banyak nukleus , karena sel-sel ini secara embrionik berkembang dari sel-sel yang lebih kecil yang berfungsi antara ujung ke ujung. Kedudukan nukleus otot kerangka sangat panjang, yaitu lebih dari 2 cm. Tebal serabut otot berkisar dari 10 sampai 100 um, aktivitras yang terus-menerus dapat meningkatkan ketebalan otot. Myofibril otot kerangka mempunyai pita-pita melintang gelap berseling terang yang biasa disebut dengan lurik (Sonjaya, 2008).
Dengan elektron mikroskop dan analisa biokimia dapat dibuktikan bahwa tiap myofibril terdiri atas sejumlah besar protein myofilamen longitodinal yang terdiri atas dua macam filamen tipis dan tebal. Filamen tebal terdiri atas ekor-ekor molekul miosin yang memanjang. Kepala molekul miosin ini menjulur kearah filamemn tipis sebagai jembatang silang yang potensial yang dapat menghubungkan filamen-filamen tersebut. Tiap kepala dan ekor disatukan satu engsel. Filamen itu disusun sedemikian rupa sehingga satu filamen tebal dikelilingi oleh enam filamen tipis. Karena kepala miosin itu mengitari filamen tebal maka dengan semua filamen tipis yang mengelilinginya dapat dibuat jembatan silang (Sonjaya, 2008).
Kejadian listrik dan aliran ion dalam otot kerangka yang pada dasanya sama dengan yang ada pada saraf, tetapi ada perbedaan kuantitatif dalam waktu dan besar. Potensial membran istirahat 90mv. Potensial aksi berlangsung 2-4 m/dtik dan dihantarkan sepanjang serabut otot sekitar 5 m/dtk/mv. Masa refrakter absolut selama 1-3 m/dtk dan polarisasi (suatu gelombang listrik) susulan relatif memanjang. Walaupun sifat listrik serabut sendiri di dalam suatu otot tidak cukup berbeda dalam menghasilkan sesuatu yang menyerupai potensial aksi gabungan , tetapi terdapat perbedaan ringan dalam ambang berbagai serabut (Syaifuddin, 2002).
Mekanisme umum kontraksi otot pada otot kerangka dapat diurutkan sebagai berikut yaitu (Syaifuddin, 2002) :
1. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik sampai ke ujung serat saraf.
2. Setiap ujung saraf mensekresi substansi neurotransmister yaitu asetikolin dalam jumlah sedikit.
3. Asetikolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot guna membuka saluran asetikolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot.
4. Terbukanya saluran asetikolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi berjalan akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot. Berjalan dalam serat otot dimana potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepas sejumlah ion kasium yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril.
7. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang menyebabkan gerak bersama-sama dan menimbulkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu titik, kalsium dipompakan kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
Selama kontraksi kuat, filamen aktin dapat ditarik bersama-sama dengan erat hingga ujung filamen miosin melekuk. Kontraksi otot terjadsi karena mekanisme pergeseran filamen. Kekuatan mekanisme yang dibentuk oleh interaksi jembatan penyebrangan dari filamen miosin dengan filamen aktin. Bila sebuah poptensial aksi berjalan ke seluruh membran maka serat otot akan menyebabkan retikulum saroplasmik melepaskan ion kalsium dalam jumlah besar yang dengan cepat menembus miofibril (Watson, 2002).
Mekanisme keadaan molekuler kontraksi otot yaitu pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen akan saling tumpang tindih. Pada waktu bersamaan menjadi lebih dekat satu sama lain secara meluas.Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung yang lain bergerak ke arah ujung yang diam tersebut disebut inersi. Namun, kadang-kadang otot bisa digerakkan sedemikian rupa sehingga inersinya diam dan origo bergerak ke arah insersi. Origo otot ini terletak pada sakum dan inersi pada femur. Bila inersi bergerak ke origo, maka paha yang fleksinya menjadi ekstensi. Apabila seseorang menubah posisi dari membungkuk ke depan pada sendi pinggul menjadi berdiri tegak, maka origo bergerak ke arah inersi. Susunan ini menghemat jumlah otot yang diperlukan dan penghematan lebih lanjut dilakukan dengan menempatkan otot sedemikian rupa sehingga bisa melakukan lebih dari satu kerja. Otot-otot harus melintasi sendi yang digerakkannya. Beberapa otot melintasi dua sendi dan bekerja menggerakkan keduanya, misalnya otot bisep melintasi siku dan bahu dan menghasilkan fleksi pada edua sendi tersebut (Anonime, 2009).
Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan kegiatan menarik. Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendekkan sehingga mempertahankan sendi diam pada pada posisi tertentu. Bila kontraksi otot hilang, otot menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia merenggang oleh kontraksi otot yang berlawanan kerjanya. Otot tidak pernah bekerja sendiri. Bahkan gerakan paling sederhana sekalipun memerlukan kerja banyak otot. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk memungkinkan gerakan yang halus tanpa adanya sentakan. Kerja harmonis otot-otot ini disebut koordinasi otot. Setiap komposisi otot memerlukan penyususnan otot yang harus dapat terpenuhi sehingga otot dapat berkontraksi dengan baik (Anonime, 2009).
Kontraksi otot terjadi akibat implus saraf. Implus saraf yang bersifat elektrik, dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot saraf. Implus saraf sampai ke sambungan otot saraf yang mengandung gelembung kecil asetikolin. Asetikolin dilepas ke dalam ruangan antara saraf dan otot (celah sinaps) dan ketika asetikolin menempel pada sel otot, ia akan merangsang terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot sehingga timbul kontraksi. Untuk bisa berkontraksi serabut otot memerlukan energi yang didapat dari oksidasi makanan, terutama karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana yang disebut glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan dengan segera oleh tubuh akan dikonversi menjadi glikogen dan disimpan dihati dan di otot. Glikogen otot merupakan sumber panas dan energi bagi aktivitas otot. Selama aktivitas otot oksidasi glikogen menjadi karbondioksida dan air, terbentuk suatu senyawa yang kaya akan energi. Senyawa ini disebut adenosin trifosfat (ATP). Apabila otot harus melakukan kontraksi, energi ATP akan dilepas seirirng dengan perubahannya menjadi adenosin difosfat (ATP) (Anonime, 2009).
Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur otot kontrakstil, tetapi karena otot mempunyai unsur elastisitas dan kental dalam rangkaian dengan mekanisme kontraktil maka kontraksi timbul tanpa suatu penurunan yang layak da;lam panjang ke seluruhan otot. Kontraksi yang demikian disebut isometrik (panjang ukuran sama). Kontraksi melawan beban tetap dengan pemendekan ujung otot dinamakan dengan isotonik (tegangan yang sama). Tegangan yang ditimbulkan oleh otot yang berkontraksi isometrik dan tegangan pasif yang ditimbulkan otot yang tidak terangsang bervariasi sesuai dengan panjangnya serabut otot. Hubungan ini dapat diteliti dalam preparat otot langka (Anonime, 2009).
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan Otot., Thermoregulasi, dan Rambut Getar, dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 April 2009 pukul 14.00 WITA – sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, kymograph, gunting bedah, pinset, jarum pentul, scalpel, thermometer, papan preparat, ohjek glass, deck glass, tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kapas, tissue roll, katak hijau, larutan ringer, air hangat, dan air dingin.
Metode Praktikum

A. Thermoregulasi

1. Suhu pada Manusia

Membaringkan seseorang dengan terlentang lalu memasukkan thermometer dalam ketiak dan membiarkannya selama 5 menit, lalu mencatat suhunya. Membersihkan thermometer dengan alkohol dan menormalkannya setelah itu memasukkan dalam mulut orang yang sama lalu membaca skalanya. Kemudian berkumur dengan air dingin selama 2 menit lalu memasukkan kembali thermometer ke dalam mulut lalu membaca skalanya dan mencatatnya. Kemudian menormalkannya kembali thermometer ke dalam mulut selama 5 menit dan mengamati suhu lalu mencatatnya.
2. Suhu pada Katak

Menormalkan thermometer lalu memasukkan ke dalam mulut katak selama 5 menit dan mengamati suhunya dan mencatatnya. Kemudian menormalkan kembali thermometer dan menyelimuti katak dengan kapas yang ditetesi dengan air hangat lalu memasukkan thermometer ke dalam mulut katak dan membaca skalanya. Menormalkan kembali thermometer dan menyelimuti katak dengan kapas lalu meneteskan air dingin dan memasukkan thermometer ke dalam mulut katak lalu membaca skalanya.
B. Gerakan Rambut Getar

Mensterilkan alat-alat terlebih dahulu, lalu mengambil seekor katak dan menelentangkan di atas preparat dengan mengikat tali pada keempat kakinya. Merobek kedua sisi perut katak dengan gunting bedah dan mandibula sejauh mungkin memperhatikan rahang-rahang atas dan gambarannya lengkap dengan bagian-bagiannya. Meneteskan langit-langit dengan larutan ringer dan mengamati daerah mana yang lebih capat bergerak. Mengambil sebagian dari selaput lender dari mulut katak dan meletakkan di atas objek glass lalu meneteskan larutan ringer dan menutupnya dengan deck glass kemudian mengamati di bawah mikroskop.
C. Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan Otot

Merusak otak katak dengan menusuk jarum pentul ke dalam foramen occipetale. Meletakkan katak pada papan preparat dan membuka ruang perutnya dengan scalpel lalu melihat nervus ischiadicus disebelah kiri-kanan tulang punggungnya yang berwarna putih, lalu mengikat saraf dengan kuat dan memotong ikatan dari sentrifugasinya. Kemudian saraf di preparel dan melepaskan pahanya dari katak.
Menyiapkan kymograph beserta perlengkapannya, kemudian memasang persendian otot pada alat, lalu menjepit tendon achiles dengan jarum pentul, kemudian mengikat dengan tenang bagian tulang paha yang tersisa. Membentangkan muskulus gatrenomeus dengan mengikat benang pada klem dan melalui dengan putaran rendah. Memperhatikan kurva kontraksi pada kertas kymograph.









HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Thermoregulasi

Berdasarkan praktikum mengenai Thermoregulasi pada pengukuran suhu tubuh manusia dan suhu katak, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Pengamatan Thermoregulasi pada Pria dengan Berbagai Perlakuan
Klp Perlakuan (oC)
Normal Mulut Berkumur Ketiak
I 36,00 36,00 36,00 36,00
II 33,00 35,00 34,00 35,00
Total 69,00 71,00 70,00 71,00
Rata-rata 34,50 35,50 35,00 35,50
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009
Bedasarkan pada percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa rata-rata suhu pada manusia (pria) dengan keadaan normal yaitu 34,50oC, pada saat thermometer ditaruh dimulut rata-rata suhunya 35,50 oC, dan dengan perlakuan berkumur-kumur 35,00 oC, dan pada saat thermometer ditaruh diketiak maka suhunya 35,50oC. Ini menandakan bahwa suhu manusia hampir sama pada setiap perlakuan karena manusia merupakan atau tergolong homeoterm yaitu suhu tubuhnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila suhu lingkungannya menurun maka manusia senantiasa menjaga suhu tubuhnya, hal ini sesuai dengan pendapat Jungueria (1993), bahwa hewan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan, ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena dia mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih dibanding hewan poikiloterm karena hewan tersebut hanya mampu untuk menyesuaikan diri.
Tabel 14. Hasil Pengamatan Thermoregulasi pada Wanita dengan Berbagai Perlakuan
Klp Perlakuan (C)
Normal Mulut Berkumur Ketiak
I 36,00 36,00 36,00 36,00
II 29,00 35,00 34,00 33,00
Total 65,00 71,00 70,00 69,00
Rata-rata 32,50 35,50 35,50 34,50
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa pada manusia (wanita) suhu rata-rata yang normal adalah 32,50 oC, pada saat termometer ditaruhg dimulut rata-rata suhunya 35,50 oC, dengan perlakuan berkumur-kumur rata-rata suhunya 35,50, pada saat thermometer ditaruh diketiak maka suhunya rata-rata 34,50oC. hal ini disebabkan karena manusia merupakan homeoterm yang suhu tubuhnya relatif konstan pada berbagai keadaan lingkungan, berbeda dengan poukiloterm yang suhu tubuhnya dipengaruhi lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009), yang menyatakan bahwa golongan hewan homeoterm yaitu hewan yang temperature tubuhnya relatif konstan pada berbagai variasi lingkungan sedangkan golongan hewan poikiliterm yaitu hewan yang temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Temperatur suhu tubuh hewan adalah hasil resultase dari pertumbuhan dan pertukaran panas.


Tabel 15. Hasil Pengamatan Thermoregulasi pada Katak
Klp Perlakuan (oC)
Normal Air Panas Air Dingin
I 31,00 39,00 28,00
II 29,00 35,00 27,00
Total 60,00 74,00 55,00
Rata-rata 30,00 37,00 27,50
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2009
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa suhu rata-rata pada katak yang normal adalah 30,00oC, pada saat perlakuan air panas rata-rata suhunya 37,00oC, dan pada saat diberi perlakuan air dingin 27,50oC. Antara manusia dan katak berbeda, hal ini disebabkan karena manusia oleh keadaan suhu lingkungannya sedang katak merupakan hewan yang termasuk hewan berdarah dingin dimana suhu tubuhnya yang dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maradjo (1985), yang menyatakan bahwa poikiloterm atau hewan yang berdarah dingin suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian hewan poikiloterm suhu tubuhnya sangat tergantung pada suhu lingkungannya.
Thermoregulasi merupakan proses fisiologis dalam tubuh yang menghasilkan energi panas sedangkan proses-proses yang dapat menghilangkan panas yang disebut dengan termilisis. Perubahan energi dalam tubuh merupakan pemakaian energi dan besarnya perubahan ini dipengaruhi oleh aktivitas hewan, ukuran tubuh, temperatur interna tubuh, karakteristik fisik dan lingkungan (Guyton, 1991).

Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan disekitar atau dapat dikatakan berinteraksi panas. Interaksi panas tersebut menguntungkan ataupun merugikan sekalipun demikian hewan ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa pertukaran panas ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara untuk mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan menurunkan pelepasan panas dari tubuh, atau sebaliknya untuk memperoleh panas (Prawira, 2005).
Golongan hewan homeoterm yaitu hewan yang temperature tubunya relative konstan pada berbagai variasi temperatur lingkungan sedangkan golongan hewan poikiloterm yaitu hewan lingkungan yang temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Temperatur tubuh hewan adalah hasil resultase dari lingkungan pertambahan dan pertukaran panas (Sonjaya, 2009).
Pertukaran panas antara dua tubuh dapat tidak terjadi dengan adanya kondisi air. Lewatnya air dari bentuk cairan menjadi bentuk uap menjadi memerlukan suatu tambahan energi, pada waktu air meningkatkan suhu tubuh organisme dan temperaturnya 35 oC, dalam bentuk gas (uap air dikeluarkan ketika respirasi atau melalui keringat), organisme tersebut akan kehilangan energi sebesar 2430 Kj/liter. Energi panas yang dihasilkan dan energi panas yang dipakai dalam tubuh akan selalu konstan dan dalam keadaan yang dinamis. Keseimbangan dapat digambarkan dalam persamaan berikut:


Dimana :
HT = Produksi panas metabolisme
W = Energi Panas untuk Kerja Eksternal
HC = Pertukaran Panas Melalui Konduksi dan Konveksi
HR = Pertukaran Panas Melalui Radiasi
HE = Kehilangan Panas Melalui Evaporasi
WS = Panas yang Disimpan dalam Tubuh
(Sonjaya, 2009)
Sebagian besar ternak memperlihatkan metabolisme sedikit aktif (hewan-hewan bradymetabole) yang menghasilkan sedikit energi, kalori, dan suatu konduksi panas tinggi (isolasinya jelek terhadap pengaruh lingkungannya) sehingga temperatur tubuhnya bergantung seluruhnya terhadap panas yang berasal dari lingkungannya. Kelompok ternak ini disebut eksoterm, sedangkan hewan endoterm adalah hewan yang menghasilkan banyak panas hasil oksidasi metabolisme dan isolasi termiknya sangat baik. Bila endoterm tidak permanen, hewan kelompok ini disebut heteroterm. Beberapa hewan eksoterm sebagai contoh reptile dan serangga sedang berjemur, menigkatkan suhu tubuh oleh panas eksternal dan sebagian lagi seperti ikan sedang berenang dan sedang terbang menggunakan produksi panas internal. Golongan hewan homeoterm adalah hewan yang temperatur tubuhnya adalah relatif konstan pada berbagai variasi temperatur lingkungannya (Guyton, 1991).
B. Rambut Getar

Berdasarkan hasil praktikum tentang Rambut Getar, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 32. Mulut Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

Keterangan:
1. Maxilla
2. Pallatum Molle
3. Dentes
4. Palatum Durum
5. Pharink
6. Mandibula
7. Lingua Bivida (lidah)
Preparat = Katak
Sumber: Data Hasil Prkatikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009






Gambar 33. Rambut Getar Pada Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

Keterangan:
1. Gelembung Udara
2. Rambut Getar
3. Sitoplasma
Preparat = Saliva Katak
Pebesaran = 40 X
Sumber: Data Hasil Prkatikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009
Dari pengamatan secara makroskopis dapat dilihat adanya pallatum molle dam pallatum durum pada cava oris dan kelenjar lainnya. Kedua pallatum dari katak terdiri dari dua jaringan yaitu jaringan fibrik dan selaput lendir yang mengandung rambut-rambut getar yang membantu dalam proses menelan. Pallatum durum tersusun oleh tajuk-tajuk pallatum, dari sebelah depan tulang maxillaries dan sebelah belakang tersusun oleh tajuk-tajuk pallatum, dari sebelah depan tulang maxillaries dan dibelakang pallatum inter dalam pallatum molle. Hal ini sesuai dengan pendapat Pearce (1991), yang menyatakan bahwa pallatum terdiri dari dua bagian yaitu pallatum durum dan pallatum molle, pallatum durum terdiri atas tajuk-tajuk dari sebelah depan tulang maxillaries dan lebih ke belakang tersiri atas dua bagian pallatum. Pada pallatum juga ditemukan adanya lipatan-lipatan bergantung dan bergerak yang terdiri atas jaringan fibrious yang dikendalikan oleh ototnya sendiri.
Kelenjar ludah yang dihasilakan oleh mulut katak ini dilengkapi oleh rambut getar yang memungkinkan proses pencernaan lebih mudah dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1991), yang menyatakan bahwa untuk memudahkan proses pencernaan pada katak maka dipergunakan dua macam ludah yaitu yang berbentuk cair dan yang berbentuk lendir.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa mulut katak mempunyai bagian-bagian yang sangat kompleks dan mempunyai fungsi khusus dalam pencernaan seperti lidah sebagai alat untuk menangkap mangsa juga sebagai alat untuk menelan. Saliva pada saluran pencernaan untuk memudahkan masuknya makanan ke dalam oesophagus, ada rambut getar pada jaringan epitel yang dapat mengalirkan cairan atau partikel yang dialirkan kea rah epitel bersilia tersebut. Gerakan rambut getar ini didukung oleh adanya ATP, jumlah rambut banyak sekali. Didukung oleh adanya ATP, terletak pada langit-langit rahang atas terutama pada pallatum. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009), yang menyatakan bahwa untuk memudahkan proses masuknya makanan ke dalam oesophagus ada rambut getar pada jaringan epitel yang mengalirkan cairan atau benda partikel yang diarahkan ke suatu arah di atas epitel bersilia.
Rambut getar merupakan suatu selaput lender yang terdapat dalam rongga mulut katak dan berfungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan mulut dan permukaan dinding cavum oris. Hal ini sesuai dengan pendapat Pearce (1991), yang menyatakan bahwa rambut getar dapat menimbulkan aluran dari cairan saluran mulut dan permukaan dinidng cavum oris.
Gambar 34. Macam-Macam Rambut Getar
Macam-macam rambut getar menurut Pearce (1991), adalah sebagai berikut:

Colpoda Stensor

Prorodon Coleps





C. Kontraksi Otot dan Rangsangan

Berdasarkan hasil praktikum tentang Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 35. Katak Terlentang dan Otot Paha Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

Keterangan:
1. Muskulus Gastronemius
2. Tendon Archiles
3. Nervus Ischiadicus
Preparat = Katak
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009
Karmana (1990), menyatakan bahwa rangka otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada tulang tengkorak dan diseliputi oleh jaringan yang disebut meningen. Otak terdiri dari cerebrum atau otak besar yang berfungsi sebagai pusat kepandaian, perasa, pendengaran, analisa, dan refleks. Cerebrum atau otak kecil yang mengkoordinasi kerja otot, thalamus, hipotalamus, medulla oblongata merupakan pusat respirasi, medulla spinalis menghubungkan rangsangan pusat respirasi, medulla spinalis menghubungkan rangsangan yang berasal dari daerah dan ke otak sebagai pusat refleks.
Pada vertebrata terdapat tiga macam jaringan otot, yaitu otot kerangka, otot jantung, yaitu terdapat pada dinding jantung. Otot licin (otot polos) terdapat dinding pencernaan, saluran air kencing, saluran kelamin, dinding arteri dan vena. Otot kerangka atau otot bergaris melintang adalah massa otot yang bertaut pada tulang dan merupakan penggerak otot dan tulang-tulang tubuh (Sonjaya, 2009).
Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot yaitu twich tunggal, treppe, summasi, dan tetani. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot adalah treppe, summasi, dan fatique.
1. Treppe








Dari grafik diatas terlihat adanya kontraksi otot yang berulang-kali terjadi karena adanya stimulasi berulang dan berurutan yang berseling beberapa detik. Hal ini disebabkan karena adanya ion kalsium yang meningkat dalam serabut otot sehingga meningkatkan aktivitas myofibril dimana kontraksi ini terjadi karena melalui adanya rangsangan yang diterima oleh otot melalui motor dan plate. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa treppe merupakan kekuatan kontraksi otot yang berulang-kali karena adanya stimulasi yang berurutan yang berseling beberapa detik saja. Hal ini didukung juga oleh Pearce (1991), bahwa kontraksi otot setiap terjadi karena rangsangan yang diterima oleh otot melalui saraf motor dan plate.
2. Summasi






Dari grafik di atas terlihat adanya summasi di mana setiap kontraksi otot terjadi pada berbagai tingkat kekuatan. Summasi terjadi atas dua yaitu summasi kotor berganda dan summasi motor bergelombang. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa peristiwa summasi merupakan serabut otot dapat berkontraksi dengan berbagai tingkat kekuatan yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan. Yaitu summasi motor berganda yaitu apabila banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara stimulus pada otot. Sedangkan summasi motor bergelombang apabila frequensi rangsangan ditingkatkan pada tiap unit motor.

3. Tetani







Dari grafik di atas terlihat adanya periode laten yang ditandai dengan adanya garis lurus di mana terjadi penyiapan energi untuk kontraksi berikutnya, kemudian dengan rangsangan yang terus menerus diberikan sehingga otot belum terjadi relaksasi sempurna rangsangan yang dating lagi yang memperkuat tegangan sehingga akan terjadi kontraksi yang maksimum dan sesudah kontraksi tidak akan maksimum lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993), yang menyatakan bahwa tetani adalah frequensi di mana stimulus menjadi cepat sehingga tidak ada peningkatan kontraksi atai tenaga terbesar telah dicapai oleh otot tersebut.






PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Kontraksi Otot Kerangka dan Rangsangan
Kontraksi otot merupakan pusat koordinasi dalam tubuh yang berada pada tulang tengkorak. Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot yaitu twich tunggal merupakan kontraksi yang terjadi saat pemberian rangsangan single. Treppe merupakan proses meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot. Summasi adalah setiap otot berkontraksi dengan berbagai tingkat kekuatan. Fatique adalah menurunnya tingkat kapasitas bekerja oleh pekerjaan itu sendiri.
B. Thermoregulasi
Suhu tubuh pada manusia tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungannya dan tergolong ke dalam hewan endoterm. Sedangkan suhu tubuh pada katak dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang ada disekitarnya, dan tergolong ke dalam golongan hewan yang eksoterm.
C. Rambut Getar
Mulut katak mempunyai banyak bagian-bagian yangsnagat kompleks dan mempunyai fungsi khusus dalam pencernaan seperti lidah. Rambut getar pada katak terdiri dari gelembung udara dan cairan sitoplasma. Kelenjar yang berhubungan dengan saluran pencernaan adalah kelenjar saliva, pancreas, hati, dan empedu.
Saran
Sebaiknya alat-alat di laboratorium yang sudah rusak sebaiknya diganti agar
praktikum dapat berjalan lancar.
Sebaiknya para asisten pada saat praktikum berlangsung dapat membimbing
praktikannya dengan baik.

1 komentar: